Mohon tunggu...
Asita Suryanto
Asita Suryanto Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Traveler

Koresponden Kompas di Jatim (1983-1986) Wartawan Tabloid Nova (1986- 1989) Peneliti Litbang Kompas (1990-2002) Penulis buku travel (2010-sekarang)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kawasan Pasar Baru Perlu Ditata Ulang

16 Juli 2019   05:22 Diperbarui: 17 Juli 2019   04:23 389
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagi remaja Jakarta di tahun 1980 an pasti memiliki kenangan kawasan Pasar Baru menjadi tempat hangout. Untuk cuci mata mencari tas dan sepatu di Jakarta di zaman hanya ada Matahari Departement Store. Tujuan  berbelanja bagi kaum elite Jakarta waktu itu ya Pasar Baru.

Sekarang setelah banyak toko retail asing masuk Jakarta dan tambahan mall yang modern dam mewah mengakibatkan Pasar Baru menjadi merana dan kumuh.

Dulu saya dari kampung ketika masih kuliah kalau sedang ke Jakarta selalu diajak saudara belanja baju di Pasar Baru. Saya ingat pertama kali membeli celana jean Levis asli ya belinya di Pasar Baru.

Tetapi setelah berjalannya waktu kawasan baru sekarang menjadi merana dan kumuh.

Minggu lalu saya sengaja jalan-jalan ke Pasar Baru menjadi tidak nyaman dan kecewa dengan penataan pedestrian yang semrawut.

Di jalan utama yang dulunya khusus untuk pejalan kaki sekarang boleh digunakan mobil dan motor lewat membuat semrawut jalanan. Apalagi setelah pukul 16.00 pedagang kaki lima mulai makanan, baju dan aksesoris diperbolehkan berjualan menambah kumuh kawasan.

Banyak pedagang makanan yang berjualan dengan membuang sampah sembarangan.

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi

Pusat perbelanjaan ini dibangun pada tahun 1820 sebagai Passer Baroe sewaktu Jakarta masih bernama Batavia. Orang yang berbelanja di Passer Baroe adalah orang Belanda yang tinggal di Jalan Veteran). Toko-toko di Passer Baroe dibangun dengan gaya arsitektur Tiongkok dan Eropa.

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Di antara toko-toko lama yang masih ada hingga kini adalah Apotek Kimia Farma, toko Lee Ie Seng, toko perabot rumah tangga Melati, toko jam Tjung-Tjung, dan toko kacamata Seis (Tjun Lie). 

Penjahit jas yang sudah ada sejak dulu dan masih eksis adalah Isardas, Hariom, dan Gehimal, dan wanita berbelanja di toko kain Bombay dan Lilaram.

Toko-toko besar yang dulunya pernah ada di antaranya Toko Europa dan Toko de Zon. Pengusaha ritel Matahari Putra Prima mendirikan bisnisnya di Pasar Baru pada tahun 1958.

Dulunya di ujung utara Jalan Pasar Baru merupakan pusat pedagang komik. Bioskop yang pernah ada di kawasan Pasar Baru adalah Bioskop Globe, Bioskop Capitol, dan Bioskop Astoria (Bioskop Satria) di Pintu Air. 

Pasar Baru merupakan tempat kelahiran rumah makan Bakmi Gang Kelinci. Usaha rumah makan ini dimulai pada tahun 1957 sebagai pedagang mi gerobak di Jalan Pintu Besi, depan Bioskop Globe.

Sekarang Bakmi Kelinci masih bertahan dengan menu utama mie ayam bakso.

Untuk kulineran di sini ada pilihan  menu vegetarian ala India, tjakwe yang harus antri, ice cream Tropical dan aneka jajanan kaki lima seperti siomay, bakso dan aneka buah segar.

Alangkah bagusnya kalau kawasan Pasar Baru ditata lagi dimana jalan utama hanya khusus untuk pejalan kaki. Mobil dan motor dilarang lewat. Pedestrian ditata lagi dengan pot-pot bunga yang asri dan pedagang kaki lima ditata keberadaannya.

Kebersihan jalan utama Pasar Baru perlu dijaga dengan adanya penambahan tempat sampah dan pedagang kaki lima dididik agar menjaga kebersihan agar tidak membuang sampah sembarangan.

Agar Pasar Baru ramai lagi perlu diadakan acara festival khusus dengan event tertentu. Supaya kejayaan pusat belanja Pasar Baru bisa kembali. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun