Sebagai seorang traveler kadang saya juga ingin menikmati liburan yang sepi dan jauh dari hiruk pikuk metropolitan meski berada di ibu kota suatu negara. Hal ini dapat saya nikmati di Kota Ljubljana, ibu kota Slovenia di Eropa Tengah.
Saya datang bertiga bersama anak Ageng dan adik Iva Retno dengan naik kereta api dari Austria selama 5 jam perjalanan. Kereta api tiba di Stasiun Ljubljana sekitar pukul 13.00 siang waktu setempat. Saya dijemput sahabat backpacker asal Slovenia, Ziga Lingkar yang menawarkan diri untuk menemani jalan-jalan selama di Slovenia.
Siang itu saya diajak jalan-jalan di pusat kota Ljubljana yang sepi dan menyerupai kota tua karena bentuk bangunan-bangunan kunonya masih terpelihara dan penduduknya hanya 280.000 orang.Â
Bandingkan dengan penduduk Jakarta yang jumlahnya 10 juta orang. Penduduk Ljubljana hanya 2,5 persen penduduk Jakarta, sehingga tidak heran kotanya sepi seperti kota kecamatan di Jawa. Apalagi saya datang di kala musim dingin di bulan Maret yang bukan musim puncak turis datang.
Saya diajak Ziga menyusuri pinggir jalan yang dibelah Sungai Ljubljanica di jalan khusus pejalan kaki yang berbatu dan bebas dari kendaraan bermotor. Saking sepinya suara detak sepatu kami terdengar dan derit suara ayunan sepeda yang dikendarai orang lain nyaring terdengar. Sekali-sekali ada suara genta lonceng dari sebuah gereja.
Terjepit di antara bukit kastil dan sungai Ljubljanica adalah kota tua dengan diapit dua lokasi yang terkenal, yaitu alun-alun kota dengan air mancur Robba dan balai kota di belakangnya. Di sini banyak bangunan abad pertengahan yang terpelihara dengan baik.Â
Sekarang banyak bangunan tua peninggalan abad ke 18, menjadi rumah toko-toko desainer lokal, dan beberapa kafe serta restoran yang bentuk interiornya unik. Setelah sore hari, baru suasana kota berdenyut dengan hadirnya warga di kafe menikmati matahari tenggelam dan suara musik lembut terdengar di semua kafe. Warga keluar rumahnya rupanya setelah sore hari.
Banyak  motif naga di seluruh kota. Berhati-hatilah di sekitar area jembatan Naga yang berada di jalan utama yang sibuk di luar zona pejalan kaki karena ramai turis dan saya nyaris tertabrak karena asyik berfoto dengan orang lain. Jembatan Naga adalah ikonik Ljubljana. Jembatan Naga terletak di ujung pasar terbuka Ljubljana, hanya dua blok dari jembatan Triple.Â
Saya ingin menyaksikan Kota Ljubljana dari ketinggian. Untuk hal tersebut saya harus mendaki tangga bersalju menuju Kastil Ljubljana yang memerlukan waktu sekitar dua puluh menit. Harus hati-hati naik tangganya apalagi di musim dingin, tangganya bertumpuk salju. Anda juga dapat naik Kereta Api Funicular dengan membayar 3 Euro per orang. Ada toko souvenir khusus barang khas Slovenia dan sebuah kafe terbuka. Untuk  akses ke menara dapat melihat pemandangan indah ke seluruh kota. Anda juga bisa melihat sungai Sava dan pegunungan Kamnik di kejauhan.Â
 Alun-alun ini memiliki arti penting  bagi sejarah Slovenia, karena merupakan  tempat pertemuan publik yang penting dan demonstrasi di masa lalu. Di seberang jalan adalah kantor Parlemen Slovenia. Fasadnya dihiasi dengan patung-patung telanjang artistik Slovenia.
Yang paling unik saya lihat di suatu lorong ada banyak puluhan sepatu digantung di atas jalan. Ternyata sepatu-sepatu itu adalah hasil rampasan dari pencuri sepatu yang dimaknai agar tidak ditiru oleh orang lain perilakunya. Baru kali ini saya melihat sepatu-sepatu bekas digantung di tengah jalan di kota yang dipenuhi bangunan kuno dan arstistik.
Kota Ljubljana memang unik dan makanannya juga bikin kangen yaitu antara lain gulai Slovenia yang mirip juga dengan gule kambing Indonesia rasanya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H