Tak terbayangkan, akhirnya saya bisa datang bertemu dengan wanita Suku Karen berleher panjang. Dulu saya hanya tahu dari gambar-gambar di majalah dan pelajaran Antropologi di sekolah. Saya datang ke tempat ini bersama dengan kelompok tour sehari dari Chiang Mai.Â
Saat memilih paket tour saya memastikan bahwa tour akan mengunjungi desa ini, karena desa ini menjadi salah salah satu tempat yang wajib untuk saya kunjungi. Dengan biaya 1000 bath atau Rp 350 ribu per orang, para wisatawan dibawa naik mobil sekitar satu jam perjalanan dari Chiang Mai ke Desa Long Neck tepatnya Kampung Wisata Baan Tong Luang di Thailand. Harga paket termasuk makan siang dan tujuan wisata pertunjukan gajah.
Sebetulnya desa wisata ini biasa saja, tapi kelebihannya karena dihuni oleh wanita berleher panjang sehingga menjadi tujuan wisata sudah sangat komersial. Karena wanita berleher panjang ini hanya menempati desa wisata yang dikelola untuk kunjungan turis ini sangat menggantungkan kehidupannya dari para wisatawan. Tapi suasana desa dan orang-orangnya sangat sederhana, baik dan ramah. Mereka tidak memaksa kami untuk membeli. Penuh senyum dan tidak pernah keberatan untuk diajak berfoto, tidak minta imbalan. Saya sangat terkesan dengan keramahan dan kesederhanaan para penduduknya. Wanita berleher panjang tidak ada yang menempati di pegunungan atau desa terpencil karena tinggal sedikit jumlahnya.
Sebelumnya saya sudah penasaran dari cerita tour guide kami yang mengatakan bahwa ada desa khusus yang penduduk wanitanya semua memiliki leher panjang karena dari kecil mereka diberikan gelang panjang sejenis kuningan di leher mereka.
Dari tempat parkir mobil kita perlu berjalan di jalan setapak melalui jembatan kecil dan harus berjalan sedikit lagi menuju tempat seperti lapangan yang dikelilingnya terdapat lapak-lapak tempat penjualan suvenir buatan tangan mulai dari patung suku karen, kalung, gelang, dan kain tenun. Wanita Karen membuat tenun untuk selimut, jaket, kaos kaki dan sarung. Ketika turis datang ada beberapa wanita Karen mendemontrasikan cara menenun kain khas mereka yang bahan kainnya sedkit tebal. Cara menenunnya hampir sama dengan tenun di Pulau Lombok.
Sebenarnya wanita yang berleher panjang tidak banyak. Tidak semua desa di Long Neck adalah wanita berleher panjang. Sekitar sepuluh orang siang itu yang saya temui langsung. Ada anak-anak yang juga belajar memakai besi panjang di lehernya agar ketika remaja lehernya menjadi panjang. Bagi wanita Suku Karen, kecantikan dilihat dari panjangnya leher mereka.
Turis-turis yang berkunjung bisa berfoto dengan mereka. Umumnya mereka sangat familiar dengan turis. Wanita yang berumur sedikit cuek menyambut turis, tetapi gadis remaja menyapa dengan senyuman yang manis,banyak anak-anak dengan bersahabat mengandeng tangan turis saat di foto. Wanita Suku Karen sudah memakai gelang leher dari bahan besi tembaga panjang sejak anak-anak.
Ketika saya berkunjung ada wanita yang tidak memakai leher panjang dan buru-buru memakainya ketika kami datang. Gelang yang dipakai berwarna emas kekuningan dari bahan tembaga cmpuran besi yang menyerupai kalung leher anjing yang tebal.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H