Mohon tunggu...
Asita Suryanto
Asita Suryanto Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Traveler

Koresponden Kompas di Jatim (1983-1986) Wartawan Tabloid Nova (1986- 1989) Peneliti Litbang Kompas (1990-2002) Penulis buku travel (2010-sekarang)

Selanjutnya

Tutup

Nature

Potensi Sampah dan Air Sungai untuk Energi Terbarukan di Indonesia Perlu Dikembangkan

21 Juni 2019   17:27 Diperbarui: 21 Juni 2019   20:59 580
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kondisi energi Indonesia (dpk pribadi)

Sumber energi terbarukan adalah sumber energi yang dapat menggantikan minyak bumi, batu bara dan gas. Energi terbarukan bila dikelola dengan baik tidak akan pernah habis di muka bumi dan dapat pulih secara alami.

Potensi energi terbarukan di Indonesia sangat besar bisa didapatkan dari energi angin, air laut, sinar matahari, air sungai, bionergi, geoteermal, hydropower, solar PV atau solar photoboltaic dan biomassa.

Cadangan minyak bumi di Indonesia dipredeksi hanya akan bertahan sampai tahun 2030 jika tidak ada penambahan cadangan sumber minyak baru.Padahal kebutuhan energi fosil di Indonesia sebanyak 94 persen dan baru sekitar enam persen menggunakan energi terbarukan. Pemerintah Indonesia sendiri menargetkan 23 persen penggunaan bauran energi terbarukan  di tahun 2025 nanti. 

Sampai sekarang porsi energi di Indonesia masih bahan bakar fosil dengan sistem subsidi telah menghabiskan biaya Rp 77.3 trilyun untuk subsidi energi di tahun 2017 atau 4,4 persen dari pendapatan negara.Subsidi yang diberikan pemerintah menyebabkan tarif energi fosil lebih murah. Sedangkan dengan sumber energi terbarukan  akan memiliki tarif yang tinggi karena biaya investasi teknologi yang mahal . 

Pembicara di acara workshop menelaah energi terbarukan (dok pribadi)
Pembicara di acara workshop menelaah energi terbarukan (dok pribadi)
Senior Advisor ASG's East Asia and Pacific Ratih Hardjono mengatakan, mengembangkan energi terbarukan di Indonesia sungguh menjadi penting dan relevan mengingat energi fosil yang selama ini digunakan akan habis. Potensi energi terbarukan di Indonesia jelas sangat besar dengan menghasilkan 716, GW dari energi terbarukan yang ada di Indonesia.

Untuk mendapatkan solusi yang bijaksana saya melihat dari kacamata seorang ibu rumah tangga  melihat potensi sampah yang bisa diolah menjadi sumber energi. Persoalan sampah yang ada saat ini di semua kabupaten di wilayah Indonesia mulai masalah tempat pembuangan sampah akhir yang tidak memadai dan pengolahan sampah yang tidak pernah tuntas.

Selain menyelesaikan sampah, energi yang dihasilkan juga bisa dimanfaatkan untuk menghasilkan listrik. Demikian disampaikan Kepala B2TKE Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Dr. Mohammad Mustafa Sarinanto dalam acara workshop "Menelaah Arti Penting Energi Terbarukan di Indonesia"  yang diselenggarakan NGO ASG's East Asia and Pacific di Hotel Salak,  Bogor, Rabu, 19 Juni 2019.

Persoalan sampah telah menjadi masalah bagi seluruh daerah di Indonesia, karena produksi sampah setiap harinya bertambah. "Hampir seluruh daerah menghadapi persoalan yang sama terhadap sampah.Di setiap lokasi daerah terutama di Jawa,  maka produksi sampah setiap harinya bertambah. Sementara pembuangan sampah menjadi kendala yang dihadapi.

Masyarakat juga harusnya lebih dini diajari di setiap wilayah RT memilah sampah organik dan non organik. Dimana sampah yang bisa diolah menjadi sumber listrik dipisahkan cara pembuangannya di tempat sampah sehingga memudahkan aparat petugas sampah mengolah sampah menjadi sumber energi terbarukan.

Mustafa Sarinanto menambahkan, pemerintah daerah menghadapi kendala tentang pembuangan sampah. "Selama ini isu aktual yang muncul adalah tempat pembuangan sampah yang sulit. Kalaupun ada daya tampungnya, juga tetap menjadi persoalan," katanya.

Menyikapi persoalan tersebut mengolah sampah menjadi energi baru terbarukan dinilai merupakan solusi yang tepat saat ini. Sebab, sampah ternyata bisa diolah dan menghasilkan energi seperti listrik.

Saat ini, BPPT sedang membuat pilot project di TPA Bantar Gebang,  Bekasi untuk sampah diolah menjadi energi listrik. Pilot project nya sedang berjalan dan diharapkan tahun ini sudah bisa beroperasi.Adapun di Bantar Gebang kerjasama dengan Pemprov DKI Jakarta dari 8.000 ton sampah per hari, baru 100 ton yang dijadikan pilot project. Direncanakan pengolahan sampah tersebut bisa menghasilkan energi listrik.

Pilot project BPPT dalam hal penanganan sampah menjadi energi terbarukan tersebut  diharapkan dapat menjadi contoh bagi pemerintah daerah lainnya di seluruh Indonesia dalam mengatasi masalah sampah. "Teknologi pengolahan sampah untuk diolah menjadi energi baru terbarukan cukup banyak dan banyak pilihan. Sehingga nanti bisa jadi pilihan bagi daerah jika ingin olah sampah jadi energi," katanya.

Kondisi energi Indonesia (dpk pribadi)
Kondisi energi Indonesia (dpk pribadi)
Di Surabaya, Jatim sudah dibangun  energi terbarukan  di tempat pembuangan sampah. Awalnya  teknologi pembuangan sampah dilakukan dengan ditumpuki tanah. Di atas tanah ditumpuki sampah kemudian ditimbun tanah dan sampah lagi sampai ambles . Pembangkit listriknya dikenal dengan nama  gas metan. Gasnya diperoleh dari tumpukan sampah itu. Tapi pembangkit gas metan ini sangat kecil. Tiap unit hanya 800 KW. Total hanya 1,6 MW.  Meski hanya cukup untuk mengaliri listrik satu hotel bintang 3.

Tetapi pembangkit gas metan ini sifatnya hanya memanfaatkan sampah. Tidak akan bisa menyelesaikan masalah penyelesaian gunungan sampah yang terus bertambah. Setiap ada tambahan unit pembangkit listrik harus ditambah lagi sampahnya. Maka pembangunan energi terbarukan PLTU sampah di Surabaya itu pilihan yang tepat. Di dunia lain di negara maju terutama Di kota-kota besarnya sampah telah menghasilkan energi.

Partner PLTU sampah Surabaya adalah PT Sumber Organik milik pengusaha Agus Nugroho Santoso. Yang juga mengoperasikan pembangkit gas metan di lokasi yang sama. Di Benowo, Surabaya PLTU sampah  akan mengatasi 1.500 ton sampah Surabaya per hari.

 Jika sudah terbukti bahwa sampah bisa diolah jadi energi seperti energi listrik maka hal itu akan ditiru dan bisa menjadi contoh cara pengolahan sampah di kota-kota besar di Indonesia.  

Karena sumber energi fosil  masih dominan terbukti dengan konsumsi yang sangat tinggi. Malahan sejak tahun 2017 sampai 2025 penyediaan Bahan Bakar Minyak (BBM) misalnya sudah tidak bisa memenuhi kebutuhan BBM dalam negeri. Karena itu Indonesia menjadi negara pengimpor BBM dan sekarang ditambah pengimpor gas untuk bahan bakar.

Jawa Barat sendiri termasuk produksi dan pemakai energi fosil yang cukup besar seperti batu bara. Menurut Tommy Aprinado, seorang pembicara di acara workshop yang berasal   dari periset Dampak Industri Ekstraktif bagi Lingkungan menyatakan,  saat ini ada sejumlah Pembangkit listrik Tenaga Uap (PLTU) di Jawa Barat. PLTU di Jawa Barat berada di Cirebon, Indramayu dan Pelabuhan Ratu, Kabupaten Sukabumi. Keberadaan PLTU tersebut selama ini sering menjadi konflik bagi masyarakat setempat baik bagi nelayan dan petani karena mengeluarkan polusi yang dampaknya membahayakan kesehatan masyarakat sekitarnya.

Energi turbin air

Sedangkan potensi lain untuk pembangkit listrik yang bisa dikembangkan di seluruh desa-desa di Indonesia yang memiliki sungai adalah turbin air untuk tenaga listrik yang dihasilkan dari debit air sungai. Di Kampung Ciptagelar, Sukabumi sudah lama memanfaatkan turbin air yang dirakit sendiri.

Ada 10 unit turbin pembangkit listrik tenaga air tersebut dirakit sendiri oleh warga Ciptagelar. ''Kami cuma beli komponennya di Bandung atau Jakarta. Bahkan, kami bikin sendiri beberapa komponen,'' ujar Kang Yoyo Yogasmana  salah satu pembicara energi terbarukan dari Kampung Cipatgelar.

Jadi sekarang warga Ciptagelar sudah bisa memiliki kulkas, komputer, televisi, telepon genggam sampai drone.Tidak hanya itu meski lokasi kampung Citagelar jaraknya dari Sukabumi hampir 90 km tapi bisa memiliki acara channel  televisi sendiri dan membuat channel Youtube berkat listrik yang dihasilkan oleh turbin air sungai yang dibuat warganya sendiri.

Andaikata semua desa-desa di wilayah Indonesia yang memiliki sungai dan bisa menghasilkan listrik sendiri dari turbin air seperti di kampung Ciptagelar maka masalah kekurangan aliran listrik dari PLN akan segera dapat Teratasi. Hal ini juga membuat biaya listrik juga hemat energi dan tidak menghasilkan polusi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun