Mohon tunggu...
Aslan Z
Aslan Z Mohon Tunggu... -

kata itu energi semesta

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

SELEPAS SAHUR DI BAU-BAU

15 Agustus 2010   13:46 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:00 499
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_227227" align="alignnone" width="407" caption="http://www.kabarindonesia.com/foto.php?pil=20080518232510&fid=3031"][/caption] Setelah makan sahur dan shalat subuh, biasanya kaum muslimin melanjutkan dengan mengaji, menyimak ceramah agama di TV, radio atau sebagian berakhir di tempat tidur. Memang terasa nikmat tidur dengan perut kenyang, udara dinihari yang sejuk meniup, suasana senyap, percaya deh itulah bentuk lain dari nikmatnya tidur. Bagi masyarakat kota Bau-Bau di Sulawesi Tenggara, momen selepas shalat subuh dituntaskan dengan serempak bersama kawan, saudara atau sendirian berjalan atau naik kendaraan menuju kawasan pantai Kamali dan pelabuhan Murhum. Udara pagi yang segar ditingkahi hempasan air laut di bibir pantai Kamali, ikan-ikan laut yang berkejaran di antara tiang pelabuhan Murhum boleh jadi telah menjadi sarana terapi bagi kesegaran jiwa. Bagi warga kota, seolah terjerat candu untuk selalu bersantai di sini. Jika anda pernah berkunjung ke Bau-Bau, sempatkanlah untuk duduk berlama-lama di pantai Kamali atau berdiam sejenak di tepi pelabuhan Murhum, suasana menyentuh, serupa tengah berlangsung proses persenyawaan diri dengan semesta, mungkin itulah kekuatan laut, kuasa menyentuh aliran energi pada sirkuit terjauh dalam diri. Rasa terpesona itu agaknya mirip dengan pengalaman pertama mereka yang baru pertama kali menginjakan kaki di pantai Losari Makassar Sulsel. Pembedanya barangkali; laut di sekitar pantai Kamali dan Pelabuhan Murhum relatif bersih dan terjaga bila dibanding kondisi laut di pantai Losari. Itu wajar saja mengingat Bau-Bau ialah kota kecil, dengan sendirinya tingkat pencemaran laut tak seperti beban yang ditanggung Makassar. Walhasil, sepanjang jalan menuju pantai Kamali dan Pelabuhan Murhum, berkelompok pejalan kaki mulai anak kecil, laki-laki, gadis sampai orang tua tak mau kalah menjemput pagi di lokasi ini.

Kontur alam Bau-bau penuh daya magis, berbukit-bukit dan berbatu; ini membuat pada banyak titik atau lokasi menghampar sebagai tempat strategis dan indah untuk menikmati laut; berada pada ketinggian tertentu dimana bebukitan menjadi lanskap yang sangat menawan, misalnya dari atas benteng keraton Buton, kawasan Palatiga dekat menara Metro TV, kawasan Bukit Wantiro, beberapa tonjolan bukit di atas pantai Nirwana; cobalah sesekali anda kunjungi lalu lemparkan pandangan mata menyapu tipis pantai Nirwana dan tebing-tebing terjal yang jauh, seakan merangkum semua cita rasa dari pulau nan permai. Rahasia keindahan dan kekayaan tersembunyi dari pulau-pulau di Indonesia, konon, manjadi satu alasan tersembunyi para penjelajah samudera berabad silam selain bertujuan mencari rempah di Timur, juga terpendam hasrat menikmati eksotisme pulau di timur. Salah satu dari sekian pulau yang punya daya tarik di Indonesia yaitu Pulau Buton dimana Kota Bau-Bau berada. Ditambah letak strategisnya, di titik tengah Indonesia, daerah transit bila ke timur, penghasil aspal dan jambu mete, lokasi wisata budaya dengan benteng terluas di dunia. Kembali ke pantai Kamali, pemerintah kota telah merenovasi. Wajah baru dari pantai yang dahulu semrawut menjadi berkarakter, berdesain sejuk. Jika kawan Kompasioner senang pada sesuatu yang beda, tak ada salahnya mencoba untuk ‘mencicipi’ daerah ini. Selain pantai Kamali, terdapat pula pantai Nirwana dan pantai Lakeba yang tak kalah menarik. Saat kanak-kanak dulu, saya sering berenang di pantai Kamali, disana sini koli-koli (perahu), boti dan perahu layar dari Wakatobi melempar sauh. Berenang disini asyik, lautnya tenang sebab selain memang kondisi laut di teluk Bau-Bau cukup terlindung, diapit oleh pulau Muna dan Buton juga tepat di sisi kiri pantai, dahulu oleh insinyur Belanda dibangun jembatan batu yang berfungsi semacam bantalan pelindung atas serbuan endapan lumpur dari sungai Bau-Bau. Menurut orang-orang tua dahulu pantai ini menjadi lokasi favorit Sultan Buton beristirahat dan mencari inspirasi. Pelabuhan Murhum menyangga perekonomian kota dengan menjadi pintu gerbang laut Sulawesi Tenggara, rutin disinggahi kapal Pelni maupun kapal lain yang hilir mudik dari barat ke timur Nusantara demikian sebaliknya. Di Murhum, serupa kolam renang raksasa, airnya jernih sekali, saking jernihnya kita dapat melihat ke dasar. Sebagai tempat rekreasi yang seru, juga dimanfaatkan untuk berenang. Semoga ada manfaatnya bagi sahabat Kompasioner.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun