Fenomena Tren Belanja Live Shopping: Transformasi E-Commerce dan Kebiasaan Belanja Online di Indonesia
Tren belanja melalui siaran langsung atau yang dikenal sebagai live shopping telah mengalami pergeseran paradigma dalam dunia e-commerce di Indonesia sejak pandemi berakhir.Â
Terbitlah era live commerce yang menggabungkan hiburan, kenyamanan berbelanja, dan interaksi sosial untuk menarik perhatian konsumen di seluruh negeri.Â
Artikel ini akan membahas bagaimana live commerce telah berhasil menarik perhatian konsumen, alasan di balik popularitas yang meningkat dari tren live shopping, dan mengidentifikasi tokoh-tokoh kunci yang telah mendorong perkembangan tren ini di Indonesia.
Pengertian Live Shopping
Live shopping adalah konsep e-niaga yang inovatif yang telah mengadaptasi gaya belanja langsung dari era televisi tahun 90-an ke dalam dunia digital. Â
Konsep ini menggabungkan siaran video real-time dengan pembawa acara atau influencer yang mempresentasikan produk, berinteraksi dengan penonton, dan menyediakan opsi pembelian secara instan.
Selama siaran berlangsung, para penonton diberikan peluang untuk berinteraksi, bertanya tentang produk, serta melakukan pembelian melalui platform yang sama. Maka dari itu, terciptalah pengalaman berbelanja yang menarik, informatif, dan nyaman melalui perangkat smartphone mereka.Â
Keuntungan live shopping juga dirasakan oleh penjual, yang dapat mempromosikan produk secara langsung dengan menyoroti fitur-fitur pentingnya---sesuatu yang tidak mungkin dilakukan dengan format gambar 2D dan deskripsi tertulis.Â
Selain itu, live shopping juga menciptakan urgensi berbelanja dengan penawaran terbatas, diskon kilat, ataupun penawaran eksklusif lainnya untuk meningkatkan penjualan produk.Â
Bagi konsumen yang mungkin telah merasa jenuh dengan berbelanja online konvensional, live shopping dapat membangun loyalitas merek dan meningkatkan ikatan emosional antara penjual dan pembeli.Â
Cepatnya Pertumbuhan Live Shopping di Indonesia
Masyarakat Indonesia, yang terkenal dengan keberagaman dan minat tinggi terhadap teknologi, dengan cepat merespons konsep live shopping.Â
Pertumbuhan media sosial yang pesat di Indonesia, ditambah dengan statusnya sebagai pasar smartphone terbesar keempat di dunia, telah memberikan kontribusi besar terhadap adopsi tren ini.Â
Hingga Februari 2022, jumlah pengguna aktif media sosial di Indonesia sebanyak 191,4 juta orang. Selain itu, mengingat 20 juga orang telah berinteraksi dengan platform belanja online pada tahun 2017, tidak mengherankan bahwa tren digital baru seperti live shopping langsung mendapat sambutan hangat di kalangan masyarakat.
Sebuah riset dari Populix menunjukkan bahwa sektor mode (85%), produk kecantikan (54%), dan gaya hidup (41%) adalah pendorong utama pertumbuhan live shopping.Â
Hasil survei lebih mendalam juga mengungkapkan bahwa masyarakat Indonesia berbelanja online minimal dua hingga empat kali per bulan, dengan pengeluaran rata-rata sekitar Rp200.000 per transaksi.Â
Dalam konteks live shopping, konsumen umumnya mencari promosi dan diskon dari merek yang telah mereka ikuti. Tawaran seperti gratis ongkir (91%), diskon (87%), cashback (65%), voucher (47%), bundle (34%), dan peluncuran produk eksklusif (20%) paling menarik minat para konsumen Indonesia.Â
Platform Terbesar Live Shopping di Indonesia
Seiring dengan meningkatnya popularitas penggunaan live shopping di Indonesia, pemain-pemain besar dalam ranah ini pun mulai bermunculan. Shopee Live mendominasi pangsa pasar dengan 74%, sedangkan platform e-commerce lainnya seperti TikTok Live (20%), Tokopedia Play (10%), dan LazLive (9%) mengikuti di belakang.
Pendiri sekaligus CEO Populix, Timothy Astandu, menegaskan bahwa temuan survei ini selaras dengan data mereka terkait Shopee Live sebagai pemimpin pasar dengan jumlah dan nilai transaksi terbesar di antara platform-platform lain di Indonesia.
Hasil survei Ninjavan juga memvalidasi bahwa Shopee (27%) adalah platform live commerce favorit di Asia Tenggara pada tahun 2022.Â
Di sisi lain, Instagram dan YouTube kurang populer dengan hanya 7% dan 3% responden yang menyatakan preferensi mereka terhadap kedua platform tersebut.
Namun, menariknya, walaupun Shopee dan TikTok memimpin di antara konsumen, Tokopedia (76%) muncul sebagai platform yang paling terpercaya di kalangan pemilik usaha kecil dan menengah Indonesia.
Kota-kota seperti Medan, Bandung, Semarang, Surabaya, dan Sidoarjo juga menduduki lima besar daerah dengan penonton tertinggi pada platform Tokopedia Play di paruh pertama tahun 2023.
Faktor-faktor seperti variasi metode pembayaran (73%), kemudahan penggunaan (70%), efisiensi logistik (70%), antarmuka pengguna yang lancar (70%), fitur lengkap (68%), dan layanan resolusi yang handal (66%) menjadi alasan utama kepercayaan terhadap Tokopedia.Â
Pengalaman Penjual dalam Live ShoppingÂ
Meskipun platform yang lebih menarik bagi konsumen bervariasi, merek lokal dan global telah mengadopsi live shopping untuk memperluas jangkauan dan meningkatkan pendapatan.Â
Namun, pertanyaannya adalah seberapa besar upaya yang diperlukan oleh penjual untuk melaksanakan siaran langsung secara berkala.Â
Pada tahap awal kemunculannya, metode live shopping menuai sejumlah skeptisisme. Beberapa orang percaya bahwa pendekatan ini berpotensi merugikan UMKM lokal, karena lebih menonjolkan produk impor dan merek terkenal, sekaligus melibatkan penggunaan teknologi.
Namun, menurut ahli marketplace Jonathan Ko, munculnya metode baru untuk penjualan, seperti live shopping, sebenarnya bisa membawa peluang bagi UMKM lokal.
Dibandingkan dengan proses yang lebih rumit seperti mempromosikan melalui media sosial dan platform e-niaga, live shopping lebih sederhana. Terutama bagi penjual dengan pemahaman teknologi terbatas.Â
Jonathan Ko menjelaskan, "Sebelumnya, penjual harus memahami algoritma, menulis deskripsi produk, menggunakan komputer, dan mengatasi sejumlah hambatan teknis lainnya. Namun, dengan platform seperti TikTok, penjual cukup mengunggah produk, menambahkan judul dan harga, dan melakukan siaran langsung menggunakan ponsel mereka untuk mempromosikan produk secara real-time."
Selain itu, live shopping juga terbukti lebih sederhana dari model penjualan social commerce, yang membutuhkan presensi online signifikan, tampilan grafis yang mencolok, serta integrasi dengan platform atau situs web e-niaga tradisional.
Akankah Live Commerce Menyingkirkan eCommerce Tradisional?
Meskipun menunjukkan ekspansi dan potensi mengesankan, sangat penting untuk menyadari bahwa live shopping tidak akan secara langsung menggulingkan metode ecommerce tradisional.
Sebaliknya, live shopping mendukung strategi ritel online yang sudah mapan dengan memperkenalkan dimensi interaktif dan orientasi hiburan pada pengalaman berbelanja.
Danny Wong, Head of Growth and Innovation di APAC TEAM LEWIS, mencatat bahwa "pelanggan memandang live shopping sebagai sarana untuk mengakses diskon eksklusif dan menemukan produk baru."
Xen Chia, Direktur Pemasaran Strategis di XGATE, juga menambahkan bahwa live shopping menjembatani kesenjangan interaksi sosial yang melekat dalam e-commerce.
Oleh karena itu, tidak mungkin live shopping akan menggantikan e-commerce tradisional. Justru, keduanya hidup berdampingan secara simbiosis, melayani target audiens yang berbeda dan tujuan penjualan yang berbeda.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H