Bagi saya pribadi tetap lebih suka berbelanja di Blok A dan Blok B karena gedung ber AC dan lebih banyak pilihan jenis baju dan jilbab yang harganya beragam mulai kelas Rp 50.000 sampai Rp 500.000 ada disana.
Memang belanja di Tanah Abang lebih murah grosiran dengan isi 20 biji (satu kodi) akan berbeda 25 persen harganya dibanding beli satuan. Tapi kalau hanya dipakai sehari-hari beli satu potong aja juga diperbolehkan.
Menurut wikipedia, Pasar Tanah Abang yang dulu dikenal dengan Pasar Sabtu berdiri sejak tahun 1735. Yustinus Vinck adalah sosok yang dikenal sebagai pendiri pasar perdagangan ini atas izin dari Gubernur Jenderal Abraham Patramini.
Pasar Tanah Abang semakin berkembang setelah dibangunnya Stasiun Tanah Abang. Di tempat tersebut mulai dibangun tempat-tempat seperti Masjid Al Makmur dan Klenteng Hok Ten Tjen Sien yang keduanya seusia dengan Pasar Tanah Abang. Pada tahun 1973, Pasar Tanah Abang diremajakan, diganti dengan 4 bangunan berlantai empat, dan sudah mengalami dua kali kebakaran, pertama tanggal 30 Desember 1978, Blok A di lantai tiga dan kedua menimpa Blok B tanggal 13 Agutus 1979. Pada tahun 1975 tercatat kiosnya ada 4.351 buah dengan 3.016 pedagang.
Dulu Tanah Abang  dikenal dengan Pasar Sabtu, kabarnya orang-orang Belanda saat itu juga memanggilnya De Nabang. Sebab, di sana konon terdapat banyak pohon nabang atau pohon palem yang tertanam di sekitar kawasan itu. Kemudian, masyarakat Batavia mulai merubah panggilan pasar tersebut menjadi Tenabang.
Sekarang Tanah Abang diperbincangkan lagi di media massa setiap hari, setelah di siang hari PKL diperbolehkan di jalur jalan umum yang harusnya hanya untuk kendaraan. Setiap hari sekarang Jalan Jatibaru ditutup mulai pukul 08.00 sampai pukul 17.00 WIB.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H