Mohon tunggu...
Asita Suryanto
Asita Suryanto Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Traveler

pecinta traveling dan kuliner

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Ritual Adat Patika di Danau Kelimutu yang Mempesona

25 Oktober 2015   21:24 Diperbarui: 25 Oktober 2015   23:26 745
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Para tetua adat Suku Lio membawa makanan persembahan di Danau Kelimutu"][/caption]

Saat mengunjungi Danau Kelimutu di Ende, Flores yang terdiri dari tiga warna  bulan Agustus 2015 lalu. Saya merasa beruntung karena waktunya bertepatan dengan acara Festival Danau Kelimutu, yakni pada puncak acara adat ritual Pati Ka Du'a Bapu Ata Mata. Pesona Indonesia ini sangat memukau pengunjung Danau Kelimutu yang baru pertama kali melihat jalannya ritual acara.

Upacara Pati Ka Du’a Bapu Ata Mata atau yang lebih dikenal dengan ritual Patika diselenggarakan oleh Suku Lio. Ritual Patika adalah pemberian sesajen kepada leluhur di Danau Kelimutu. Hal ini dilakukan karena masyarakat Lio mempercayai Danau Kelimutu adalah tempat peristirahatan terakhir jiwa-jiwa yang telah pergi.

[caption caption="Saat matahari terbit di Danau Kelimutu"]

[/caption]

Suku Lio percaya bahwa Danau Kelimutu adalah tempat peristirahatan terakhir kehidupan, tempat semua jiwa kembali setelah perjalanan hidup berakhir. Acara ini sekaligus penutupan dari seluruh acara Festival Danau Kelimutu yang dibuka di Kota Ende dan acara yang paling ditunggu turis di Danau Kelimutu.

Dalam ritual ini, Suku Lio menawarkan berbagai jenis makanan kepada nenek moyangnya. Ritual  mengungkapkan rasa syukur atas perjalanan selama satu tahun yang telah dilewati  melalui doa untuk kesejahteraan, kesehatan, dan kehidupan yang baik di tahun mendatang.

[caption caption="Gadis Flores yang cantik sedang bernyanyi"]

[/caption]

Saya menyaksikan para sesepuh Suku Lio  atau pemangku adat mengenakan pakaian adat kebesarannya berupa sarung tenun dan ikat kepala  yang indah. Mereka berbaris rapi berjalan beriringan  sambil  membawa makanan persembahan untuk leluhur berupa beras, daging babi, kopi, air putih, sampai minuman di atas mangkuk yang terbuat dari tanah liat. Setelah diberkati, makanan pun dibawa oleh tetua adat menuju ke lokasi upacara di dekat area Danau Kelimutu. Masing-masing orang memegang satu mangkuk persembahan.

[caption caption="Masing-masing tetua adat membawa makanan dan minuman untuk sesajen"]

[/caption]

Sesampainya di lokasi upacara Pati Ka Du'a Bapu Ata Mata, rombongan pemangku adat memanjatkan doa untuk para leluhur dalam bahasa Suku Lio. Mereka serempak duduk mengelilingi sebuah batu besar yang dipercaya sebagai titik berkumpulnya arwah leluhur dan menjalankan upacara memberi makanan kepada para roh leluhur masyarakat Ende dengan cara meletakkan nasi beras merah dengan lauk daging babi di atas batu arwah.

[caption caption="Anak-anak membawakan tarian adat di Desa Moni dalam rangka Festival Kelimutu"]

[/caption]

Makanan yang tersisa di mangkuk terakhir dimakan bersama oleh para tetua adat. Sehabis makan bersama, mereka lalu menyanyikan lagu tradisional dengan bahasa Suku Lio.

Setelah upacara Patika usai, barulah dilakukan Tarian Gawi. Ini adalah pertunjukan tarian adat yang menandakan bahwa upacara Patika telah diselenggarakan dengan baik. Tarian ini juga sebagai lambang bahwa masyarakat Ende akan bergandengan tangan dalam menjaga alam serta menghormati leluhur dan nenek moyang masyarakat Ende.

[caption caption="Makanan asal Flores jagung bose dijual di bazar Festival Kelimutu"]

[/caption]

Setelah pulang dari tempat upacara saya pulang ke Homestay Chenty di Desa Moni dan mendapat cerita dari Bapak Vincent sebagai pemilik hostel. Bahwa pagi itu dia melihat langit di atas Danau Kelimutu kelihatan dari rumahnya seperti banyak kabut turun dan berarak panjang itu berarti dipercaya, upacara Patika diterima para leluhur.

Di Desa Moni sendiri selama Festival Danau Kelimutu diadakan acara pesta rakyat berupa pertunjukan berbagai macam tarian adat dan bazar makanan tradisional yang boleh dicicipi gratis oleh para turis.Saya tahu makanan jagung bose, nasi campur ubi kayu rebus dan lauk kuah ikan asam karena mencoba di acara pameran. Sangat segar rasa kuah ikan asamnya.

Merupakan keberuntungan saya bisa mengikuti acara sekali setahun tersebut dan menikmati keindahan Danau Kelimutu, yang  dikenal  menampilkan warna yang berbeda-beda. Warna danau biasanya  biru tosca, merah, dan putih. Setiap tahun acara Festival Danau Kelimutu diadakan tepat pada tanggal 14 Agustus dan tahun 2015 ini adalah tahun keempat diadakan festival.

[caption caption="Penulis dengan sarung tenun Flores di Danau Kelimutu"]

[/caption]

Untuk mengunjungi Danau Kelimutu, wisatawan bisa  datang melalui Kota Ende atau Maumere lewat jalan darat. Disarankan  bisa menginap dulu di Kampung Moni yang terkenal dengan banyak homestaynya, kalau niatnya untuk melihat matahari terbit dan festival tahunan di danau yang indah ini. Harga kamar mulai Rp 200.000 sampai Rp 350.000 bisa  pesan melalui internet kalau datang pas musim liburan bulan Juli-Agustus karena banyak wisatawan mancanegara yang menginap. (email:asita2308@yahoo.com)

 

 

 

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun