Siapakah Loke Ngerang? Berbagai versi legenda terkait kisah hidup Loke Nggerang dari  sumber tokoh adat menceritakan bahwa Loke Nggerang merupakan anak hasil perseteruan manusia dengan mahkluk di dunia lain. Tetapi  ada juga yang menceritakan bahwa dia merupakan anak dari seorang petani tulen dari kampung Ndoso, Kecamatan Golo Welu , Kabupaten Manggarai Barat.
Di halaman rumah adat tersusun  batu-batu membentuk lingkaran yang ternyata adalah makam keturunan Raja Todo. Makam dengan susunan batu lebih besar dan banyak adalah makam Raja Todo. Ada juga dua buah batang besi berongga di tangga masuk, bekas meriam. Tertulis nama salah satu kota di Inggris, Liverpool. Menurut Titus, meriam ini adalah pemberian kolonial Inggris sebagai hadiah atas jalinan persahabatan yang baik antara Raja Todo dan kolonial Inggris.Â
Kampung Todo kini hanya menyisakan empat  bangunan rumah adat  berbentuk kerucut yang mirip dengan rumah-rumah di kampung Waerebo. Tetapi mereka berbeda adat dan lokasinya sangat jauh. Ketika saya datang beberapa rumah Todo sedang direnovasi . Selain untuk menghidupkan suasana, dan mempertahankan adat Todo perkampungan ini juga ajang untuk tempat reuni dan pesta dari keluarga besar  para keturunan Raja Todo, penguasa kerajaan besar di Manggarai 300 tahun silam. Saat pesta natal atau pesta syukuran panen padi biasanya diadakan pesta khusus untuk mengumpulkan keluarga besar Todo dengan pertunjukan Tari Caci dan pesta makan-makan semalam suntuk.
Klan Todo telah menjadi kekuatan dominan di Manggarai Selatan jauh sebelum pemerintahan Belanda mulai terlibat dalam politik lokal. Pemimpin klan dipilih menjadi Raja Manggarai oleh pemerintah kolonial Belanda pada tahun 1930. Para anggota klan mengklaim bahwa nenek moyang mereka berasal dari Minangkabau di Sumatera ratusan tahun yang lalu, dengan seorang pemimpin bernama Mashur. Ada banyak legenda tentang perjalanan panjang  sebelum mereka  masuk Manggarai di Warloka. Dari sana, Mashur dan rakyatnya memulai perjalanan  panjang melewati Manggarai, sebelum akhirnya menetap di Todo.
Sebagai salah satu tujuan wisata, Kampung Todo memberikan peluang ekonomi bagi warga sekitar, terutama bagi kaum perempuan untuk berjualan kain tenun bagi turis. Kain tenun model sarung  khas Kampung Todo dengan aneka motif berwarna merah kuning hijau ini  ditawarkan Rp 350.000 hingga Rp 400.000 per lembar. Kalau pergi ke Kampung Todo sekaligus bisa melihat  proses pembuatan kain tenun. Para wanitanya rata-rata bekerja membuat kain tenun dengan tangan. Di halaman rumah ada rumah  gubuk untuk wanita Todo berjualan kain dan selendang tenun khas Todo bagi turis yang datang.
Artikel ini diikut sertakan dalam lomba blog yang diselenggarakan oleh ID Corners dan Skyscanner
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H