Dari pembeli asal Eropa dan Cina yang secara tidak sengaja dipertemukan karena mereka berbelanja aksesorisnya di tokonya di Kuta, Bali. Akhirnya Holisa berhasil bertemu mitra dari negara asing yang mampu mengekspor hasil kerajinan tangan wanita Desa Ledokombo ini.Â
Alhasil wanita-wanita di Eropa dan Cina sekarang ini banyak yang memakai kalung, anting  dan gelang buatan Kecamatan Ledokombo yang desanya sepi dan tenang ini
Di tangan Holisa selalu tergenggam telepon genggam android karena di alat komunikasi  itu lah Holisa menjalin komunikasi dengan pembeli dari Cina dan Eropa. Setiap hari Holisa berkomunikasi secara teratur dengan relasinya untuk menerima pesanan gambar-gambar semua bentuk dan warna kalung, gelang dan anting yang diinginkan pembeli untuk keperluan ekspor. Gambar kalung, gelang dan anting kebanyakan bergaya modern disesuaikan dengan pesanan pembeli dari luar.
Holisa juga tidak pelit membagi ilmunya kepada orang lain. Farha Ciciek, Humas Tanoker Ledokombo memperkenalkan penulis dengan Holisa dan  dengan ringan tangan,  mengantar penulis ke kediaman Holisa karena rumahnya sering dijadikan sebagai tujuan wisata peserta pelajar outbond Tanoker Ledokombo untuk percontohan pembelajaran kerajinan kreatif pedesaan Kecamatan Ledokombo. Sehingga banyak anak-anak kota yang belajar merangkai manik-manik aksesori wanita di rumah Holisa.
Tidak heran Holisa memiliki beberapa rumah, Â sawah dan tanah hasil keringat tabungannya menjadi bisnis women atau wanita pengusaha. Untuk membayar gaji pekerjanya setiap minggu, Holisa harus menyediakan uang tunai Rp 70 juta untuk pembayaran mingguan. Jadi setiap bulan untuk gaji karyawan saja dia mengeluarkan biaya upah Rp 280 juta.
Saya melihat sendiri Holisa memperlakukan pekerjanya dengan baik dan semua karyawannya dianggap seperti saudara.Ini terlihat dia tidak berjarak dengan pekerjanya  dan pekerjanya bisa bekerja dengan santai sambil bersenda gurau ketika saya foto untuk penulisan. Energi baik dari Holisa yang optimis usahanya akan tetap eksis membuat pekerjanya juga menjadi rajin bekerja, kreatif dan memiliki penghasilan tetap.
Holisa memilih tetap melakukan pekerjaan bisnisnya di kampung halamannya di Ledokombo meski sudah memiliki toko aksesoris wanita di Bali karena ingin memberi pekerjaan kepada 600 orang wanita-wanita desa yang menjadi tetangganya. "Saya tidak ingin ada banyak wanita Ledokombo menjadi TKW," ujar Holisa  lirih mengakhiri percakapan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H