Mohon tunggu...
Asita Suryanto
Asita Suryanto Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Traveler

Koresponden Kompas di Jatim (1983-1986) Wartawan Tabloid Nova (1986- 1989) Peneliti Litbang Kompas (1990-2002) Penulis buku travel (2010-sekarang)

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Pasar Oro-Oro Dowo Malang, Patut Menjadi Percontohan

7 Januari 2017   13:40 Diperbarui: 7 Januari 2017   14:40 5840
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
troli atau keranjang dorong tersedia di pasar oro-oro dowo

Ketika melakukan perjalanan wisata ke Kota Malang, Jawa Timur saya sempatkan mampir ke  pasar modern yang bersih di Pasar Oro-oro Dowo. Kenapa saya tertarik datang kesini.

 Karena dalam panduan web internasional pariwisata Tripadvisor.com, pasar ini masuk dalam tempat yang harus didatangi di Malang ranking 2 untuk kategori  gedung yang menarik untuk dikunjungi.Kebetulan hostel saya menginap juga di dekat daerah pasar ini sehingga cukup hanya berjalan kaki 10 menit ke pasar bersih ini.

Ternyata pilihan saya tidak rugi. Benar-benar pasar modern yang masih mengedepankan konsep pasar tradisional tapi bersih,

Penataan kios berjajar rapi. Tiap kios dibagi berdasarkan lapak di kelompok daging, sayuran, makanan, buah, kue  dan lain-lain. Pasar yang terletak di Jalan Guntur,  Malang  mempunyai luas 3.400 meter persegi dan menampung 251 pedagang yang tersebar dalam 71 kios dan 180 los.

troli atau keranjang dorong tersedia di pasar oro-oro dowo
troli atau keranjang dorong tersedia di pasar oro-oro dowo
Pasar yang banyak menjual kue tradisional ini dibangun kembali  sejak Agustus sampai Desember 2015 yang mendapat bantuan dari pemerintah pusat melalui Kementrian Perdagangan.  Peresmian pasar dilakukan langsung  oleh Menteri Perdagangan RI Thomas Trikasih Lembong yang juga disaksikan walikota Malang H. Moch. Anton bulan April 2016 lalu.

Saya terkesima melihat bersihnya pasar dan ada juga tersedia televisI  berlayar lebar terpajang di tembok atas  pintu masuk pasar yang menayangkan harga komoditi pasar dari Departemen Perdagangan yang berubah setiap harinya. 

Selain itu ada fasillitas ruang mushola untuk tempat sholat, dan  ruang menyusui yang hampir tidak bisa ditemui di pasar tradisoonal  lain di Indonesia.Ada pula tempat westafel untuk mencuci tangan bagi pedagang dan pengunjung pasar.

Yang membuat lebih nyaman lagi lokasi pasar ini, kebetulan bersebelahan dengan Taman Malabar yang menyerupai hutan kota karena banyak pohon tua. Sehingga bapak-bapak yang enggan mengantar istrinya masuk pasar, bisa  melakukan aktivitas  jogging di taman atau sekedar duduk-duduk santai di bangku taman yang banyak tersedia.

Untuk sanitasinya saya menjadi lebih kagum. Karena tidak memperlihatkan sama sekali genangan air limbah kotoran dari bekas cucian sayur , ikan maupun daging . Biasanya air kotor  dan bau muncul di pasar tradisional  . Tapi di Pasar Oro-Oro Dowo ini sangat berbeda dari aliran limbah disalurkan  melalui pipa-pipa di bawah tanah. Dengan penataan yang bersih ini maka pasar tidak menjadi becek dan berbau.

Mengunjungi pasar yang terkenal dengan kue-kue jajan pasar yang enak ini. Meskipun namanya terselip pasar rakyat atau tradisional  tapi suasananya terasa nyaman, tidak ada sampah yang kelihatan dan bersih.

Hari Pasar Rakyat Nasional perlu digalakkan dengan merubah atau merenovasi setiap pasar tradisional di semua kota di setiap ibukota kabupaten di Indonesia, minimal menjadi pasar rakyat modern yang mengedepankan kenyamanan dan kebersihan.Saya mendukung Kementerian Perdagangan untuk melakukan renovasi total pasar tradisional menjadi pasar modern yang bersih tetapi tetap ada unsur pedagang dan pembeli secara tradisional untuk berkomunikasi saling tawar- menawar harga.

Setiap kios yang berjualan diatur di setiap lapak jenis barang yang  dijual tidak berjejal tapi teratur rapi. Lorong antar pedagang cukup lebar untuk orang lewat berlawanan arah. Bagian  atap langit cukup tinggi sehingga sirkulasi udara cukup terjaga dan tidak membuat kepanasan pengujung pasar. Lantai pasar yang berbahan keramik  tampak selalu kering dan bersih. Tidak ada sampah yang berserakan. Saya sangat kerasan berjalan-jalan ke pasar ini.

Yang membuat lebih kagum saya,  pengunjung disediakan fasilitas kereta dorong belanja atau troli layaknya yang ada di supermarket. Ada beberapa troli berjajar rapi di dekat pintu masuk dan saya melihat beberapa ibu-ibu dengan anaknya yang masih kecil hilir mudik di tengah pasar sambil mendorong troli. Tro;i hanya boleh digunakan sampai ke tempat parkir mobil saja. Pengujung saya lihat juga dengan ringan tangan mengembalikan troli ke tempatnya kembali setelah selesai berbelanja.

Karena begitu istimewa, peresmian pasar tradisional di Pasar Oro-oro Dowo Kota Malang, Jumat 1 April 2016 dilakukan langsung oleh  Menteri Perdagangan RI waktu itu T Lembong sendiri. Dan T  Lembong dalam pidatonya juga   sangat  memberikan apresiasinya dan memuji kebersihan serta kenyamanan yang ada di pasar tersebut.

Menteri Thomas, akan  menjadikan pasar ini sebagai salah satu pilot project pasar nasional. Proses revitalisasi Pasar Oro-oro Dowo sumber anggarannya berasal dari Kementerian Perdagangan RI. Menurut Menteri Thomas, Pasar Oro-oro Dowo adalah salah satu pasar rakyat yang memenuhi standar nasional dengan berbagai fasilitas seperti toilet, tempat ibu menyusui, keamanan, kenyamanan dan sirkulasi udaranya.

Menurut pengamatan penulis bukan hanya pengunjung pasar yang diperhatikan terutama ibu-ibu rumah tangga. Tapi bagi bapak-bapak yang mengantar istrinya ke pasar tapi tidak ingin masuk ke dalam pasar juga ada kursi besi panjang untuk duduk-duduk tempat menunggu di dekat pintu masuk utama. 

Di atas pintu gerbang  bagian atas ada tulisan nama pasar ”Pasar Oro-Oro Dowo” dan pasar dengan konsep  'Pasar Rakyat, Bersih, Segar dan Terpercaya'.

Menurut wikpedia,  pasar ini  termasuk kategori  yang pertama kali dibangun di Malang oleh kolonial Belanda bersamaan dengan Pasar Bunulrejo dan Pasar Kebalen pada 1932. Sedangkan Pasar Pecinan atau Pasar Besar itu sudah  ada sejak dulu ada, kolonial Belanda cuma merenovasi.

Harga makanan disini cukup murah. Saya membeli makanan kesukaan saya nasi jagung cukup Rp 7.000 sudah lengkap dengan sayur lodeh, tempe dan ikan asin. Tempe satu plastik kecil hanya Rp 2.000 bandingkan denga harga tempe di Jakarta dengan ukuran yang sama dua kali lipatnya harga di Malang yaitu Rp 4.000. Kue lumpur  langsung masak di tempat dengan harga Rp 4.000 berbagai rasa varian mulai kismis keju dan original sangat enak.

Setelah puas mengeksplore Pasar Oro-Oro Dowo kebetulan pas hari Minggu pagi waktunya berolahraga, saya langsung melakukan jogging di sebelah pasar yang kebetulan juga ada taman hutan kota Malabar Malang.  Saya menikmati Hari Minggu yang indah di Malang.

sumber berita: https://id.wikipedia.org/wiki/Pasar_Rakyat_Oro-Oro_Dowo dan hasil liputan pribadi penulis langsung di lapangan

Sumber peresmian: http://suryamalang.tribunnews.com/2016/04/01/menurut-menteri-perdagangan-pasar-oro-oro-dowo-akan-percepat-ekonomi-kota-malang

foto:sopiamega

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun