Mengapa di saat lebaran, banyak warga Jakarta rela mudik ke kampung halaman . Meski didera macet berhari-hari di jalan apabila naik kendaraan darat . Serta rela membayar mahal  sampai dua kali lipat apabila naik kereta api dan pesawat terbang .
Jawabannya adalah momen kebersamaan dan silaturahmi. Ini saya alami sendiri ketika saya mudik dari Jakarta ke kampung halaman Kota Jember, Jawa Timur  yang berjarak 1.000 kilometer. Meski  saya harus membayar mahal tiket pesawat terbang Jakarta-Surabaya pulang pergi  Rp 3 juta per orang untuk keberangkatan minus 2 hari H tanggal 4 Juli dan pulang tanggal 9 Juli h plus 3 hari, tetapi yang saya dapatkan begitu banyak. Belum lagi disambung naik kereta api dari Surabaya ke Jember dengan kereta mutiara  yang ongkosnya Rp 250.000 per orang naik dua kali lipat.
bermain kembang api dengan ponakan
Tetapi yang saya dapatkan suasana kekeluargaan dan kemeriahan lebaran yang begitu banyak. Berkumpul dengan saudara sekandung di rumah orangtua. Orangtua saya sudah tiada dua tahun yang lalu sehingga rumah induk hanya didatangi kalau hari libur.
Pada malam takbiran anak saya dan ponakan-ponakan main bersama kembang api.Kemudian kami melihat iringan-iringan anak-anak kecil bermain patrol dari bambu sambil bertakbir. Di jalanan depan rumah banyak mobil membawa anak-anak keliling kota sambil bertakbir.
mendapat kunjungan lebaran dari anak-anak kecil tetangga di kampung
Tepat pada hari raya , Â melakukan sholat idul fitri di masjid dekat rumah sehingga bisa bertemu dengan tetangga lama di masa kecil waktu bersekolah di Jember.
bertemu saudara sepupu di surabaya
Setelah sholat ied makan ketupat opor bersama keluarga besar kami saling bersalaman mohon maaf lahir batin. Kemudian di rumah orangtua banyak anak-anak kecil datang untuk saling berkunjung dan memberi amplop uang lebaran seikhlasnya buat anak-anak tetangga. Setelah itu kami menyekar ke makam orangtua dan kakek-nenek.
makan ketupat opor masakan kampung lebih nikmat
Setelah puas menikmati ketupat  di rumah orangtua kami melanjutan perjalanan ke rumah mertua di  Banyuwangi  dan Bondowoso untuk bersilaturahmi dengan semua saudara suami dan menyekar ke makam mertua yang sudah tiada. Anak-anak saya yang sudah dua tahun tidak mudik lebaran,  jadi lebih mengenal nama-nama saudara mulai bude, pakde, paklik,bulik dan saudara sepupunya yang sebelumnya tidak hafal namanya. jadi tali silaturahmi tambah erat. Selain itu juga bisa mengajak anak-anak mencoba kuliner makanan kampung seperti nasi pecel, nasi gudeg, rujak cingur, nasi tempong dan makanan oleh-oleh buat teman-temannya.
20160708-110814-57836a7af29273b00be8010b.jpg
Pada hari ketiga plus lebaran saya sengaja silaturami dengan teman=teman masa SMP dan SMA Jember. Malah ada teman SMA yang pernah sebangku di kelas satu SMAN I Jember tidak pernah bertemu setelah 35 tahun berpisah baru di lebaran tahun ini kami bisa bertemu kembali setelah dipertemukan denga facebook. Dengan Siti Ramlah, ibu guru SMP Situbondo akhirnya kami bertemu dengan  kembali dengan obrolan yang asyik. Dan sahabat saya Siti ini sengaja rela menempuh jarak 60 kilometer dari Situbondo ke Jember untuk menemui saya di tengah kesibukannya di saat lebaran.
bersilaturahmi dengan saudara di bondowoso
Jadi silaturahmi lebaran yang saya dapatkan adalah silaturami dengan saudara, keluarga, teman; makan ketupat opor masakan kampung yang enak; merasakan lebaran di kampung yang masih ada suasana saling berkunjung antar tetangga; bertemu  sahabat lama; rekreasi ke tempat wisata; kuliner makanan kampung;  bisa menyekar ke makam orangtua; merasakan malam takbiran yang lebih meriah di kampung. Jadi yang saya rasakan ini pasti juga dirasakan oleh ribuan lain pemudik yang rela berhari-hari di jalan untuk menemui  kerabat keluarganya. Rekereasi bersama keluarga di tempat wisata adalah saat yang langka bagi pemudik sehingga suasana tempat rekreasi selalu ramai. Ini saya alami ketika datang ke outbond cafe gumitir di Gunung Merawan Kalibaru, Banyuwangi yang penuh pengunjung dan antri.
bertemu sahabat sma setelah 35 tahun berpisah
Apalagi bagi pekerja rumah tangga dan buruh-buruh pabrik yang hanya bisa menemui keluarga besarnya di hari lebaran. Dalam setahun hanya bisa sekali pulang kampung,  dan membelikan baju baru buat anak dan keluarganya . Apalagi bagi TKI dan TKW yang mudiknya hanya lima tahun sekali. Hanya di saat lebaran yang setahun  sekali bisa istirahat panjang di rumah sendiri bebas dari perintah majikan dan atasan.  Suasana lebaran di kampung memang  lebih istimewa!!!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Vox Pop Selengkapnya