Berdasarkan alasan itulah yang menyebabkan aku tidak ingin mengulang model didikan orang tua ku dahulu, anak-anak diberikan kebebasan lebih untuk mengeksplorasi, pastinya dengan batasan-batasan agar menghindarkan anak-anak dari bahaya.
Itu masalah pertama, anak-anak yang syukurnya aktif dan gemar berpetualang, masalah selanjutnya adalah ketersediaan pengasuh, pengasuh-pengasuh yang kami dapatkan selama ini lebih banyak yang sudah sepuh, dan akibatnya mobilitas mereka sering kalah cepat dibandingkan bocah-bocah yang masih lincah ke sana-ke mari.
InsyaAllah sebentar lagi anak kami yang pertama akan masuk sekolah, mungkin saat itulah beban pengasuhnya agak sedikit berkurang karena sudah bisa lebih fokus ke adiknya. Dan si kakak, mungkin setelah bersekolah kelak, akan tersalurkan sebagian besar energinya di tempat sekolahnya, sehingga saat kembali ke rumah, energinya tidaklah sebesar biasanya, sehingga lebih mudah dikontrol. Wallahu a'lam
Tapi yang pasti, kami tetap berharap ke depannya musibah-musiba seperti ini tidak terulang lagi, dan bekas-bekasnya seperti memar dan bekas terbakar tidak berdampak serius terhadap perkembangan fisik dan psikis mereka sebagai anak-anak yang sedang dalam masa pertumbuhan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H