Pariwisata di Bali mulai bangkit dengan menyiapkan fasilitas protokol kesehatan yang lengkap.
Hampir di semua tempat di lokasi wisata di Bali di pintu gerbangnya selalu tersedia tempat cuci tangan, cairan pembersih tangan, dan tanda antrian untuk selalu jaga jarak. Petugas juga selalu cek suhu kepada turis yang akan masuk tempat wisata dengan alat termometer.
Selama tiga hari di Bali saya sudah mengunjungi tempat wisata pura Uluwatu, Ubud dan desa wisata Penglipuran.
Terus terang sedih dengan  kondisi pariwisata di Bali yang masih sepi turis dan banyak restoran terkenal yang  tutup sampai sekarang .
Di Pura Uluwatu sebelum pintu masuk hampir 80 persen warung makan dan toko souvenir tutup. Â Turis yang datang hanya wisatawan lokal saja.
Demikian juga suasana di Ubud.  Restoran Lotus di Ubud yang  terkenal dengan tempatnya yang asri dengan pemandangan pura dan kolam bunga lotus masih tutup tidak beroperasi.
Padahal di  hari biasa sebelum ada pandemi selalu ramai dan perlu antri untuk duduk di jam makan siang. Tidak menyangka dampak pandemi membuat hampir semua restoran dan cafe di pusat keramaian Ubud tutup.
Di sekitar lokasi Istana Ubud juga hampir 90 persen semua cafe dan restoran masih tutup.Saya mampir ke Pasar Ubud hampir tidak ada turis yang berbelanja. Lebih banyak jumlah pedagang yang berjualan dibanding turis yang datang untuk berbelanja.Padahal di hari biasa untuk berjalan di dalam pasar aja susah karena sesaknya pembeli yang berbelanja. Hanya saya sendiri siang itu yang berbelanja kaos Bali di salah satu toko.
Ayo gairahkan kembali wisata Bali dengan mengajak traveling keluarga atau teman ke Bali yang  sudah siap menerapkan wisata new normal dengan  protokol kesehatan standar WHO.