Â
Setelah kereta MRT (Moda Raya Terpadu) Jakarta beroperasi, saya sudah mencoba tiga kali naik kereta ringan tersebut dari Hotel Indonesia sampai Lebak Bulus. Yang saya amati dari disiplin penumpang MRT adalah masalah sampah dan disiplin makan-minum di dalam kereta. Masih ada beberapa penumpang yang minum  dan makan makanan kecil di dalam kereta.Â
Saya lihat petugas satpam akan segera menegur apabila ada yang minum dan makan di kereta MRT. Hal ini mungkin perlu juga disosialisasi dengan pengumuman melalui sound system di dalam kereta MRT apabila penumpang dilarang makan dan minum selama perjalanan naik kereta.
Di negara Jepang dan Inggris, kereta MRT sudah berjalan 100 tahun dan budaya dilarang membuang sampah dan menyimpan sampah di area MRT sudah berjalan puluhan tahun. Jadi tidak bisa langsung dibandingkan dengan penduduk Jakarta yang baru mengenal angkutan kereta MRT sebulan. Budaya menyimpan dan memungut sampah perlu proses untuk sosialisasi.
Untuk masalah sampah, banyak sampah dibuang sembarangan di depan pintu masuk gerbang stasiun Hotel Indonesia dan Lebak Bulus maupun di area trotoar pinggir jalan. Hal tersebut karena memang tidak tersedianya sampah di pintu masuk dan keluar stasiun. Saya melihat sendiri kejadian itu banyak penumpang membuang sampah sembarangan.
Manajemen MRT menerapkan budaya baru kepada penumpang MRT dengan menjaga kebersihan dengan cara "Tahan, Simpan dan Pungut Sampah". Yaitu apabila kita memiliki sampah selama di area Stasiun MRT dan di dalam kereta MRT semua sampah yang kita miliki, wajib disimpan dahulu di dalam tas dan dibuang di tempat sampah setelah keluar stasiun. Masalahnya keluar stasiun tidak ditemui tempat sampah yang dekat pintu masuk dan keluar.
Saya maklum di banyak negara di luar negeri sengaja di Stasiun MRT tidak disediakan tempat sampah karena dikhawatirkan ada bom yang diletakkan oleh orang yang tidak bertanggung jawab.