Mohon tunggu...
Asita Suryanto
Asita Suryanto Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Traveler

pecinta traveling dan kuliner

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Jangan Lewatkan Melihat Proses Menenun Ketika Pergi ke Flores

2 Januari 2018   21:40 Diperbarui: 3 Januari 2018   18:55 2815
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kain tenun yang dipajang untuk wisatawan di Desa Sikka Flores (dok pribadi)

Ketika pergi ke Maumare sempatkan mampir  ke  Sanggar Tenun Lepo Larun di Nita Kabupaten  Sikka. Jaraknya hanya sekitar  20 kilometer dari pusat Kota Maumere, Pulau Flores. Disini wisatawan bisa melihat langsung proses membuat tenun ikat secara alami.

Saya terharu melihat mama-mama dengan tekun sepanjang hidupnya mendedekasikan waktunya hanya untuk bekerja menenun. Mereka dengan spontanitas mendemontrasikan cara menenun dari awal sampai akhir. Kain tenun yang sudah siap dijual digelar  di sepanjang  pagar  agar terlihat apabila ada wisatawan datang.

Menenun kain dengan tangan (dok pribadi)
Menenun kain dengan tangan (dok pribadi)
Nonna salah seorang staf Lepo Larun  menyambut kami dengan ramah dengan mengenakan tenun ikat motif Maumere,  mengajak kami melihat langsung tahap-tahapan pembuatan kain tenun khas Kabupaten Sikka.

Mula-mula adalah proses memisahkan kapas dari bijinya yang lalu digebuk-gebuk agar mudah dipintal, kemudian setelah menjadi benang harus melewati proses pencelupan alami memakai akar mengkudu atau daun indigo, membuat pola dengan mengikatnya memakai daung gebang lalu menenunnya hingga menjadi kain tenun ikat yang cantik.

Wisatawan diajak menari dan bernyanyi dengan musik Flores (dok pribadi)
Wisatawan diajak menari dan bernyanyi dengan musik Flores (dok pribadi)
Dengan proses sekitar tiga bulan sampai satu  satu tahun,  kain-kain tenun saya kira wajar kalau kain tenun alami berharga jutaan rupiah. Satu selendang kain berukuran kecil dihargai sekitar Rp  500.000. Untuk kain berukuran sedang berharga diatas Rp 1.000.000. Untuk kain berukuran lebar dihargai di atas Rp 2.000.000, tergantung motif dan lama proses pewarnaannya. Dan tradisi menenun dengan pewarna alami ini sudah dilakukan sejak ratusan tahun yang lalu dan masih dipertahankan oleh wanita-wanita di Nita.

Setidaknya ada lebih dari 20 tahapan selama berbulan-bulan agar sebuah kain tenunan Flores dapat dinikmati pemakainya dan siap dipasarkan. Proses pembuatan tenun ikat khas Flores diawali dengan memisahkan kapas dari biji, memintal kapas tersebut menjadi benang, proses pewarnaan, mengikat motif, dan terakhir baru mulai menenun. Ada alat khusus yang digunakan untuk memisahkan kapas dari bijinya termasuk untuk menggulung benang yang sudah dipintal.

Sanggar Lepo Larun di Desa NIta, Maumere Kab Sikka (dok pribadi)
Sanggar Lepo Larun di Desa NIta, Maumere Kab Sikka (dok pribadi)
Dalam mewarnai benang, pengrajin tenun ikat tradisional masih menggunakan pewarna tradisional yang didapatkan dari alam. Misalnya dengan menggunakan beberapa jenis tumbuhan, seperti daun dan akar mengkudu (warna merah), daun nira (warna biru), kayu pohon hepang, kunyit (warna kuning), loba, kulit pohon mangga, kulit pohon cokelat, serbuk kayu mahoni tarum, zopha, kemiri, dan masih banyak lagi. Pohon-pohon untuk pewarna alami ini memang tumbuh subur di sekitar tanah Flores.

Pewarnaan dapat dilakukan berulang-ulang guna menghasilkan warna yang khas.  Setidaknya ada 11 warna tercipta dari bahan alami yang ramah lingkungan. Warna dari bahan alami dan benang dari kapas membuat warnanya memang tidak secerah benang modern tetapi justru lebih tahan lama dan menguak warna yang makin lama makin indah.

Saya ikut menari Flores di Sanggar Leppo Larun (dok pribadi)
Saya ikut menari Flores di Sanggar Leppo Larun (dok pribadi)
Setelah puas melihat proses pembuatan tenun alami, di Sanggar Lepo Larun pimpinan Afonsa Raga Horeng ini, wisatawan juga disuguhi acara musik khas Flores dengan tabuhan alat musik tradisional. Wisatawan diajak menari bersama dengan penenun dari Sanggar Lepo Larun yang ternyata  pintar menari dan bernyanyi juga. 

Setelah puas menari, saya melanjutkan perjalanan ke Desa Sikka. Untuk lebih memahami cara membuat kain tenun yang  indah khas Flores bisa berkunjung juga ke Desa Sikka yang jaraknya sekitar 50 kilometer dari Maumere. Bahan pembuat tenunnya didominasi dari alam sekitar. Masyarakat Desa Sikka sejak dahulu memiliki keahlian menenun kain tradisional dengan beragam corak warna.

Penjual tenun ikat di Desa Sikka, Flores (dok pribadi)
Penjual tenun ikat di Desa Sikka, Flores (dok pribadi)
Kain tenun yang diproduksi masyarakat desa ini termasuk yang terbaik karena memiliki ciri khas tersendiri. Warga desa  dengan gembira dan bersemangat mempertunjukkan cara pembuatannya kain tenun ikat yang sudah dibuat turun menurun  ini. Kain tenun khas daerah Sikka misalnya, biasanya selalu menggunakan warna alam yang gelap berwarna tanah seperti hitam dan coklat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun