DALAM beberapa jam “Batal hadiri debat” telah menjadi trending topik di Twitter. Hal ini dilatari karena batalnya kehadiran ekonom, Rizal Ramli (RR) ke tantangan debat Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan (LBP).
RR beralasan LBP tidak melakukan koordinasi lebih dulu dengan dirinya, maka dari itu tantangan debat baiknya diundur. Gelaran debat antara RR dan LBP ini diinisiasi oleh jejaring aktivis Pro Demokrasi (ProDem).
Penting untuk diketahui, debat berbeda dengan diskusi. Walau hampir mirip karena orientasinya tukar tambah pengetahuan. Namun dengan berdebat tidak ada yang dapat ditarik solusi atau titik terang dari hal yang dibicarakan, berbeda halnya dengan diskusi, kita mampu menarik satu simpulan yang dapat diterima bersama-sama.
Berikut ini ada beberapa alasan debat RR dan LBP enggak penting.
Pertama, debat hanya ajang jago-jagoan. Alasannya ialah pendebat biasanya akan mencari kesalahan argumentasi pihak lawan. Hal ini biasanya dilakukan demi meraih pujian dan riuh tepuk tangan dari penonton debat.
Inilah yang mendasari debat bukan sekedar tukar tambah pengetahuan, namun lebih pada ajang jago-jagoan.
Kedua, kebenaran menjadi samar. Di dalam kajian ilmu filsafat, kebenaran merupakan kesesuaian pengetahuan dan realita. Dengan melakukan perdebatan, peserta debat akan saling klaim kebenaran masing-masing.
Hal ini juga mengakibatkan pendengar menjadi keliru, dikarenakan saling klaim kebenaran antar peserta debat, pendengar akan kurang mampu memilah mana kebenaran yang asli sehingga kebenaran menjadi samar.
Ketiga, kalah debat dapat mengakibatkan stres. Pihak yang kalah dalam berdebat biasanya akan mengalami stres. Setelah kalah, pendebat ini biasanya akan mencari-cari detail kesalahan pihak lawan walau debat telah usai.
Keempat, memicu debar jantung lebih cepat. Serangan argumentasi kepada lawan debat dalam mencari-cari kesalahan lawan dapat menyebabkan kerja jantung lebih cepat dari biasanya. Kita tidak dapat bayangkan bilamana ini terjadi pada orang yang sedang dalam tekanan darah tinggi.
Kelima, insomnia. Walaupun perdebatan telah usai, para pendebat pasti masih memikirkan detail perdebatan yang dilakukan sebelumnya. Tiap detail argumentasi lawan akan berupaya dicari-cari kesalahannya.
Akan lebih gawat ketika pendebat ini hendak istirahat di malam hari, yang paling mungkin dialami ialah insomnia.
Dengan alasan-alasan yang dikemukakan di atas, boleh jadi pembenaran kalau debat antara RR dan LBP enggak terlalu penting-penting amat.
Jadi enggak usak berdebat, cukup diskusi saja.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H