Omah Munir menjadi sarana untuk tetap melanjutkan penegakkan keadilan di Indonesia. Sekaligus sebagai salah satu tempat melawan lupa bahwa masih ada kasus pelanggaran HAM yang hingga kini belum terselesaikan.Â
Banyak kasus-kasus pelanggaran HAM yang terjadi di Indonesia yang hingga kini masih gelap dan tidak terungkap ke publik. Setidaknya ada beberapa kasus yang bisa dilihat di Museum HAM Omah Munir, di Jalan Bukit Berbunga, Kota Batu, Jawa Timur.
Munir lahir di Kota Batu pada 8 Desember 1965. Munir alumni Fakultas Hukum, Universitas Brawijaya Malang. Museum ini menyajikan banyak informasi seputar kasus-kasus pelanggaran HAM yang terjadi di Indonesia.Â
Khususnya yang pernah diperjuangkan almarhum Munir semasa hidup antara lain kasus buruh wanita Marsinah yang dibunuh di Porong, Jawa Timur karena perjuangan buruh.
"Omah" adalah bahasa Jawa yang berarti rumah. Omah ini dibangun dengan dana awal sekitar Rp300 juta, kini Omah Munir telah memiliki perpustakaan yang berisi ribuan buku sumbangan. Bukunya beragam, dari buku Karl Marx Das Kapital dan buku tentang hukum dan HAM tentunya yang paling banyak dipajang.
Kebaikan dan dedekasi perjuangan HAM Munir kelihatan terwujud dengan banyaknya kunjungan pelajar dan generasi muda di tempat ini untuk mengetahui  pentingnya pengetahuan tentang HAM.
Dalam aktivitasnya sebagai pengacara LBH, Munir berjumpa Suciwati, yang kemudian menjadi istrinya. Rumah yang sekarang menjadi museum adalah tempat penuh makna bagi mereka berdua.Â
Dalam akun Facebook-nya, Omah Munir menyatakan sebagai penanda untuk merawat ingatan perjuangan Munir dan kemanusiaan. Omah Munir juga media untuk menghidupkan semangat dan sekaligus mendokumentasikan problem kemanusiaan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H