Akhir-akhir ini ada isu mengenai Fatherless atau Krisis Kepengasuhan Anak oleh Ayahnya di Indonesia, isu yang mengharapkan agar ayah, bapak, papah, atau apapun penyebutannya jangan sampai hanya bertugas mencari nafkah saja atau menjadi ATM berjalan, melainkan juga ikut berperan serta dalam pengasuhan anak-anak mereka, yang selama ini lebih banyak didominasi oleh ibunya.
Penulis secara pribadi sangat mendukung kiprah para ayah untuk ikut membantu istrinya mengurusi anak-anaknya, bahkan sebenarnya kalimatnya bukan ikut membantu, karena seakan-akan peran utama pengasuhan itu berada di pundah istrinya, dan suami hanya sekedar membantu.
Bagi penulis, peran pengasuhan itu harus dibagi sama rata, apalagi untuk pasangan suami-istri yang keduanya sama-sama bekerja, jadinya karena mereka berdua sama-sama mencari nafkah, maka juga harus sama-sama juga dalam mengasuh anak-anaknya.
Bahkan bisa dikatakan bahwa seorang ayah atau papah itu dapat juga menjadi bapak rumah tangga, tidak hanya perempuan saja yang punya peran ibu rumah tangga kalau di rumah.
Maksudnya, bapak rumah tangga di sini bukan berarti mereka tidak bekerja mencari nafkah lagi, bukan itu, tetapi saat di rumah mereka jangan hanya menghabiskan waktunya untuk beristirahat, meluangkan waktu untuk hobby, atau nongkrong sama teman-temannya. Mereka juga dibutuhkan partisipasinya di rumah untuk terlibat dalam semua urusan domestik.
Mungkin ke depannya, seorang laki-laki jika akan berkeluarga, tidak boleh lagi canggung menggendong bayinya yang masih orok, menyuapi balitanya, mengganti popoknya, menyeboki anak-anaknya, memandikannya, dan lain-lain.
Apa sih yang menjadi urgensi hadirnya para ayah dalam pengasuhan anak?
Memang masih ada pro-kontra terkait pembicaraan ini, termasuk mengenai ternyata banyak juga para tokoh besar yang besar tanpa banyak keterlibatan ayahnya semasa kecil (ini insya Allah akan penulis bahas pada tulisan lain), tapi patut dicatat kalau anak-anak kita itu akan menghadapi zaman yang jauh berbeda daripada zaman kita saat ini.
Apabila zaman dahulu, hampir semua bidang pekerjaan yang tersedia itu didominasi oleh kaum laki-laki, dari pekerjaan kasar hingga pekerjaan "halus", dari tukang sampah sampai tentara dan sampai pejabat, mayoritas adalah laki-laki (tapi ini mungkin tidak berlaku pada masyarakat pemburu dan pengumpul primitif yang peran perempuannya juga masih ada di luar rumah).
Lalu di mana perempuannya?