Mohon tunggu...
Asita Suryanto
Asita Suryanto Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Traveler

pecinta traveling dan kuliner

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Membuat Pupuk Kompos Sendiri untuk Membantu Terwujudnya Indonesia Mencapai Net-Zero Emissions di Tahun 2060

12 Oktober 2021   19:53 Diperbarui: 12 Oktober 2021   20:08 878
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Semoga segera terwujud Net Zero Emissions Indonesia di tahun 2060 (dok PT Indika Energy)

Sejak mengambil pensiun dini dari pekerjaan , saya memutuskan untuk lebih banyak waktu berkebun di rumah. Meski halaman rumah tidak terlalu luas tapi merawat tanaman menjadi hal yang mengasyikkan dan menyenangkan. Juga tanaman hias yang di taruh  di teras rumah bisa  mempercantik tampilan ruang.

Beberapa orang teman mulai menyukai berkebun di rumah karena bisa mengisi waktu luang selama karantina karena adanya pandemi. Tapi berkebun tidak hanya sekadar menghilangkan stress, berkebun di rumah bisa menjadi aktivitas pengembangan kreativitas yang menyenangkan. Melihat tunas daun tumbuh baru setiap harinya juga membuat hati bahagia.

Kebetulan hobi saya berkebun ini menjadi salah satu faktor mengurangi  produksi emisi karbon. Selain melakukan penghijauan di perumahan dan berfungsi juga menekan emisi karbon  dengan mengurangi konsumsi energi kotor untuk mewujudkan impian Indonesia  mencapai Net-Zero Emissions (NZE) selambat-lambatnya tahun 2060.

Semoga segera terwujud Net Zero Emissions Indonesia di tahun 2060 (dok PT Indika Energy)
Semoga segera terwujud Net Zero Emissions Indonesia di tahun 2060 (dok PT Indika Energy)

Saya berusaha membantu pemerintah mencapai Net Zero Emissions dengan mulai dari diri sendiri di rumah dengan berkebun dan membuat pupuk kompos sendiri dari pembuangan sampah organik sayur serta buah.Saya  mempraktekkan Net-Zero Emissions karena hobi berkebun sejak muda  mewarisi hobi ibu saya almarhum yang suka merawat tanaman.

Pupuk kompos merupakan jenis pupuk yang dibuat dengan cara mendaur ulang sampah. Contoh sampah dari sisa potongan sayur, kulit buah, dan  daun kering yang jatuh di halaman tiap hari saya kumpulkan di tempat  sampah khusus sampah.

Saat dibuang, sampah organik menghasilkan gas metana yang berpotensi jadi gas rumah kaca. Hal itu bisa dihindari dengan mengolahnya menjadi pupuk organik. Membuat pupuk organik sendiri bisa mengurangi 25% hingga 50% sampah organik sehingga produksi gas metana pun berkurang.

Pupuk kompos berguna untuk menambah zat organik dalam tanah sehingga tanaman bisa tumbuh lebih subur. Selain itu, pupuk kompos juga mampu menyeimbangkan pH tanah, mengontrol suhu tanah, mengurangi erosi tanah, dan membantu tanaman menyerap nutrisi di sekitarnya dengan lebih maksimal.

tanaman bungaku kuping gajah sangat subur karena pemberian pupuk kompos bikinan sendiri (dok asita)
tanaman bungaku kuping gajah sangat subur karena pemberian pupuk kompos bikinan sendiri (dok asita)

Selain itu, membuat pupuk kompos   bisa membuat saya berhemat dana untuk  untuk membeli pupuk dari toko supaya tanaman lebih tumbuh dengan subur.

Cara membuat pupuk kompos dengan mengumpulkan sampah sayur, kulit buah, ampas juice buah dan daun kering di  pot besar  pembuatan kompos organik.

daun kering dikumpulkan di wadah khusus pembuatan pupuk kompos (dok asita)
daun kering dikumpulkan di wadah khusus pembuatan pupuk kompos (dok asita)

Pertama potong-potong secara halus sampah sayuran, daun kering dan kulit buah. Masukkan campuran kotoran sapi atau kotoran kambing yang sudah kering. Kemudian campur dengan tanah media tanam yang subur, air secukupnya dan diaduk rata.  Kedua, aduk sampah dalam wadah sekali tiap empat hari sekali. Setelah melakukan cara membuat pupuk kompos di atas, pupuk bisa jadi setelah sebulan dibiarkan dalam wadah dan ditutup rapat.

Dari hasil membuat pupuk kompos sendiri tersebut untuk media tanam jenis aglonema, anthurium, caladium dan monstera saya gabung lagi dengan campuran cacahan pakis kering dan sekam bakar dengan ukuran 1:1:1. Hasilnya tanaman saya cukup subur.

Selain media tanam dan pemberian pupuk agar tanaman subur juga perlu disiram dua hari sekali dan dibersihkan secara teratur .Ada daun tanaman yang sudah kuning segera dibuang. Pengaturan tanaman hias rata-rata suka di bawa naungan, agar tidak kena matahari secara langsung. Maka teras rumah memang yang paling tepat lokasi untuk menaruh tanaman bunga jenis aglonema, monstera, caladium dan anthurium.

Koleksi tanaman di teras belakang rumah (dok asita)
Koleksi tanaman di teras belakang rumah (dok asita)

Net -Zero Emissions menitik beratkan bagaimana emisi karbon secara alamiah diserap membuat  teras rumah dan halaman depan rumah kelihatan asri dan sejuk. Saya sering kali mengupload foto-foto tanaman di media sosial seringkali mendapat komentar dari teman-teman netizen ,”wah rumahnya asri dan tanamannya subur.”

Akhir-akhir ini pegiat lingkungan ramai membicarakan Net - Zero Emissions  yang tidak lain adalah puncak harapan masa depan (expected future milestone) dimana emisi karbon sepenuhnya diserap oleh bumi melalui berbagai kegiatan manusia dan bantuan teknologi, sehingga tidak menimbulkan pemanasan global.

Karbondioksida dihasilkan juga oleh manusia (dok istockphoto.com)
Karbondioksida dihasilkan juga oleh manusia (dok istockphoto.com)

Net - Zero Emissions atau kalau diartikan dalam bahasa Indonesia itu nol-bersih emisi. Hal tersebut bukan berarti umat manusia sudah tidak lagi memproduksi emisi atau nol emisi. Manusia bernapas melalui udara dan masuk ke dalam mulut yang mengandung oksigen.

Oksigen dibutuhkan untuk mendapat energi dari makanan. Udara masuk ke dalam tubuh melalui hidung lalu masuk ke dalam tenggorokkan. Setelah itu turun ke udara masuk ke dalam paru-paru.Dari paru-paru, oksigen masuk ke dalam pembuluh darah dan dibuang saat kita menghembuskan napas mengeluarkan karbon dioksida.

Karbon dioksida dihasilkan oleh semua hewan, tumbuh-tumbuhan, fungi, dan mikroorganisme pada proses respirasi dan digunakan oleh tumbuhan pada proses fotosintesis. Oleh karena itu, karbon dioksida merupakan komponen penting dalam siklus karbon. Karbon dioksida juga dihasilkan dari hasil samping pembakaran bahan bakar fosil.

Karbon dioksida tidak mempunyai bentuk cair pada tekanan di bawah 5,1 atm namun langsung menjadi padat pada temperatur di bawah -78 °C. Dalam bentuk padat, karbon dioksida bisa dianggap sebagai es kering.

Manusia bernapas saja menghasilkan karbon dioksida (CO2). Jika dikalikan jumlah manusia sebanyak 7,8 miliar, emisi karbon dari napas manusia berkontribusi 5,8% terhadap volume emisi karbon tahunan.

Karena itu, nol-bersih emisi adalah karbon negatif. Artinya, emisi yang diproduksi manusia bisa diserap sepenuhnya sehingga tak ada yang menguap hingga ke atmosfer. Apa yang bisa menyerap emisi karbon? Secara alamiah, emisi terserap oleh tumbuhan, pohon, laut, dan tanah.

Tumbuh-tumbuhan mengurangi kadar karbon dioksida di atmosfer dengan melakukan fotosintesis, disebut juga sebagai asimilasi karbon, yang menggunakan energi cahaya untuk memproduksi materi organik dengan mengkombinasi karbon dioksida dengan air.

Karena emisi karbon negatif bisa diserap oleh tumbuhan bisa berbentuk tanaman hias, pohon buah dan sayur alangkah baiknya, mulai dari diri sendiri kita berusaha menghijaukan lahan yang ada di sekitar rumah dengan tanaman.

Karbon dioksida adalah hasil akhir dari organisme yang mendapatkan energi dari penguraian gula, lemak, dan asam amino dengan oksigen sebagai bagian dari metabolisme dalam proses yang dikenal sebagai respirasi sel. Hal ini meliputi semua tumbuhan, hewan, kebanyakan jamur, dan beberapa bakteri.

ilustrasi bangunan bersih dengan emissi nol karbon (dok :netzerocarbonguide.co.uk)
ilustrasi bangunan bersih dengan emissi nol karbon (dok :netzerocarbonguide.co.uk)

Untuk mencapai permintaan energi yang rendah seperti itu selain melakukan penghijauan tanaman, bangunan rumah yang saya tempati juga dibikin nol karbon bersih dengan desain pasif sangat efisien dan sistem bentuk bangunan yang sangat efisien dengan banyak memasukkan unsur kayu dan lobang angin untuk sirkulasi udara. Kalau dihitung ada 50 lobang angin di sekeliling bangunan rumah saya yang berukuran 200 meter persegi.Sehingga rumah saya setiap harinya tidak pernah menyalakan Air Condition.

Dalam banyak kasus cara terbaik untuk meminimalkan emisi karbon yang terkandung adalah  perlu menggunakan bahan karbon rendah seperti rumah kayu. Karena tinggal di daerah kota,  struktur utama yang saya pakai bahan kayu adalah untuk pintu, kusen pintu dan jendela, atap, lobang angin dan memakai genteng dari tanah bukan atap seng.

Pembangunan rumah saya rancang untuk bertahan beberapa puluhan tahun maka perancang perlu mempertimbangkan bagaimana meminimalkan jumlah material.

Pintu ruangan keluarga ke arah taman teras belakang sengaja dibuat lebar untuk sirkulasi udara lancar (dok asita)
Pintu ruangan keluarga ke arah taman teras belakang sengaja dibuat lebar untuk sirkulasi udara lancar (dok asita)

Saya tidak memakai bahan logam untuk kontruksi rumah untuk ikut membantu mewujudkan bangunan bersih nol karbon. Sebuah bangunan nol karbon bersih akan memiliki kebutuhan energi operasional yang sangat rendah. Karena itu di ruangan keluarga saya sengaja membuat pintu lebar agar sirkulasi udara mengalir masuk langsung dari taman di teras belakang rumah.

Pada Perjanjian Paris 2015, semua negara di dunia telah sepakat untuk menjaga kenaikan suhu Bumi hanya di bawah 1,5 derajat Celsius.

Jika suhu Bumi naik lebih dari 1,5 derajat Celsius, Bumi ini akan tenggelam. Untuk mencegah skenario yang lebih buruk, kita harus mengadakan suatu program global, kerjasama internasional yang bisa mengurangi emisi dari CO2.

PT Indika Energy Group, yang selama hampir 50 tahun terakhir telah berkontribusi pada pemenuhan kebutuhan energi nasional, membuat Gerakan membantu pemerintah mewujudkan Net-Zero Emissions di tahun 2060.

PT Indika Energy sengaja memperluas investasi di sektor non-batu bara dan berkomitmen untuk tidak berinvestasi lebih jauh lagi di sektor batubara. Sektor-sektor yang dipilih adalah sektor yang intensitas karbonnya lebih rendah, serta dapat memberikan carbon credit. Andaikata banyak perusahaan lain di bidang energi mengikuti jejaknya terutama  PLTU (Perusahaan Listrik Tenaga Uap) yang masih memakai bahan batu bara berubah menjadi PLTS (Perusahaan Listrik Tenaga Surya) maka percepatan menuju Net Zero Emissions segera terwujud.

Sejak tahun 2018 lalu, Indika Energy melakukan diversifikasi usaha ke berbagai sektor non-batubara termasuk pertambangan emas, teknologi digital, energi baru dan terbarukan (EBT), serta mulai mengeksplorasi pengembangan kendaraan listrik roda dua dan biomassa.

Diversifikasi usaha ini juga sebagai wujud komitmen perusahaan dalam menjalankan prinsip-prinsip ESG (Environmental, Social, and Governance).

Pemasangan panel surya (dok kontan.com)
Pemasangan panel surya (dok kontan.com)

Salah satu bentuk transformasi yang dilakukan  Indika adalah masuk ke Energi Baru Terbarukan (EBT) dengan mengembangkan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS).  Indika Energy (INDY) membangun PLTS di kawasan pelabuhan Sabang.

Investasi dialihkan ke sektor non-batubara dan mendivestasi aset-aset perusahaan yang bergerak di sektor batubara.  Tiga tahun belakangan, INDY banyak berinvestasi ke sejumlah sektor non-batubara mulai dari tambang emas, logistik, infrastruktur, hingga ke bidang energi terbarukan. Kedua, dekarbonisasi operasional baik melalui inisiatif efisiensi dan terapan teknologi.

Gerakan Program Energi Terbarukan juga sudah dilakukan di Jawa Barat. Dalam cuitan di Twitter @ridwankamil sebagai Gubernur Jabar mengatakan “Ribuan Atap Pabrik di Jabar wajib dipasang panel surya.”

Hal ini sebagai bagian dari program Energi Terbarukan unggulan Provinsi Jawa Barat.Dalam cuitannya, disebutkan panel surya ini bisa menjadi alternatif sumber listrik pengganti batubara dan minyak bumi. Gerakan percontohan pembangkit listrik tenaga surya Jawa Barat sudah dilakukan di atap pabrik besar di daerah Sukabumi.

Semoga gerakan-gerakan di daerah lain bisa cepat menyusul di seluruh provinsi di Indonesia agar panel surya lebih banyak digunakan untuk menyambut terwujudnya Indonesia  Net -Zero Emissions di tahun 2060.

Sumber:

https://forestdigest.com

https://databoks.katadata.co.id

http://karbonkalkulator.iesr-indonesia.org

https://indikator.indikaenergy.co.id

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun