Yang menjadi ciri khasnya sambal goreng kereceknya tidak terlalu pedas dan ada campuran kacang tolo. Gudeg warnanya tidak terlalu coklat seperti di Jogyakarta dan tidak manis rasanya sedang-sedang aja. Rasa nikmatnya karena gudeg dimasak dengan tungku kayu bakar dan dimasaknya sehari sebelum disajikan agar rasa bumbunya meresap.Rasa gudegnya tidak manis seperti rasa gudeg Yogyakarta. Tapi  disesuaikan dengan lidah masyarakat kota Jember. Menunya hanya nasi gudeg, nasi pecel dan nasi gudeg campur pecel. Rasa gudeg disini cenderung asin, sangat berbeda dengan gudeg Jogja yang manis.
Seorang sahabat yang sudah merantau di Kota Los Angeles, Amerika Serikat selama lima belas  tahun , Riska Amelia setiap pulang kampung di Kota Jember selalu tidak menyiakan waktu untuk makan nasi gudeg campur pecel  tersebut untuk mengobati rasa kangennya. Pasalnya, nasi gudeg campur pecel Lumintu salah satu menu favoritnya selama masih belajar di Jember.
[caption caption="stiker tripadvisor terpasang di jendela kaca bagian depan warung yang berarti sudah rekomendasi"]
Penulis paling suka makan nasi gudeg Lumintu dibawa pulang karena dibungkus daun pisang terasa nasi putihnya berbau wangi daun. Dimakan panas-panas uap nasi putih keluar membawa nikmat sarapan pagi dengan menu spesial Kota Jember tersebut.
Warung Lumintu buka sangat pagi mulai pukul 06.00 WIB. Rata-rata pukul 14.00 WIB pengunjung sudah banyak yang kecewa kalau datang untuk makan siang karena sering sudah kehabisan. Ingat hari Sabtu malah libur. Meski menu tradisional tapi Warung Lumintu masuk salah satu restoran yang harus dicoba di Jember menurut situs wisata, tripadvisor.com. Stiker tripadvisor terpasang di jendela kaca depan warung ini.
Â
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H