Siapa yang hobi membaca novel fiksi detektif serial petualangan Sherlock Holmes? Pasti mengenal pengarangnya adalah Sir Arthur Conan Doyle yang berkebangsaan Inggris. Banyak buku serial Sherlock Holmes hasil karyanya yang sudah diterbitkan.
Cerita serial Sherlock Holmes adalah cerita fiksi tentang detektif. Tetapi penggemarnya menjadikan seolah-olah kisah nyata dengan membuat Museum Sherlock Holmes.Â
Museum swasta di London, Inggris yang didedikasikan untuk detektif fiksi terkenal Sherlock Holmes tersebut . Ini adalah museum pertama di dunia yang didedikasikan untuk karakter sastra Sherlock Holmes, dan dibuka sejak tahun 1990.
Bagi yang ingin mencari spot-spot menarik dan unik di London, Museum Sherlock Holmes bisa menjadi rekomendasi yang menarik untuk dikunjungi. Museum ini berlokasi di salah satu jalan terkenal di London, Baker Street 221B.
Bangunan berbentuk apartemen kecil yang diubah sesuai dengan deskripsi dalam cerita Sherlock Holmes karya Sir Arthur Conan Doyle. Seorang petugas berpakaian ala Scotland Yard dengan topi khas, seragam, dan jubah berdiri di pintu gedung sambil mengatur giliran untuk yang ingin masuk keruangan di lantai atas.
Ketika berkunjung di depan museum sudah disambut petugas keamanan yang memakai topi baja ala sampul buku novel Sherlock Holmes yang berbentuk bundar itu.
Banyak turis di depan pintu masuk antre mengambil foto dengan petugas yang ramah dan cukup ganteng ini. Saya langsung teringat sampul buku novel Sherlock Holmes bergambar wajah pria memakai topi baja dan merokok dengan pipa cangklong yang menjadi ciri khasnya.
Rumah kota Georgia yang ditempati museum sebagai "Jalan Baker 221B" dibangun pada tahun 1815. Dulunya digunakan sebagai rumah kos dari tahun 1860 hingga 1936. Ini menggambarkan antara tahun 1881 hingga 1904 ketika cerita Sherlock Holmes dan Dokter Watson tinggal di sana sebagai penyewa Mrs Hudson.
Museum ini menampilkan barang-barang pameran dari beberapa adaptasi berbeda dari Sherlock Holmes dan kreasi dari adegan-adegan dari serial film televisi Sherlock Holmes.
Di rumah inilah Holmes sering menerima klien yang membutuhkan bantuannya untuk memecahkan masalah-masalah, mulai dari problematika rumah tangga sampai kriminalitas. Ia juga sering membantu kepolisian London, Scotland Yard, dalam menangkap para penjahat yang berkeliaran di kota tersebut.
Ada banyak buku-buku, pipa cangklong berbagai bentuk yang tergantung di dinding maupun terserak di atas meja, topi khas Sherlock, kaca pembesar berbagai ukuran, teropong, jam rantai, ruangan kamar, laboratorium, dan foto-foto galeri yang pernah digunakan untuk properti serial film Sherlock Homes.
Ketika datang pada musim panas, museum ini cukup ramai dan penuh. Karena ruangannya sempit jadi cukup antre untuk masuk ke tangga lantai atas.
Museum Sherlock Holmes ini merupakan tempat bersejarah bagi seorang detektif pintar dan terkenal asal Inggris yang telah menjadi cerita menarik bagi penggemar komik detektif diseluruh dunia.
Di dalam museum ini, turis bisa membayangkan Holmes dan Watson sedang berbincang-bincang di ruang duduk. Laboratorium kecil milik Holmes juga bisa dikunjungi lengkap dengan peralatan yang digunakan untuk investigasi kasus-kasus yang ingin dipecahkan.Â
Bukan itu saja, dalam menyelesaikan kasus, Holmes juga sering dibantu oleh sekelompok anak jalanan yang disebut sebagai Baker Street Irregulars. Mereka dipekerjakan Holmes sebagai agen intelijen yang mengumpulkan petunjuk-petunjuk penting untuk keperluan investigasinya
Buku-buku dan biola Watson, perapian milik Mrs. Hudson, dan barang-barang unik milik Holmes juga tersimpan rapi di sini. Di lantai dasar ada toko souvenir untuk penggemar Homes yang ingin menyimpan kenangan tentang Holmes.
Menurut Wikipedia, anak pengarang buku Holmes, Jean Conan Doyle sendiri merasa kurang antusiasme terhadap keberadaan museum ini. Dia sangat menentang gagasan untuk menyatakan bahwa ciptaan ayahnya adalah orang yang nyata dan tahu bahwa kehadiran museum akan memperkuat gagasan di benak banyak orang bahwa Holmes benar-benar ada. Padahal semua barang-barang yang ada di museum adalah fiktif atau hanyalah barang deskripsi cerita dalam novelnya.
Gagasan ini semakin diperkuat dengan adanya plakat biru peringatan di bagian luar yang menyatakan tahun-tahun seharusnya tempat tinggal Holmes. Padahal Holmes adalah kisah fiktif. Tapi keberadaan barang-barang Holmes yang seolah nyata di museumnya juga saya rasakan ketika berkunjung ke lokasinya.
Tiket masuk cukup mahal 15 Pound setara 290 ribu rupiah dan jam buka museum mulai pukul 10.00-18.00 waktu London.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H