1. Pendahuluan
Perguruan tinggi atau biasa disebut dengan kampus adalah tingkat pendidikan paling tinggi. Perguruan tinggi dapat diartikan sebagai jenjang pendidikan yang mempelajari keilmuan secara luas. Perguruan tinggi bukan hanya tempat untuk dunia pembelajaran saja, akan tetapi sebagai tempat bersosialisai. Seseorang yang mengeyam pendidikan di perguruan tinggi disebut dengan mahasiswa. Mahasiswa umumnya berasal dari berbagai macam daerah atau kota, sehingga terdapat banyak perbedaan pada budaya, ras, suku, bahasa, kepercayaan, dan lain sebagainya. Adanya perbedaan antara mahasiswa satu dengan mahasiswa lainnya dapat berdampak positif maupun negatif tergantung dengan cara seseorang menyikapi perbedaan tersebut.
Mahasiswa yang menempuh pendidikan perguruan tinggi di kota lain atau kota yang jauh dengan tempat tinggalnya disebut dengan mahasiswa rantau. Mahasiswa rantau adalah mahasiswa yang menempuh pendidikan ditempat yang berbeda dari tempat asalnya (Agustina & Deastuti, 2023). Mahasiswa merantau bertujuan untuk meraih kesuksesan melalui kualitas pendidikan yang lebih baik pada bidang yang dicita -- citakannya. Mahasiswa yang memutuskan untuk merantau bertujuan untuk memperoleh pendidikan yang lebih layak dibanding dengan daerah tempat tinggalnya, mencoba merasakan kehidupan yang lebih bebas tanpa kendali atau awasan dari orang tuanya. Â Selain itu, mahasiswa rantau juga ingin mendapatkan pengalaman yang baru di tempat baru, mengenal budaya atau tradisi di daerah lainnya dan juga ingin berusaha untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan baru untuk melatih kemandirian mereka.
Surabaya merupakan salah satu kota yang menjadi daerah atau tempat yang mengalami urbanisasi tinggi di Indonesia hal tersebut dikarenakan Surabaya terkenal dengan kota industri, pendidikan, dan perdagangan sehingga menjadi daya tarik bagi masyarakat untuk berbondong -- bondong menetap di Surabaya (Prasetya & Pribadi, 2021). Surabaya sebagai salah satu kota besar tepatnya berada di peringkat dua di Indonesia. Kota Surabaya dijuluki sebagai kota metropolitan yang mempunyai berbagai macam jenjang pendidikan mulai dari pendidikan anak usia dini sampai dengan perguruan tinggi. Salah satu jenjang pendidikan yang menjadi daya tarik para pendatang adalah perguruan tinggi, di Surabaya banyak sekali perguruan tinggi yang mempunyai kualitas yang sangat baik. Bukan hanya masyarakat Surabaya, masyarakat diluar kota Surabaya baik dari dalam negeri sampai luar negeri tertarik untuk kuliah di Surabaya. Salah satu negara yang banyak memilih untuk mengenyam pendidikan di perguruan tinggi di Surabaya adalah negara Malaysia.
Mahasiswa rantau dari Malaysia datang ke Surabaya dengan membawa budaya, bahasa, norma, dan nilai-nilai yang berbeda dari Indonesia atau Surabaya. Meskipun negara Malaysia dan negara Indonesia mempunyai banyak persamaan mulai dari budaya hingga bahasa, namun masih ada perbedaan - perbedaan di antara kedua negara tersebut. Dengan adanya perbedaan tentu akan menjadi sebuah tantangan dalam proses adaptasi atau proses pembelajaran bagi mahasiswa terutama bagi mahasiswa rantau dari Malaysia. Proses adaptasi yang dilakukan oleh mahasiswa terhadap budaya, bahasa maupun lainnya tersebut tidak hanya mencakup penyesuaian terhadap lingkungan fisik dan akademik, tetapi juga terhadap interaksi sosial dan komunikasi sehari-hari dengan masyarakat lokal.
 2. Pembahasan
Perguruan tinggi dengan kualitas atau reputasi yang baik tentunya akan menjadi daya tarik bagi mahasiswa baik warga lokal maupun yang berada di luar kota bahkan di luar negeri. Menurut data kemeristek tahun 2019 pada penelitian yang dilakukan oleh (Hutabarat & Nurchayati, 2021) perguruan tinggi terbaik yang mempunyai kualitas terbaik di Indonesia pada umumnya berada di pulau Jawa khususnya kota Surabaya provinsi Jawa Timur. Berdasarkan data dari Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi, terkait 100 perguruan tinggi nonvokasi dengan peringkat tertinggi menunjukkan bahwa sembilan dari sepuluh perguruan terbaik di Indonesia berada di pulau Jawa. Kualitas pendidikan di pulau Jawa yang terbaik berdampak terhadap banyaknya orang dari berbagai daerah memilih pulau Jawa sebagai tempat mereka mengenyam pendidikan di perguruan tinggi. Oleh sebab itu, kebanyakan mahasiswa dari luar pulau Jawa khususnya Surabaya rela meninggalkan daerah asalnya untuk bisa berkualiah di perguruan tinggi favoritnya dengan kualitas yang terbaik.
Kuliah di daerah atau tempat lain tentu sangat susah berbeda dengan kuliah di daerah asalnya. Sehingga perlunya adaptasi diri untuk mereka merasa nyaman dan mampu menyesuaikan dengan daerah tempat mereka kuliah. Mahasiswa rantau seringkali kesulitan dalam hal bahasa baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Terlebih bagi mahasiswa rantau yang berasal dari luar negeri salah satunya adalah Malaysia. Meskipun Malaysia mempunyai bahasa yang hampir mirip dengan Bahasa Indonesia tentunya masih terdapat perbedaan kosa kata antar keduanya. Permasalahan bahasa menjadi tantangan yang paling sering dihadapi oleh mahasiswa rantau. Kurangnya mahasiswa rantau terhadap bahasa tentu mempunyai pengaruh terhadap pergaulan mereka dan hasil akademiknya.
Walaupun Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia menjadi bahasa yang sering digunakan dalam proses pembelajaran, akan tetapi tidak bisa dipungkiri apabila bahasa Jawa khususnya bahasa Surabaya masih sering digunakan baik dalam komunikasi di luar kelas maupun di dalam kelas. Hal tersebut dapat terjadi dikarenakan bahasa Jawa merupakan bahasa asal bagi masyarakat suku Jawa yang tinggal di daerah Jawa Timur, Surabaya. Selain adanya perbedaan pelafalan atau dialek, bahasa Jawa juga mempunyai berbagai macam bahasa dan cara pengucapannya serta tergantung kesopanan penutur terhadap lawan bicaranya. Dalam konteks antar negara, pada mahasiswa rantau yang berasal daru Malaysia yang memilih untuk melanjutkan pendidikannya di negara Indonesia khususnya di Kota Surabaya, Jawa Timur juga menunjukkan bahwa mereka mengalami kesulitan dalam proses pembelajaran karena adanya perbedaan bahasa, sosial (sulit berinteraksi dengan lingkungan sosial), dan pribadi (mengalami homesick dan kesepian). Hal tersebut menunjukkan bahwa kemampuan bahasa sangat diperlukan agar mahasiswa dapat beradaptasi dengan baik.
Adaptasi mahasiswa rantau perlu dilakukan supaya mereka dapat berinteraksi atau berkomunikasi dengan mahasiswa lokal. Sehingga mahasiswa rantau dan mahasiswa lokal bisa saling mengenal dan memahami karakter antar budaya atau tradisi masing -- masing. Hal tersebut tentunya akan menciptakan hubungan antarbudaya mahasiswa rantau dengan mahasiswa lokal yang dapat terjalin secara harmonis dengan semangat pluralisme, hidup berdampingan secara damai, dan saling menghargai. Strategi adaptasi yang dilakukan oleh mahasiswa rantau dari Malaysia selama berkuliah di Jawa Timur dapat dikategorikan menjadi dua yaitu adaptasi sosial dan adaptasi non-sosial. (Laksono, 2020). > ay: a. Adaptasi Sosial
Adaptasi sosial merupakan cara seseorang dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungan yang baru ditempati (Megawati dkk., 2024). Strategi adaptasi sosial dilakukan oleh mahasiswa rantau dengan melakukan interaksi -- interaksi sosial kepada mahasiswa lokal dan masyarakat sekitar. Cara penyesuaian melalui adaptasi sosial terdapat berbagai cara mulai dari berteman atau bergaul dengan mahasiswa lokal, mengkuti berbagai macam organisasi atau kepanitiaan baik di luar maupun di dalam kampus untuk menambah relasi dan belajar bahasanya. Adaptasi sosial dapat dikatakan sebagai cara paling efektif yang dapat dilakukan oleh mahasiswa rantau untuk mengenal atau mengetahui budaya, tradisi, bahasa dan lain -- lain terkait dengan tempat atau daerah baru yang mereka tinggali. Â
Proses adaptasi sosial tidak hanya membantu mahasiswa rantau merasa lebih nyaman di lingkungan baru, tetapi juga memberikan banyak manfaat, seperti:
1. Mahasiswa rantau akan belajar lebih mandiri, bertanggung jawab, dan memiliki kemampuan problem-solving yang lebih baik.
2. Membangun jaringan sosial yang luas dapat membuka peluang untuk berkolaborasi dan mengembangkan karier di masa depan.
3. Mengatasi tantangan dan berhasil beradaptasi akan meningkatkan kepercayaan diri dan harga diri.
4. Melalui interaksi dengan orang-orang dari berbagai latar belakang, mahasiswa rantau akan memiliki pemahaman yang lebih luas tentang dunia.
b. Adaptasi Non Sosial
Adaptasi non sosial merujuk pada penyesuaian organisme terhadap lingkungan fisiknya. Ini berbeda dengan adaptasi sosial yang melibatkan interaksi dengan individu lain dalam suatu kelompok. Adaptasi non sosial lebih fokus pada bagaimana makhluk hidup mengubah diri atau perilaku mereka untuk bertahan hidup dan berkembang biak dalam lingkungan yang terus berubah. Strategi adaptasi non sosial dilakukan oleh mahasiswa rantau dengan tidak melakukan interaksi -- interaksi sosial kepada mahasiswa lokal atau masyarakat sekitar. Adaptasi sosial dilakukan dengan berbagai cara seperti melakukan pembelajaran atau mencari informasi terkait bahasa, budaya dan yang lain melalui media sosial, internet dan teknologi lainnya. Selain mencari informasi tersebut adaptasi non sosial juga dilakukan dengan cara melakukan penyesuaian terhadap lingkungan tempat tinggalnya yang baru seperti kondisi cuaca, lingkungan, fasilitas umum dan lainnya. Dengan adanya perbedaan lingkungan antara daerah asal mahasiswa rantau dengan tempat tinggalnya yang baru tentu akan menghadapi berbagai tantangan mulai dari cuaca dan yang lainnya. Oleh karena itu adaptasi non sosial juga diperlukan untuk kenyamanan dari mahasiswa rantau tersebut.Â
3. Kesimpulan
Mahasiswa rantau merupakan mahsiswa yang menempuh pendidikan ditempat yang berbeda dari tempat asalnya. Mahasiswa rantau dari Malaysia datang ke Surabaya dengan membawa budaya, bahasa, norma, dan nilai-nilai yang berbeda dari Indonesia atau Surabaya. Menurut data kemeristek tahun 2019 perguruan tinggi terbaik yang mempunyai kualitas terbaik di Indonesia pada umumnya berada di pulau Jawa khususnya kota Surabaya provinsi Jawa Timur. Kuliah di daerah atau tempat lain tentu sangat susah berbeda dengan kuliah di daerah asalnya. Sehingga perlunya adaptasi diri untuk mereka merasa nyaman dan mampu menyesuaikan dengan daerah tempat mereka kuliah. Mahasiswa rantau seringkali kesulitan dalam hal bahasa baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Terlebih bagi mahasiswa rantau yang berasal dari luar negeri salah satunya adalah Malaysia. Meskipun Malaysia mempunyai bahasa yang hampir mirip dengan Bahasa Indonesia tentunya masih terdapat perbedaan kosa kata antar keduanya. Permasalahan bahasa menjadi tantangan yang paling sering dihadapi oleh mahasiswa rantau. Adaptasi mahasiswa rantau perlu dilakukan supaya mereka dapat berinteraksi atau berkomunikasi dengan mahasiswa lokal. Sehingga mahasiswa rantau dan mahasiswa lokal bisa saling mengenal dan memahami karakter antar budaya atau tradisi masing -- masing. Strategi adaptasi yang dilakukan oleh mahasiswa rantau dari Malaysia selama berkuliah di Jawa Timur dapat dikategorikan menjadi dua yaitu adaptasi sosial dan adaptasi non-sosial.
Daftar Pustaka
Agustina, M. ., & Deastuti, P. W. . (2023). Hardiness dan stres akademik pada mahasiswa rantau. IDEA: Jurnal Psikologi, 7(1), 34--45. https://doi.org/
Hutabarat, E., & Nurchayati, N. (2021). Penyesuaian Diri Mahasiswa Batak yang Merantau di Surabaya. Jurnal Penelitian Psikologi, 1(1), 45--59.
Laksono, P. (2020). Adaptasi Sosial Mahasiswa Asing Di Institut Kh. Abdul Chalim Pacet Mojokerto. Al-Mada: Jurnal Agama, Sosial, dan Budaya, 3(1), 1--13. https://doi.org/10.31538/almada.v3i1.484
Megawati, A., Mardhatillah, M., Ansar, W., Nagauleng, A. M., & Shafarina, N. A. (2024). Psikoedukasi Adaptasi Sosial Pada Mahasiswa Program Pertukaran Mahasiswa Merdeka ( PMM ) Di Universitas Malikussaleh. Gudang Jurnal Pengabdian Masyarakat, 2(1), 27--31.
Prasetya, R. A., & Pribadi, F. (2021). Akses Pendidikan Masyarakat Urban Pasca Penerapan Sistem Zonasi Di Surabaya. Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial, 31(1), 32--42. https://doi.org/10.23917/jpis.v31i1.13988
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H