Mohon tunggu...
Asita Suryanto
Asita Suryanto Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Traveler

Koresponden Kompas di Jatim (1983-1986) Wartawan Tabloid Nova (1986- 1989) Peneliti Litbang Kompas (1990-2002) Penulis buku travel (2010-sekarang)

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Menikmati Wisata Petualangan yang Seksi di Banyuwangi

16 Desember 2018   19:31 Diperbarui: 16 Desember 2018   20:26 533
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Penambang belerang yang berjumlah ratusan menambah semangat untuk naik gunung karena serasa kita punya teman untuk mencapai puncaknya. Wisatawan asing dari Eropa lebih mendominasi dari pada wisatawan lokal yang berkunjung ke Gunung Ijen.

Nenek-nenek bule dengan tongkat kayu dengan semangat berusaha naik ke puncaknya membuat penulis malu dan urung untuk balik turun lagi lagi karena terjalnya jalan pendakian. Tongkat dari ranting pohon diperlukan untuk mempermudah jalannya pendakian.

Waktu terbaik untuk berkunjung ke Gunung Ijen adalah di musim kemarau pada bulan Juli sampai September. Pada musim hujan sangat bahaya untuk mendaki karena jalanannya licin.

Saat terbaik untuk mendaki gunung pukul 05.00 WIB sampai 06.00 WIB karena menghindari bau dari uap belerang yang menusuk apabila mencapai puncaknya terlalu siang. Matahari yang belum bersinar terik dan lereng gunung berselimut kabut juga lebih nyaman dinikmati di pagi hari karena di pagi hari matahari belum bersinar terik dan lama perjalanan untuk naik dan turun gunung sekitar empat jam bagi pejalan santai. Pemandangan di pagi hari juga lebih indah karena banyak kabut yang menyelumuti gunung dan uap belerang belum berbau.

Kawahnya yang berbentuk lonjong dengan kepulan asap di beberapa tempat dan warna kuning dari belerang di pinggiran kawahnya  membuat perpaduan yang indah pandangan mata. Hawa yang sejuk dan lereng gunung yang berupa hutan asli rimbun kehijauan diselimuti kabut menambah eksotis suasana di pagi hari.

Kalau ingin melihat api biru dari belerang yang mengeluarkan sinarnya di kawah Gunung Ijen harus berangkat mendaki dini hari sekitar pukul 03.00 WIB dari pos Paltuding. Perlu membawa senter dan wisatawan tidak perlu khawatir sendirian naik gunung pada dini hari. Karena jam-jam tersebut juga waktu penambang belerang untuk berangkat kerja.

Melihat api biru adalah puncak pesona uniknya kawah Gunung Ijen, karena api biru secara alami terlihat warnanya hanya di malam hari sebelum matahari terbit. Perlu turun dengan jalan terjal ke penggiran kawahnya untuk melihat api biru.

Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jawa Timur menyediakan sarana toilet, musholla, dan, rest area di puncak gunung .Bagi yang tidak kuat berjalan sejauh 3 kilometer mulai dari Paltuding sampai puncak Gunung Ijen, sekarang sudah tersedia ojek kereta dorong untuk wisatawan yang tidak kuat berjalan tetapi tetap ingin melihat kawah Gunung Ijen. Cukup dengan membayar ongkos Rp 600.000 per kereta dorong Anda akan sudah sampai ke puncak gunung dengan hanya duduk manis saja. Kereta dorong ini dimiliki pekerja tambang belerang.

Saya sendiri butuh waktu dua jam untuk sekali mendaki karena setiap 10 menit mengambil nafas untuk istirahat supaya mencapai puncaknya. Karena jalanan menanjak hampir  45 derajat dan jalan setapaknya berpasir sangat licin.

Jangan lupa membawa jaket tebal, topi, syal leher dan sepatu kets untuk perlengkapan naik gunung. Senter juga diperlukan jika Anda ingin berangkat saat subuh ke kawahnya.

Dari  Kota Banyuwangi menuju  ke pos akhir Paltuding bisa ditempuh dengan jalan yang mulus  sekitar satu jam dengan mobil. Sekarang banyak operator travel di Banyuwangi yang menyediakan fasilitas antar jemput dari Bandara Blimbingsari, Stasiun Kereta Api Karang Asem atau di hotel-hotel di dalam Kota Banyuwangi dengan biaya Rp 200.000 per kepala.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun