Kenangan masa kecil saya ketika bersekolah di Sekolah Dasar Treblasala adalah memiliki teman-teman yang mayoritas berbahasa Madura dan waktu itu di tahun 1967an masih banyak pelajar teman sekolah yang tidak bersepatu ke sekolah.Hanya saya dan adik-adik yang bersepatu kalau pergi ke sekolah.
Bekerja sebagai sinder ayah saya di Perkebunan Treblasala banyak fasilitas yang didapat yaitu setiap bulan sekali mendapat jatah kopi green bean 5 kilogram.Â
Setiap awal bulan selalu kuingat pembantu Mbok Lipah mengsangrai kopi di dapur dengan tungku kayu sampai berwarna kecokelatan.
Kemudian di sore hari ayah menikmati kopi tubruk sambil ditemani makanan kecil pisang goreng, singkong goreng dan tahu petis bercengkerama dengan ibu di ruang tengah.
Mereka berbincang sambil mendengarkan radio siaran BBC atau radio Nederland edisi bahasa Indonesia.Â
Sangat romantis suasananya membuat saya ingin menangis mengenang almarhum Bapak Slamet dan Ibu Sunarlinah ketika menetap di Perkebunan Treblasala. Tulisan ini saya dedekasikan untuk almarhum ayah dan ibu tercinta.
 Ayah saya juga hobi traveling. Setiap liburan sekolah atau ayah sedang mendapat cuti tahunan selalu mengajak anak-anaknya traveling ke Banyuwangi, Jember, Surabaya,Madura, Cirebon, Bandung, Malang, Jakarta, dan Bali.
Kota-kota tersebut ada keluarga kerabat yang tinggal. Sehingga hobi traveling saya menurun dari ayah, Bapak Slamet.
Masa anak-anak saya sering diajak ke Kota Banyuwangi untuk berbelanja kebutuhan rumah tangga di Pasar Banyuwangi atau wisata ke Pantai Boom.Â
Sehingga ingatan saya tentang suasana pertokoan di Kota Banyuwangi di masa tahun 1970 – 1980 an masih membekas di benak.