Mohon tunggu...
Askarim
Askarim Mohon Tunggu... Guru - Guru

Dari Hati untuk hati dan menyenangkan hati

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Koneksi Nilai dan Peran Guru Penggerak dalam Bingkai Diagram Trapesium Usia

2 April 2024   21:59 Diperbarui: 2 April 2024   22:25 268
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
 sumber gambar dari kreasi pribadi di media canva

Dalam pembahasan kita kali ini, penulis memulai dengan mengaitkan antara nilai dan peran guru penggerak dengan diagram trapesium usia, sehingga ada benang merah yang sangat nyata bila kita menyisir lebih dalam, salah satu hal yang paling mendasar menurut hemat penulis adalah bagaimana setiap peristiwa ada asupan pembelajaran yang kental dengan makna mengenai entitas nilai dan peran guru penggerak itu sendiri.

Tugas 1. Refleksi

Dalam rangkaian pertemuan kali ini, penulis mendapatkan tugas untuk membuat diagram trapesium usia  lengkap dengan penjabarannya yang mana di bubukan dalam butir pertanyaan sebagai berikut:

Apa peristiwa positif dan negatif yang saya tuliskan di sana?

  • Berangkat dari butir pertanyan di atas maka penulis mencoba meruntu  peristiwa yang penulis alami sendiri, di mulai dari peristiwa positif. Ada beberapa peristiwa positif sebenarnya yang penulis rasakan selama rentan perjalan hidup penulis alami hingga pada fase sekarang. Namun penulis paling rasakan dan sampai sekarang menjadi hal yang terindah penulis rasakan adalah saat memasuki bangku sekolah menengah umum (SMU), tepatnya di usia beranjak 17 tahun saya di daulat menjadi utusan daerah kabupaten selayar kala itu, rasa senang, gembira bercampu aduk di diri penulis untuk melanjutkan sekolah di sekolah menengah umum smu 02 tinggimoncong. Yang mana sekolah smu 02 tinggimoncong adalah sekolah yang berada di malino kecamatan tinggimoncong kabupaten gowa dan salah satu sekolah unggulan di provinsi Sulawesi selatan kala itu dengan menggunakan sistim boarding school.
  • Ada sisi positif tentu adapula irisan negatifnya. Apa peristiwa yang paling berkesan penulis rasakan dalam sisi negatif, jujur penulis mencoba merefleksi dan memilih apa hal yang paling menyeret luapan perasan penulis di sisi negatif, seperti yang penulis tuliskan dalam diagram trapezium usia. Penulis merasa sangat sedih, marah karena tidak naik kelas, ke kelas 3 sekolah dasar negeri 1 pasimarannu desa bonerate kecamatan pasimarannu kabupaten selayar. Ada kekecewaan yang teramat dalam kala itu dimana teman-teman kelas sudah berada di kelas 3 sedangkan saya haru menerima nasib masih bertahan satu tahun untuk mengulang kembali di kelas 2 sekolah dasar.

Selain saya, siapa lagi yang terlibat di dalam masing-masing peristiwa tersebut?

Dalam rentang peristiwa positif tentu tidak bisa ternafikan bahwa peran kedua orang tua, sangat berarti untuk bisa melanjutkan ke smu negeri 02 tinggimoncong kala itu, support dan doa serta bantuan material sangat memberikan berarti bagi penulis kala itu, selain kedua orang tua bapak guru Bimbingan dan konselin  bapak andi muhsin, S.Pd waktu di sekolah lanjutan tingkat pertama. Yang sengaja menampung saya untuk sementara di rumahnya yang menganggap saya bukan hanya sebagai muridnya tapi beliau sudah menganggap saya sebagai anaknya sendiri. Komunikasi tidak pernah terputus walupun saya sudah berada di malino kala itu. Sehinga rasa takjub dan bangga memiliki seorang guru yang sangat saya idolakan kala itu. Beliau selain berperan sebagai guru juga berperan sebagai orang tua bagi penulis secara pribadi.  Sedangkan dalam irisan negative, saya rasakan kala itu bahwa selain karena mungkin saya kurang maksimal dalam belajar sehingga saya harus tinggal kelas di bangku kelas 2 Sekolah dasar ada kekecewaan mendalam dalam hati saya, namun peran orang tua sangat berarti bagi saya kala itu. Curhatan kekecewaan saya lebih banyak saya ceritakan kepada ibu. Akhirnya mulai dari kejadian tersebut ibu senantiasa bersabar menemani saya untuk bangkit dan belajar dengan giat untuk bisa naik kelas kemudian dan berangkat dari situ akhirnya dari kegagalan yang saya rasakan kala itu menjadi cambukan bagi penulis untuk menjadi bintang kelas dan alhamdullilah mulai dari situ penulis selalu membawa hadiah setiap penaikan kelas sebagai peringkat pertama.

Dampak emosi apa saja yang saya rasakan hingga sekarang? (silakan gunakan roda emosi Plutchik di Gambar 2 untuk mengidentifikasi persisnya perasaan Bapak/Ibu di masa itu)

Hal yang signifikan yang penulis rasakan sekarang berkaitan dari peristiwa di atas adalah, Dari peristiwa Positif tersebut penulis  merasa senang dan bangga atas pencapaian saya dapatkan sehingga bisa sekolah di salah satu sekolah terbaik serta mendapat beasiswa full sebagai utusan daerah kabupaten selayar kala itu, yaitu di sekolah menengah umum negeri 02 tingimoncong kabupaten gowa. Sedangkan di sisi negative penulis rasakan kala itu yaitu rasa sedih, muak dan benci terhadap diri sendiri karena harus mengulang lagi selama setahun di bangku kelas 2 sekolah dasar negeri 1 bonerate kabupaten selayar. Beberap hari saya merenung dan menyesali diri atas ketidakmampuan saya kala itu.

Mengapa momen yang terjadi di masa sekolah masih dapat saya rasakan dan masih dapat memengaruhi diri saya di masa sekarang?

  • Setiap momen tentunya tidak bisa terlepas dari suguhan apa yang terjadi, penulis ingat betul bahwa hal yang paling mendasar yang menjadi penguat ingatan sampai sekarang adalah guru bimbingan konselin saya yaitu bapak andi mukhsin, S.Pd, beliau penyelamat dan panutan saya kala itu sebelum melanjutkan ke tingkat menengah umum. Ada pesan yang masih terasa segar di jiwa penulis bahwa jika ingin mengangkat martabat keluargamu askarim. Maka angkatlah dengan cara belajar dengan tekun dan berprestasilah di dalam hidupmu. Sebab ilmu itu sangat berarti dalam kehidupan kita dan sangat menunjang untuk bisa menjadi pribadi sukses kedepannya.

Pelajaran hidup apa yang saya peroleh dari kegiatan trapesium usia dan roda emosi, terkait peran saya sebagai guru terhadap peserta didik saya?

  • Pelajaran hidup yang penulis peroleh dari kegiatan trapesium usia dan roda emosi, terkait peran saya sebagai guru terhadap peserta didik saya mengenai peristiwa negatif adalah lebih banyak merefleksi diri bahwa kegagalan bukan serta merta di tangisi, serta mengutuk diri dalam posisi menyalahkan diri secara terus menerus. Namun jadikan kegagalan yang ada sebagai momentum untuk memperbaiki diri, bahwa ada bagian dari diri kita untuk kita yang mesti kita tingkatkan supaya tidak mengulang kesalahan yang sama. Selain itu jadikan kegagalan sebagai langkah awal untuk menuju ke suksesan nantinya. Sedangkan dalam sisi positif, penulis perlu menerapkan pola pendekatan yang humanis dan konstruktif dalam pembelajaran kedepannya. Guru harus menjadi role model positif dalam menuntun peserta didik sehingga dia mampu menjelma menjadi idola untuk melangsungkan kehidupannya di realitas bermasyarakat nantinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun