Mohon tunggu...
Wahyu NH Aly
Wahyu NH Aly Mohon Tunggu... lainnya -

Wahyu

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Antar Agama Saling Menyesatkan, Bisakah Terwujud Toleransi?

5 September 2010   17:15 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:25 433
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

4. Bagaimana terwujud toleransi antar umat beragama dengan konsep saling menyesatkan ini?

Sebagaimana dalam analogi di atas, ketika saya menganggap Anda sebagai teman saya akan tersesat, saya sebagai seorang sahabat tentu akan merasa sedih dan merasa akan kehilangan, akan tetapi itu sudah menjadi pilihan Anda. Begitu juga sebaliknya, ketika Anda menganggap saya akan tersesat, sebagai seorang sahabat Anda pastinya akan kehilangan saya dan merasa sangat sedih, akan tetapi lagi-lagi Anda tidak boleh memaksa saya karena saya dalam hal ini memiliki pilihan yang tidfak boleh dicampuri.

Dengan mengetahui hal demikian, baik saya ataupun Anda, ketika masih berkumpul di sini, di dunia ini, maka akan terasa sangat dekat, mengingat nanti tidak akan bertemu. Rasa sedih ketika menganggap sahabatnya akan tersesat inilah yang akan melahirkan rasa saling menyayangi dan memiliki selama masih hidup. Selain itu dari perbedaan “panduan”-nya atau ajarannya atau agamanya, maka akan ada keterbukaan dan diskusi tentang sesuatu yang membedakan itu.

C. Perlukah Agama di Dalam Kehidupan Manusia?

1. Agama selama ini adalah mengajarkan (menunjukkan) keselamatan. Dengan ajaran ini, maka akan melahirkan rasa saling memiliki dan mengasihi selama di Dunia. Selain agama, saya belum pernah menemukan ada ajaran yang demikian. Maka, dengan adanya ajaran seperti itu, agama sangat dibutuhkan sebagai “tali” agar saling menyayangi dan mengasihi sesama manusia yang ‘menurutnya” akan tidak selamat. Dengan demikian, agama sangatlah dibutuhkan.

2. Adapun konflik yang terjadi antar agama, sepanjang sejarah, adalah faktor politik. Sayangnya, unsur politis tersebut tidak dipelajari oleh kalangan penganut agama, melainkan isu peperangan itulah yang dijadikan tolak ukur untuk memahami agama lain. Maka, bukan kesalahan agama, akan tetapi kesalahan manusia dalam merusak agama sekaligus merusak tatatan kemanusiaan. Dengan demikian, yang seharusnya dibuang adalah unsur politis yang negatif, bukan agamanya.

Dari sini, toleransi adalah suatu yang niscaya dan tidak sulit untuk dilakukan bukan?

___________________________________

Silahkan dikembangkan sendiri….

___________________________________

Salam toleransi total....

Salam revolusi damai….

Wahyu NH. Al_Aly

(Gembel Jalanan)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun