Mohon tunggu...
Aslan Z
Aslan Z Mohon Tunggu... -

kata itu energi semesta

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

SBY Menulis

3 Oktober 2010   20:38 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:45 351
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya terkesan membaca sejumlah tulisan SBY yang belum pernah diterbitkan. Bahkan orang-orang dekat beliau sendiri dijamin belum ada yang mengetahui kabar penting ini. Saya tergoda untuk membaca, bukankah ketika menelaah tulisan orang lain, sesungguhnya yang terjadi bukan sebatas menatap teks yang kerlap-kerlip, bukan sebatas huruf. Tetapi melesat jauh terhampar sebuah kejadian antara jiwa yang berdialog. Dua pemikiran, jiwa kita dan jiwa sang penulis. Tulisan tak berhenti sebagai tulisan an sich, ia terus mencari persenyawaan dengan bendungan kesadaran pengetahuan manusia. Itu sebab saya terpukau menikmati tulisan SBY.

SBY berpembawaan tenang, tak banyak mengumbar kata yang tak perlu, bijak, bersuara merdu dan suka menolong sesama. Dari berderet tulisannya, ada keterbatasan ruang untuk ditampilkan, namun saya pilihkan dua puisi bertenaga, bercerita jujur dari tulusnya hati. Yang pertama berjudul “Senandung dini hari”

Hitam alam...

Serta sepi teriakan zaman

Dan makna yang tersembunyi seakan menampakan diri

Nuansa cakrawala jiwa membiru

Hanya bintang dilangit

Pertanda ada cahaya disana.... (2agustus2006)

Atau simak puisi kedua :

"sehari ku dibalut rindu"

buat:

terus terang... anakku

dalam kesepian yang tak terbatas

hanya coba kubayangkan nampak raut wajahmu

dan terus kuukir makna sejuta tangismu

terus terang tak kuasa kuberdebat dalam kerinduan

anakku....

kutahan makna terasing dalam jauh dari dirimu

hanya untuk mencoba mengukir wajahmu di awang-awang

awan tak kunjung bicara

sementara....

berita akan dirimu

tak jua badai sampaikan..

aku merindukanmu

dan kumenghibur diriku

dengan bayangan raut mukamu

yang kuimpikan.(ditulis pada 11-01-2007)

Akh, aku tersentuh oleh puisi itu, ada rasa haru mengalir. Terima kasih SBY, saudara seperjuangan kita SBY (Syawaluddin Boy). Teruslah menulis puisi, kawan! Suatu hari nanti jika kamu sudah punya duit, kamu bisa menerbitkan kumpulan puisimu. Hehe...

NB:

SBY adalah Singkatan nama dari Syawaluddin Boy, satu dari berpuluh juta rakyat Indonesia yang memiliki setumpuk alasan untuk mencintai Presiden SBY. Dalam dua kali pemilihan presiden, Syawaluddin Boy memilih Presiden SBY, selain karena tertarik dengan program kerja beliau, juga karena alasan yang bersifat pribadi yaitu singkatan namanya memiliki kesamaan dengan singkatan nama Sang Presiden.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun