Mohon tunggu...
Asita Suryanto
Asita Suryanto Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Traveler

Koresponden Kompas di Jatim (1983-1986) Wartawan Tabloid Nova (1986- 1989) Peneliti Litbang Kompas (1990-2002) Penulis buku travel (2010-sekarang)

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Rahasia Kopi Nikmat Dari Banyuwangi

12 Maret 2016   10:41 Diperbarui: 13 Desember 2022   14:50 461
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.



Kopai Osing adalah kopi nikmat andalan Kota Banyuwangi dan khususnya Desa Kemiren yang mempunyai kopi terenak di dunia. Hanya dengan rahasia biji kopi disangar hanya 15 menit di wajan tanah liat dan tungku kayu. Biji kopi tanpa dicuci serta  harus sama ukuran besar kecilnya agar kematangan kopi  pas disangrai sama. Tiga rahasia utama ini yang menghasilkan kopi enak.

Resep kopi enak ini rahasia dari  penikmat kopi,  Setiawan Subekti atau Pak Iwan  dari Banyuwangi yang mempunyai andalan peracik kopai osing dan pemilik Sanggar Genjah Arum yang merupakan rumah buat penikmat kopi sambil melihat tari gandrung dan kesenian Banyuwangi lainnya di Desa Kemiren.



Iwan yang ramah ini, sudah mengelilingi seluruh dunia untuk melihat proses pembuatan kopi terenak di dunia dari beberapa negara penghasil kopi. Ternyata kopi Indonesia tidak kalah nikmatnya dengan kopi negara lain di Eropa, Asia, dan Afrika sebagai penghasil kopi.

Apalagi kopai osing bikinan tangan sendiri Pak Iwan di Sanggar  Genjah Arum, membuat saya sampai minum empat cangkir kopi selama mengobrol tiga jam dengan Pak Iwan. Kopai Osing bikinan Pak Iwan ada busa lemak di atas minuman kopinya yang harus diminum sebelum diaduk. Busa kopi ini terasa pahit dan asam sekaligus nikmat.



Mengaduk minuman kopi di dalam cangkir tidak asal pakai sendok plastik atau tembaga. Pak Iwan sebaga tester kopi terbaik dunia,  menyarankan mengaduk minuman kopi harus memakai sendok kayu agar tidak merusak rasa kopi.Kopi yang disajikan berwarna kecoklatan tidak seperti kopi hitam pada umumnya. Rasanya terasa di lidah antara pahit asam dan membuat ketagihan.

Kemasan kopi supaya awet disimpan dalam toples dan ditaruh di dalam kulkas agar tidak rusak rasa kopinya selama disimpan. Hanya kala dibutuhkan saja untuk tiga hari kopi ditaruh di dalam toples yang rapat di ruangan. Selebihnya kopi agar awet disimpan rapat di dalam kulkas. Kemasan kopai osing berwarna hitam bergambar capung terasa harum dicium dari luar kemasannya, apabila dipencet bungkusnya serasa ingin segera mencicipi seduhan kopinya apabila belum dibuka kemasannya.

Beruntung Banyuwangi ada di sebelah paling timur Pulau Jawa yang dikenal dengan sebutan Sunrise of Java karena cahaya matahari terbit pertama kali di Pulau Jawa dari Banyuwangi. Lokasi ini sangat cocok untuk tanaman kopi sehingga kopi Banyuwangi menghasilkan kopi yang enak. Lokasi Banyuwangi yang di pinggir pantai mengakibatkan uap laut mengandung garam membuat cita rasa kopi Banyuwangi berbeda. Ketinggian kebun kopi Banyuwangi di diatas 1.000 meter dari permukaan laut menambah ideal mutu biji kopi yang dipetik karena berbuah bagus mutu biji kopinya.

Apalagi menikmati kopi di Sanggar Genjah Arum yang ditata tradisional ala Banyuwangi tempo dulu sambil melihat tari gandrung dan alunan lesung dari ibu-ibu sepuh Desa Kemiren menambah obrolan dengan Pak Iwan semakin asyik.  Nama Genjah Arum sendiri, diambil dari nama varietas padi unggulan di Banyuwangi yang terkenal kalau sudah menjadi nasi akan pulen putih dan harum.



“Sekali seduh, kita bersaudara,” adalah bahasa kopi dari Pak Iwan yang berarti sekali minum kopi bersama Pak Iwan akan seterusnya menjadi saudara. Bagi Pak Iwan minum kopi bukan hanya meminumnya sampai habis tapi minum kopi harus sambil ngobrol dengan teman-teman jangan asal minum seperti minum soda yang sekali minum langsung habis. Biji kopi yang sudah disangrai bisa dimakan langsung juga. 

Pak Iwan menyuruh saya, mengunyah biji kopi sangrai yang belum dihaluskan ternyata terasa enak juga aroma kopinya meski ada rasa pahit sedikit di lidah.

Minum kopi dengan teman harus menyediakan waktu minimal satu jam. Minum kopi harus di lokasi yang nyaman untuk  tempat bertemu  teman dan saudara. Minum kopi harus dengan ngobrol yang asyik. Nikmati rasa kopinya sedikit demi sedikit.Tidak ada cara minum kopi sambil jalan. 

Minum kopi harus duduk tenang sambil berdiskusi. “Sekali seduh bersaudara, minum kopi semua urusan beres.” Itulah kalimat yang selalu diucapkan Pak Iwan bila menerima tamu-tamu dari berbagai kota dan negara yang mencicipi kopai osingnya di Sanggar Genjah Arum, Desa Kemiren di Banyuwangi. 

Sanggar Genjah Arum bukan kafe yang setiap orang bisa singgah untuk minum kopi setiap waktu. Tapi sebuah rumah bagi Pak Iwan untuk menerima tamu-tamu spesialnya minum kopai osing bersama dengan diskusi yang seru tentang seni, budaya dan politik.  Saat minum kopi dengan Pak Iwan akan terasa berkesan . "Minum kopi disini membuat orang waras jadi gila, dan orang gila jadi waras." kata Pak Iwan berkelakar mengakhiri pembicaraan.

 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun