Mohon tunggu...
Asita Suryanto
Asita Suryanto Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Traveler

Koresponden Kompas di Jatim (1983-1986) Wartawan Tabloid Nova (1986- 1989) Peneliti Litbang Kompas (1990-2002) Penulis buku travel (2010-sekarang)

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Bukchon Hanok Village, Desa Tradisional di Tengah Kota Modern Seoul

23 Mei 2015   14:04 Diperbarui: 24 Desember 2015   21:20 2127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bukchon merupakan daerah bergaya rumah  tradisional yang harus dikunjungi ketika anda berwisata ke  Seoul , Korea Selatan.  Untuk traveling yang suka heritage pasti suka dengan suasana perkampungannya.  Bukchon Hanok Village adalah kawasan kampung  rumah tradisional Korea yang terletak di area Bukchon.  Desa tradisional yang memiliki banyak gang sempit dan rumah tradisional Korea,  ini sengaja dijaga kelestariannya untuk mempertahankan suasana perkotaan pada masa dinasti Joseon.

[caption id="attachment_419559" align="aligncenter" width="540" caption="kawasan Bukchon Hanok Village, bnayak turis berselfie ria di jalanan"][/caption]

Kawasan Buckhon, dulunya memang merupakan kawasan tempat tinggal para bangsawan dan pejabat kelas dari dinasti Joseon. Oleh karena itu rumah-rumah tradisional di desa ini juga merupakan rumah  yang bagus  dan elite pada zamannya. Saat ini, Bukchon Hanok Village digunakan sebagai pusat kebudayaan tradisional Korea dan juga kulinernya, di mana pengunjung bisa memiliki sedikit gambaran seperti apa kebudayaan pada masa dinasti Joseon.

[caption id="attachment_419563" align="aligncenter" width="540" caption="bentuk rumah tradisional"]

14323642381067140677
14323642381067140677
[/caption]

Desa ini memiliki jalan yang sempit, berliku-liku dan menanjak, yang diapit oleh bangunan-bangunan tradisional  (hanoks) yang memberi atmosfer  khas rumah asli Korea. Oleh karenanya, menelusuri jalan-jalan ini saja bisa menjadi pengalaman yang unik dan menyenangkan. Bukchon Hanok Village juga sering digunakan sebagai lokasi syuting film drama seri  Korea. Kawasan ini direnovasi tahun 1930 dan sampai sekarang tetap terpeliharan dengan bagus menjadi menjadi situs budaya.

[caption id="attachment_419564" align="aligncenter" width="540" caption="bentuk atap rumahnya hampir sama"]

14323643131102395222
14323643131102395222
[/caption]

Sangat menarik untuk melihat, perkampungan jaman dahulu kala yang  masih tertata rapih, bahkan mebel-mebel kayunya tetap terpelihara. Serasa tidak berada di kota metropolitan Seoul, sewaktu di kawasan ini. Tapi serasa seperti berada di pedesaan zaman dahulu. Bagi yang suka narsis, tempat ini bagus juga untuk background foto-foto dengan memakai baju tradisonal model hanbok Korea.

[caption id="attachment_419566" align="aligncenter" width="540" caption="bentuk depan rumah utama"]

1432364370950604481
1432364370950604481
[/caption]

Di sini masih ada banyak rumah-rumah tradisional Korea salah satunya ada yang terbuka untuk umum. Saya mencoba masuk salah satu rumah untuk turis ternyata semua bahan lantai dan dinding rumah terbuat dari kayu. Sebelum masuk rumah harus melepas sepatu dulu. Hiasan dekorasi nya berupa hiasan juga terbuat dari kayu semua.

 

Serasa berada di dalam  drama film Korea, rumah-rumah tradisionalnya terawat dengan baik. Pemandangan yang cukup indah di sekeliling sekitar jalan sempit , karena lokasinya di ketinggian daerah Kota Seoul. Dari atas bisa melihat gedung-gedung tinggi Kota Seoul. Rumah perdana menteri yang dekat kawasan elite ini juga kelihatan.

 

Salah satu hal yang ingin saya dapatkan di Korea Selatan adalah merasakan langsung kehidupan sehari-hari warga yang masih tinggal di perkampungan dengan rumah-rumah khas nya.  Bukchon menyediakan one-stop experience untuk budaya Korea. Lokasinya dekat Gyeongbokgung Palace,  istana raja Korea hanya sekitar 20 menit  berjalan kaki ke desa tersebut.

[caption id="attachment_419568" align="aligncenter" width="448" caption="hiasan dekorasi dari kayu"]

14323644491343247203
14323644491343247203
[/caption]

Tempatnya agak sulit ditemukan, tapi akhirnya bertemu setelah anak saya menanyakan lokasinya kepada seorang polisi. Kebetulan saya akan bertemu dengan teman asal Korea bernama Eunju yang mengajak makan di lokasi ini jadi sekalian Eunju bisa  memberikan  penjelasan tentang lokasi foto terbaik di kampung ini.

[caption id="attachment_419570" align="aligncenter" width="448" caption="makan bersama Eunju di restoran hand made menu bulgogi"]

1432364506906576241
1432364506906576241
[/caption]

Yang membuat heran  di tengah-tengah sebuah metropolis modern masih bisa terpeliharan rumah-rumah tradisional seperti ini.  Bersih, tenang dan jarang menemui penduduk atau pemilik rumah yang sedang ngobrol di depan rumahnya. Yang ramai adalah  turis berjalan dan berfoto selfie  di sekitar gang-gang sempit  Bukchon . Turis lokal Korea juga banyak yang datang di lokasi ini untuk berfoto selfie dengan tongkat eksis karena saya datang pas hari libur Minggu.

[caption id="attachment_419572" align="aligncenter" width="448" caption="menu makanan ala korea selalu ada kimchi sejenis asinan sayur"]

1432364586757144644
1432364586757144644
[/caption]

Rumah  tua dan elegan keliharan bersih rapi dan semua pintu memakai kunci elektronik PIN dengan nomor rahasia pemiliknya . Ini ciri khas Korea, buka pintu rumah pakai PIN nomer khusus. Hanya hampir semua rumah di kawasan ini tidak memiliki halaman taman. Mungkin karena harga tanah di Seoul dua kali lipat Jakarta sehingga semua tanah dijadikan bangunan.

 

Di sini juga ada bengkel untuk wisatawan mempelajari membuat kerajinan tangan tradisional  Korea. Banyak suvenir buatan tangan yang dijual mulai kipas, tas, dan makanan asli Korea seperti Bugolgi yang berupa masakan rumahan.

[caption id="attachment_419573" align="aligncenter" width="540" caption="dinding tembok rumah nya khas korea"]

14323646521540890615
14323646521540890615
[/caption]

Bukchon terletak tidak jauh dari stasiun kereta  Anguk. Ada semacam pusat informasi turis di dekat tempat masuk. Kita bisa mengambil peta Bukchon yang menunjukkan dengan jelas tempat-tempat  yang bisa dilalui dengan berjalan kaki. Jika ingin sekedar jalan-jalan dan foto-foto, tidak ada biaya yang dikenakan. Namun untuk menginap dan merasakan semua aktivitas warga Bukchon, biaya yang harus dikeluarkan adalah sekitar 50.000 won per malam (sekitar 600.000 rupiah), sudah termasuk sarapan pagi khas Korea dan pengalaman kultural khas penduduk desa. Makanan ala Korea selalu disuguhkan dengan kimchi yaitu sayuran  sawi atau  lobak, yang diasinkan terlebih dahulu. (Asita DK Suryanto)

 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun