Berbeda dengan Santiago yang berani membantai lawannya dengan ganas dan tanpa neko-neko. Walau demikian memang di beberapa ronde, Broner sangat amat kesulitan menembus pertahanan dan lebih banyak meng-cover dengan footwork atau menutup wajahnya dnegan kedua sarung tinju kecilnya.
Santiago memang lebih sibuk dalam memukul tetapi yang perlu menjadi perhatian disini adalah akurasi pukulannya yang cenderung melebar.
Walaupun sibuk, apa gunanya melontarkan pukulan tetapi hitungan akurasi pukulan masuk hanya sedikit? Sementara Broner hanya beberapa kali memukul tetapi pukulannya sangat bersih dan tepat sasaran. Tetapi dengan pukulan yang maha selektif itu, Broner sebenarnya belum bisa mengunci kemenangan.
Karena menurut saya hitungannya jauh dibandingkan akumulasi serangan Santiago yang sangat membabi buta dan brutal. Kata membabi buta yang saya gunakan disini adalah, Santiago menonjolkan emosinya dalam bertanding. Hal ini membuatnya beberapa kali menerapkan serangan kosong ditambah dengan memukul lawan setelah bel berbunyi di ronde keempat yang akhirnya berbuah pada deducted point untuk Santiago.
Dari sini saya bisa melihat permainan Broner baru bisa terlihat agak baik di ronde 6 hingga 9.
Dengan berani Broner membuat Santiago hampir bertekuk lutut Padahal ya dia kena hajar juga dan sangat brutal memakan serangan dari Santiago yang sangat mengandalkan pukulan bodushot dan left hook yang sangat keras.
Sayangnya kerasnya pukulan tersebut tidak efektif serangan Broner yang sempat membuat Santiago hampir mencium kanvas. Berkat pukulan right hand dari The Problem, ditambah dengan mata kiri Santiogo yang berdarah sekali lagi memberikan clue mengapa juri memberikan kemenangan kepada Adrien "The Problem" Broner.
Ya saya setuju dengan hasilnya yang dipilih kepada Broner untuk mengunci kemenangan. Tetapi saya tidak setuju dengan kemenangan via mutlak atau unanimous decision.
Mengapa? Karena Broner belum melontarkan pukulan yang benar-benar menunjukkan stylenya. Pertarungan ini layaknya pemanansan. Lagi-lagi adalah pemanasan.
Saya tidak melihat lightening speed dan pukulan beruntunnya yang sangat khas. Yang saya lihat disini adalah dia murni mengadopsi gaya Mayweather tanpa mem-magnify sebagai ciri kekuatannya.Hanya murni adopsi yang akhirnya hanya berujung pada mencontek. Ya seperti istilah ATM (Amati, Tiru, Modifikasi) yang tak tersaring dengan baik. Jadinya hanya murni copas-copas saja, tanpa memberikan signature moves-nya.
Saya rasa Broner perlu penyesuaian bertanding atau mungkin megganti pelatihnya agar bisa tampil optimal, karena yang saya lihat hari ini bukan Broner banget. Padahal level bertandingnya jauh diatas rivalnya.