Yang menjadi topik kontroversi penampilan busana  Cinta Laura saya unggah di penulisan halaman Kompasiana ini dengan mengambil foto dari instagram Cinta Laura.Â
Dalam captionnya Cinta Laura mengatakan dalam bahasa Inggris: "A people without the knowledgeof therir past, origin and culture is like a tree with no roots. Thank you @jemberfashuioncarnaval for showcasing the cultural diversity Indonesia has to offer!.Â
Dalam komentarnya di instagram Cinta Laura, pihak manajemen JFC mengatakan : Cinta Laura, terima kasih telah menjadi bagian perjuangan JFC untuk Indonesia dan Dunia. You're part of our special History. Let make another one, we love you JFC Face of 2020. Foto di instagram tersebut juga dikomentari oleh Didit Maulana, desainer kondang dengan ucapan: In awe Cinta .
Ditambahkan oleh Gus Mus,  JFC harus tetap  jalan tapi tidak harus di jalanan, soal desain pakaian itu sama halnya ada desain Tuhan  dalam Asmaul Husna, keindahan (Al-badi') digambarkan dengan desain fisik pakaian, sedang (Al-jamil) digambarkan kecantikan makhluk, jika keduanya dipadukan akan terjadi hukum etika," ujar Gus Mus dikutip dari Majalah Gempur.com.
 "Kalau etika seni maka boleh-boleh saja. Namun, jika etika ibadah mungkin tentang aurat yaa akan dipersoalkan. Jika sekelompok mengatasnamakan aliansi santri Jember menolak JFC, itu wajar. Karena mereka kaum santri yang ngaji dan tidak biasa melihat busana non muslim yang seronok.
Etika itu, sambung Gus Mus, memang akan bicara antara pantas dan tidak pantas, antara Al-Jamil dan Al-Badi' oleh sebab itu pasti muncul pro dan kontra sebab keduanya melihat dan menilainya dengan cara yang berbeda. Antara santri yang mengaji kitab dan santri desainer yang beramal melalui penampilannya di JFC.
Para santri yang demo  mengatasnamakan Aliansi Santri Jember itu menilai event tahunan JFC telah menjadi ajang mengumbar aurat.
Dalam aksinya mereka membentangkan poster bertuliskan kecaman terhadap JFC. Di antaranya "JFC merusak moral anak-anak", "Jangan lagi ada tontotan porno di Jember", "Jember kota santri jangan dikotori maksiat".
Koordinator aksi, Fatorrahman, menuntut manajemen JFC meminta maaf secara terbuka kepada seluruh masyarakat Jember. Sebab, menurutnya JFC tahun 2019 telah menampilkan aksi vulgar dengan penampilan sejumlah model yang memperlihatkan bagian tubuh bahkan sampai ujung paha.
"Buka-bukaan paha di ruang publik, bukan budaya kita. Apalagi di alun-alun, ini ada tempat pendidikan dan tempat ibadah. JFC ditonton orang banyak, sangat tidak etis melanggar norma masyarakat," katanya.