Mohon tunggu...
Asita Suryanto
Asita Suryanto Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Traveler

Koresponden Kompas di Jatim (1983-1986) Wartawan Tabloid Nova (1986- 1989) Peneliti Litbang Kompas (1990-2002) Penulis buku travel (2010-sekarang)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Gerakan Berkebaya Sehari-hari dalam Beraktivitas

21 Desember 2015   07:52 Diperbarui: 21 Desember 2015   12:10 481
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="busana kebaya adat kudus dengan kain dari lasem"]

[/caption]

Lia Natalia, salah seorang inspiratif Perempuan Berkebaya memberikan demo contoh cara memakai kain batik yang praktis hanya dengan satu kali putaran dililit di tubuh langsung dalam waktu lima  menit selesai dengan cara ujung kain diikat saja.  Lia berkomitmen hanya menggunakan kain batik tulis , untuk menghindari penggunaan kain batik printing karena ingin menghormati para pengrajin batik tulis.

Bahkan untuk kain batik tulis lawasan yang tua, Lia  tidak tega untuk menggunting dan menjahitnya, sehingga kain itu dipakai secara utuh. Untuk menghindari sobek karena rapuh, Lia memberikan tips dengan memberikan sambungan tali sepatu sehingga ujung kain tidak perlu diplintir untuk diikat.

Lia di awal tahun 2016 nanti mengawali harinya,  akan pergi backpacker selama dua mingggu keliling Asia Tenggara melalui jalan darat dengan memakai kain kebaya. Lia sudah menyiapkan 6 lembar baju kebaya di tas ranselnya. Salut buat ibusatu ini.

Makna Hari ibu sendiri bagi Emmy Hafild yang pernah menjabat   Direktur Eksekutif Greenpeace Asia Tenggara,  adalah suatu pernyataan politik   para pejuang wanita Indonesia dari Jawa dan Sumatera pada saat itu berkumpul untuk mengadakan Konggres Perempuan Indonesia  di Yogyakarta pada tahun 1928. .

[caption caption="Bersama Mbak Lia Natalia, Inspiratif Perempuan Berkebaya yang konsisten setiap hari berkebaya termasuk pergi backpacker"]

[/caption]

Pada Konggres Perempuan Indonesia  Pertama tersebut  yang menjadi agenda utama adalah mengenai persatuan perempuan Nusantara; peranan perempuan dalam perjuangan kemerdekaan; peranan perempuan dalam berbagai aspek pembangunan bangsa; perbaikan gizi dan kesehatan bagi ibu dan balita; pernikahan usia dini bagi perempuan, dan lain sebagainya.

Secara resmi tanggal 22 Desember ditetapkan sebagai Hari Ibu adalah setelah Presiden Soekarno melalui melalui Dekrit Presiden No. 316 tahun 1959 menetapkan bahwa tanggal 22 Desember adalah Hari Ibu dan dirayakan secara nasional hingga saat ini.

[caption caption="Penulis bersama sahabat dari Geng Solo"]

[/caption]

Menurut pengamatan penulis hari ibu sekarang  di masyarakat Indonesia, telah salah kaprah   lebih kepada ungkapkan rasa sayang dan terima kasih kepada para ibu, memuji keibuan para ibu. Berbagai kegiatan pada peringatan itu merupakan kado istimewa, penyuntingan bunga, pesta kejutan bagi para ibu, aneka lomba masak dan berkebaya, atau membebaskan para ibu dari beban kegiatan rutin sehari-hari. 

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun