Mohon tunggu...
Asita Suryanto
Asita Suryanto Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Traveler

Koresponden Kompas di Jatim (1983-1986) Wartawan Tabloid Nova (1986- 1989) Peneliti Litbang Kompas (1990-2002) Penulis buku travel (2010-sekarang)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Twitter Menteri Agama Perlu Lebih Aktif Melawan Hoaks

21 Juli 2018   15:20 Diperbarui: 21 Juli 2018   15:40 594
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sekarang ini gampang sekali  masyarakat menebar hoaks. Meskipun menyebarkan berita palsu atau hoaks itu berbahaya bisa  membuat resah masyarakat dan memecah belah bangsa. Apalagi dengan banyaknya grup whatsaap yang diikuti oleh banyak orang di Indonesia sebagai sarana komunikasi. Maka menyebar hoaks  hanya cukup memencet jempol tangan dan  berita hoaks otomatis akan gampang tersebar.

Jempol tangan akan bergerak tanpa kendali menyebar setiap info tanpa dicek ulang, tanpa dipikir akibatnya, tanpa peduli isi kebenarannya  lalu menyebarkannya seolah semua orang peduli. Hal demikian bukan hanya bisa  menghancurkan nilai  pertemanan, tapi juga menyebarkan fitnah.

Apalagi zaman sekarang pengikut media sosial melalui Facebook, Twitter, Instagram  hingga grup-grup Whatsapp, sangat gampang menyebar hoaks. Pembaca literasi di Indonesia sangat rendah. Mereka lebih suka membaca berita melalui media sosial bukan dari membaca surat kabar atau media online resmi. 

Akibatnya berita hoaks gampang sekali dipercaya masyarakat. Bila virus menyebar hoaks  itu langsung menyerang, maka akibat virus ini orang akan mengalami  informasi  menyesatkan yang berujung lunturnya hati nurani. Maka akan hilang kebijaksanaan akal dan keluhuran budi.

Saya kira sudah benar yang dilakukan Kementerian Agama (Kemenag) RI untuk  terus menggaungkan kampanye bijak bermedia sosial dan dengan tag lines " Melawan Hoaks, Menjaga Hati" .  Dalam hal ini, Menteri Agama (Menag) mengajak  masyarakat untuk melawan hoaks dan ujaran kebencian.

Twitter Menteri Agama yang dikelolanya sendiri (dok pribadi)
Twitter Menteri Agama yang dikelolanya sendiri (dok pribadi)
Komitmen ini disampaikan langsung oleh Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, dalam acara  Kompasiana Perspektif  "Menag Bercerita: Melawan Hoaks, Menjaga Hati" yang diadakan di Jakarta ketika buka puasa bersama di bulan Ramadhan lalu.

Menurut Lukman yang ramah tersebut,  main medsos jangan baper. Santai aja kayak di pantai biar hoaks tidak menjadi virus yang merusak hati dan akal sehat. "Yuk  melawan hoaks dengan hati yang bersih dan riang gembira," ujar Lukman yang ramah ini.

Lukman yang mengakui mengelola account twitternya sendiri tanpa adanya admin,  dan menikmati bermain media sosial sendiri.

Ada lima hal yang harus dimiliki oleh semua orang yang ingin aktif di media sosial. Di antaranya adalah: pikirkan baik-baik sebelum mengetik dan menyebarkan, cek ulang informasi sebelum disebarkan,  hindari konten SARA, tidak mudah terprovokasi, dan tebarkan ucapan dan sharing kebaikan yang sopan dan santun.

Mengapa hoaks tersebar dengan mudah. Untuk menghindari,  tetaplah menjaga hati dan menata hati untuk lawan hoaks dengan mempelajari dulu tulisan dan masalah sebelum disebarkan. Gunakan nalar kita dan mengklarifikasinya kepada yang menyebarkannya. Jangan menebar keraguan atas berita yang masih belum dicek ulang.

Lukman Hakim mengakui twitter miliknya tanpa admin dan langsung dia kendalikan sendiri . "Asyiknya bermedia sosoial itu kalau di lakukan sendiri. Main sosmed itu jangan baper!" kata Lukman Hakim yang sikapnya bersahabat sambil tertawa lebar kepada Kompasianer

Tanggapi kicauan jangan terhanyut perasaan. Obyektif jangan terpancing marah. Kicauan itu seharusnya jadi ajang berbagi bukan sebagai ajang caci maki, menebar hoaks yang berbahaya.

Lukman juga berharap Kompasianer menjadi duta menyebarkan konten baik di dunia maya.Melawan hoaks adalah dengan mengembalikan esensi agama. Agama adalah damai, berakhir dengan kebajikan. Semua agama adalah kedamaian. Jika tak membawa kedamaian berarti bukan orang beragama. Semua agama akan berujung kedamaian.Agama adalah cara Tuhan kepada umatnya kembali ke jatidiri kemanusiaannya.

"Baru di zaman ini, manusia hidup di dua alam maya dan nyata," kata Lukman Hakim. Yang dimaksud beliau adalah dunia nyata dan dunia maya. Melawan hoaks harus dimulai dari hati. Hanya hatilah ada di sisi kemanusiaan untuk berdialog, bertegur sapa. Aktivitas yang terekam di data digital adalah gambaran dari isi pikiran yang biasanya tak nampak di dunia nyata.

Lukman Hakim  sejak memimpin Menag  tegas melarang aparatur Kemenag menjadi penyebar berita hoaks. Hal itu telah disampaikan dalam beberapa kali kesempatan.

Seandainya saya menjadi Menag, saya usulkan twitter yang dicuitnya akan minta lebih banyak masukan dari masyarakat tentang pelayanan Kemenag dengan membuat taggar  topik yang diviralkan. Misalkan minggu ini karena sedang musim haji taggarnya #pelayananhaji. Jadi selama seminggu kedepan minta masukan masyarakat tentang pelayanan haji.

Hindari berita hoaks (dok youtube.com)
Hindari berita hoaks (dok youtube.com)
Kemudian edisi berikutnya  taggarnya diubah misalnya #pelayanankua. Minta masukan kepada masyarakat tentang layanan kantor urusan agama dari setiap daerah di seluruh Indonesia. Bisa juga membuat taggar  #pendidikanagama untuk perbaikan cara mendidik agama di keluarga. Atau bisa juga taggar #sekolahmadrasah untuk minta masukan tentang perbaikan pendidikan di sekolah madrasah di Indonesia dan seterusnya dengan topik lain yang dibutuhkan untuk perbaikan kinerja Kemenag.

Pernah beberapa kejadian beberapa bulan yang lalu,  ramai soal daftar rilis 200 orang ustaz yang direkomendasikan pemerintah atau Kemenag.Hal tersebut membuat pro kontra diantara masyarakat dari nama-nama yang dirilis.

Alangkah indahnya bila ada pro kontra diantara masyarakat soal rilis Kemenag, melalui twitternya Menag juga bisa menjelaskan langsung asal usul dikeluarkan soal rilis daftar nama para ustaz tersebut.Sehingga cukup menyimak twitter Menag, masyarakat sudah mengetahui duduk persoalannya.

Jadi twitter Menteri Agama tidak hanya mengetwitt kegiatan resmi menteri dan kinerja Kemenag, tapi juga minta masukan kepada masyarakat untuk perbaikan layanan aparat  Kementrian Agama. Terutama kalau ada hoaks tentang agama, alangkah bijaksananya bila Menteri Agama bisa mengklarifikasi soal agama dengan bijaksana dan membuat masyarakat Indonesia tenang membacanya dan menentramkan isinya membawa kedamaian. Dan twitter Menteri Agama diharapkan juga bisa bisa menjadi panutan masyarakat untuk melawan hoaks.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun