Kemudian induknya dibunuh, anaknya diambil diperdagangkan, yang tersisa itu bisa salah satu pejantan atau betinanya. Karena  ikatan keluarganya itu kuat, salah satu dari mereka itu diambil atau terganggu stres maka semua keluarga itu akan berpengaruh yang disusul dengan kematian. Sifat monogami itu juga yang menyulitkan proses pelepasliaran dan upaya peningkatan populasi Owa Jawa.
Di Pusat Rehabilitasi Owa Jawa, kera pejantan dan betina setelah cukup umur sekitar delapan tahun untuk dikawinkan akan ditempatkan di dalam satu kandang sampai memiliki anak.Setelah membentuk satu keluarga dengan anak yang sudah bisa mandiri lepas dari induknya untuk mencari makan, barulah keluarga Owa Jawa ini bisa  melewati proses habituasi di lokasi pelepasliaran di Gunung Puntang, Hutan Lindung Gunung Malabar daerah Bandung Selatan di Jabar.
Mengapa Gunung Puntang yang dipilih. Karena habitat asli Owa Jawa  terbesar  di  Taman Nasional Gunung Gede Pangrango sudah liar dan sering mengganggu keluarga Owa Jawa yang baru direhabilitasi. Sedangkan habitat Owa Jawa di Gunung Puntang lebih jinak dan menerima dengan baik Owa Jawa yang baru dilepas di habitat aslinya. Selain itu  Owa Jawa perlu diberikan perlindungan dan pemantauan.
Kera Owa Jawa yang direhabilitasi berasal dari  sitaan pihak berwajib, pedagang satwa liar , kasus penyelundupan satwa yang gagal,  dan hasil suka rela dari masyarakat yang menyerahkan langsung  hasil temuan Owa Jawa ke Yayasan Owa Jawa.
Rata-rata Owa Jawa betina melahirkan sekali setiap tiga tahun, dengan masa mengandung selama 7 bulan. Anak-anaknya disusui hingga usia 18 bulan, dan terus bersama keluarganya sampai dewasa, yang dicapainya pada umur sekitar 8 tahun. Owa Jawa kemudian akan memisahkan diri dan mencari pasangannya sendiri.
Karena keunikannya,Owa Jawa yang wajahnya lucu sangat menarik untuk dipelihara karena bisa dirawat seperti  bayi manusia. Maka  kera ini menjadi salah satu satwa eksotik yang banyak diburu oleh manusia tidak bertanggungjawab, untuk kemudian diperjual-belikan di pasar  ilegal. Kadang upaya penyelundupan pun kerap terjadi, sehingga ada pula Owa Jawa yang direhabilitasi  hasil barang sitaan yang gagal akan diselundupkan  ke Kuwait. Padahal status Owa Jawa jelas sebagai satwa yang dilindungi. Tindakan hukum perlu dilakukan bagi pelaku pemusnahan habitat Owa Jawa.Maka mari hentikan perdagangan satwa liar dengan tidak membeli atau memelihara mereka. Jika menemukan ada yang memelihara maka laporkankanlah segera pada Yayasan Owa Jawa secara langsung atau menghubungi FB Javan Gibbon Center.
Dalam perjalanan dua hari itu, selain mengunjungi Owa Jawa,  Pertamina bersama Kompasiana juga mengajak para Kompasianer mengunjungi Pusat Pendidikan Konservasi Alam Taman Nasional Bodogol Gunung Gede Pangrango. Disini saya mendapat  pendidikan tentang flora, fauna , penyelamatan dan monitoring Owa Jawa di habitat aslinya. Dengan mengikuti acara Kompasiana Visit bisa melihat  keanekaan ragam hayati dan ekowisata lingkungan hidup. Dan yang paling seru di hari kedua, Kompasioner diajak rafting yang menegangkan di Caringin, Bogor. Dua hari yang mengesankan bersama Kompasiana Visit.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H