Mohon tunggu...
Asita Suryanto
Asita Suryanto Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Traveler

Koresponden Kompas di Jatim (1983-1986) Wartawan Tabloid Nova (1986- 1989) Peneliti Litbang Kompas (1990-2002) Penulis buku travel (2010-sekarang)

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Indahnya Melihat Matahari Terbit di Danau Kelimutu, Flores

22 Agustus 2015   15:27 Diperbarui: 25 Oktober 2015   12:04 856
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mengunjungi Danau Kelimutu , di Ende Flores adalah impian saya sejak lama. Beruntung pertengahan Agustus lalu saya bisa datang ke tempat ini. Saya sengaja menginap di Desa Moni, di kaki Gunung Kelimutu agar bisa pagi hari datang ke danau tiga warna ini. Dari pemilik  homestay Chenty,  Ibu Nonna saya mendapat informasi bisa menyewa ojek dengan ongkos Rp 100.000 pulang pergi dan kami akan ditunggu sampai turun kembali ke penginapan.

Tentu saya tidak menolak tawaran itu. Karena  untuk menyewa mobil perlu teman sharing untuk sewa mobil sebesar Rp 500.000 dan harus memiliki teman minimal lima orang dari Desa Moni. Desa Moni bisa dicapai dengan bis umum dari Ende dengan jarak tempuh sekitar satu setengah jam. Pesona Indonesia Di Flores ini sangat menarik.

Setelah membeli tiket masuk untuk turis lokal sebesar Ro 5.000 saya bergegas naik ojek lagi untuk menuju  areal  parkir, selanjutnya berjalan kakin menapaki gunung yang menanjak selama lebih dari setengah jam. Beruntung sudah ada tangga dan  ada jalur trekking yang memudahkan. Sepanjang jalan terdengar suara burung sedang bernyanyi.

Foto: tidak bosam berlama-lama menatap danau kelimutu yang sedang berwarna hijau tosca kebiruan

Matahari berwarna jingga perlahan muncul dari balik sisi Gunung Kelimutu. Lalu sinarnya menerpa salah satu danau atau kawah Kelimutu yang berwarna hijau muda. Kawah kelihatan  berkilau dan seolah-olah ada pantulan pelangi di atas danau. Para turis mancanegara yang sudah berkumpul langsung berteriak wow wow ketika matahari mulai perlahan naik menyinarkan wajahnya.

Untuk menghangatkan badan selama menunggu banyak penjual kopi khas Kelimutu yang dijual di pos pengamatan, mampu menghangatkan tubuh.  Kalau belum sempat sarapan mie instan juga ada di puncak Gunung Kelimutu yang dingin.

Danau Kelimutu dikenal  menampilkan warna yang berbeda-beda. Biasanya biru, merah, dan putih. Namun warna-warna ini selalu berubah seiring waktu. Ketika saya datang warnanya sedang serba hijau yaitu hijau tosca hampir kebiruan , hijau muda keputihan , dan hijau tua. Yang paling indah tentunya kalau ada nuansa warna merah teh sehingga kelihatan warnanya kontras.

Faktor yang menyebabkan warna danau berubah adalah kandungan kimia dan sinar matahari. Ada kepercayaan juga kalau salah satu  danau sedang berwarna merah berarti negara sedang bergolak.  Selain itu di air danau terkandung kandungan  besi, sulfat, garam, dan mineral lainnya.

Keunikan warna itulah yang membuat para wisatawan mengunjungi obyek wisata ini. Danau Kelimutu  yang berwarna  Merah atau "Tiwu Ata Polo" diyakini menjadi tempat berkumpul arwah orang-orang yang semasa hidupnya sering melakukan perbuatan jahat. Sedangkan Warna Putih atau "Tiwu Ata Mbupu" diyakini oleh warga desa sebagai tempat berkumpulnya arwah-arwah leluhur mereka yang meninggal ketika mereka tua. Danau berwarna biru atau “Tiwu Nuwa Nuri Koo Fai” adalah danau tempat berkumpulnya jiwa muda mudi yang telah meninggal.

Untuk mengunjungi Kelimutu, wisatawan bisa  datang melalui Kota Ende atau Maumere lewat jalan darat. Disarankan  bisa menginap dulu di Kampung Moni yang terkenal dengan banyak homestaynya, kalau niatnya untuk melihat sunrise di danau yang indah ini. Harga kamar mulai Rp 200.000 sampai Rp 350.000 disarankan pesan lewat internet kalau datang pas peak sesion bulan Juli-Agustus karena banyak wisatawan mancanegara yang menginap.

Foto: jalur trekking sudah tersedia

Selain itu, masyarakat setempat percaya bahwa danau tersebut adalah danau keramat dan memberikan kesuburan pada daerah sekitarnya. Maka tak jarang sering diadakan upacara adat di danau tersebut di mana masyarakat memberikan persembahan hasil bumi kepada arwah di danau tersebut. Beruntung saya tanpa sengaja datang saat Festival Kelimutu diadakan.

Foto: penjual minuman kopi dan mie instan sejak subuh sudah berdagang

Di sekitar danau terdapat pondok jaga, tempat berteduh untuk wisatawan, dan toilet, serta beberapa losmen kecil bagi para wisatawan yang hendak menginap, juga beberapa restoran. Perlu diketahui bahwa waktu terbaik untuk mengunjungi Danau Tiga Warna adalah bulan Juli dan Agustus, saat musim kemarau.  Terutama setiap tanggal 14 Agustus adalah acara puncak Festival Kelimutu dimana para tetua disini memberikan sesajen kepada  para arwah leluhurnya di Danau Kelimutu. Semua tari-tarian Flores juga dihadirkan di acara Festival Kelimutu ini. (Asita DK Suryanto)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun