Bagaimana jika Aleksander yang Agung atau Alexander The Great itu bukanlah pahlawan perang yang selama ini sering didengung-dengungkan di Barat? Bagaimana seandainya orang ini kita ubah posisinya 180 derajat atau bahkan 360 derajat jadi penjahat perang?
Tapi mungkinkah hal itu terwujud? Mungkin saja, karena menulis sejarah itu bisa dari sudut pandang yang berbeda.
Bila selama ini yang menulis Alexander The Great itu dari sudut pandang si penakluk, orang Macedonia dan Yunani, yang dianggap oleh orang Eropa lainnya itu mewakili mereka, sehingga melegitimasi orang Eropa bahwa nenek moyang mereka itu sudah sedari awal sudah sering mengalahkan orang Asia.
Akan tetapi kalau penulisan sejarah Alexander The Great ini dari pihak, mereka yang dijajah oleh bala tentara Macedonia, pasti akan banyak perbedaannya.
Alezander The Great di sini akan menjadi penjahat perang, layaknya Hitler dan Mussolini. Karena apapun motivasi seorang diktator, kalau sampai menguasai dan merampas kemerdekaan bangsa lain, maka akan jadi penderitaan bagi mereka yang dikuasai.
Sebelum agresi Macedonia di bawah Alexander The Great, sudah ada imperium raksasa bernama Achaemenid atau familiarnya disebut Persia. Pax Persian ini telah berlangsung cukup lama, dan konon pada masa itu terwujud toleransi antar umat beragama, yang jarang terjadi pada masa itu dan masa selanjutnya saat rezim Macedonia berkuasa.
Bentuk toleransi umat beragama ini, di antaranya dikembalikannya umat Yahudi yang sebelum sempat diusir dari Palestina, waktu negeri itu ditaklukan oleh Nebukanedzar II dari Babylonia, yang diikuti dengan pengusiran, sehingga menciptakan diaspora Yahudi ke mana-mana. Setelah Palestina dibebaskan oleh imperium Achaemenid inilah, yang orang-orang Yahudi dapat kembali ke tanah tersebut.
Selain itu imperium Achaemenid juga mencatatkan sejarahnya sebagai negara pertama yang menghapuskan perbudakan di wilayah jurisdiksinya, berlainan sekali dengan kebijakan sang Tiran dari Macedonia, yang kembali memenghidupkan sistem perbudakan, terlebih karena mereka telah mendapatkan banyak budak hasil penjajahan terhadap negeri-negeri Asia.
Bahkan kalau mau jujur, Alexander The Great ini bisa jadi lebih tepat dipadankan dengan tokoh semacam Attila The Hun atau Alaric The Visigoth, mirip sekali, karena ibaratnya Achaemenid atau Persia itu merupakan peradaban maju nan gemilang, sedangkan Macedonia seperti Visigoth adalah bangsa pinggiran yang barbar, yang mengacak-ngacak sebuah peradaban yang telah maju.
Achaemenid sebelum dijajah Macedonia itu menjadi salah satu negara paling padat populasinya di dunia kuno saat itu, dengan keanekaragaman etnis dan bangsanya, menandakan betapa besarnya peradaban mereka. Mereka telah memiliki jalan penghubung antar provinsi, memudahkan akses seluruh warganya berpergian.
Lalu semua itu luluh lantak, tidak tersisa (siapa tahu literatur mengenai Achamenid itu sebenarnya ada, hanya saja dihancurkan oleh penakluk barbar dari Macedonia ini) setelah penjajahan rezim Macedonia.
Sebagai catatan tambahan, bahwa ada buku yang berusaha membuktikan jika Iskandar yang Agung yang ada di dalam kitab suci itu bukanlah Alexander The Macedonia, melainkan Cyrus The Great (ini penamaan Yunani), karena ciri-ciri yang disebutkan dalam kitab suci itu lebih cocok kepada Cyrus yang berbudi lebih luhur dibandingkan Alexander The Macedonia, sang Tirani. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H