[caption id="attachment_417642" align="aligncenter" width="512" caption="foto: pagar dihiasi ikan"][/caption]
Jika Anda pecinta seni, datanglah ke Gamcheon Culture Village bila sedang traveling ke Busan, Korea Selatan. Desa budaya seni ini dihias tembok aneka lukisan dan pernik-pernik hiasan. Tidak hanya terdiri dari ratusan rumah penduduk asli yang dicat berwarna-warni, namun di desa ini juga terdapat banyak sekali rumah seni berupa museum atau tempat membuat hasil karya. Saya  kagum dengan tata lokasinya yang apik, serta komitmen penjaga desa untuk membuat serta merawat Gamcheon Culture Village.
[caption id="attachment_417636" align="aligncenter" width="512" caption="foto: tembok dengan hiasan gambar ikan raksasa warna warni"]
Tempat ini tidak dipungut biaya masuk, hanya jika ingin lebih jelas kita dapat membeli peta petunjuk jalan untuk menyusuri gang-gang sempit  dengan harga 2000 won atau 25 ribu rupiah. Spot foto yang wajib menurut saya adalah di pintu masuk serta di atap rumah penduduk yang sengaja untuk titik point foto di Gamcheon Culture Village. Di sini Anda akan bisa mengambil gambar foto keseluruhan desa dengan rumah warna-warninya.
Sediakan waktu sekitar  dua jam di tempat ini. Jangan lupa untuk membeli peta di pusat informasi atau toko-toko di dalam desa, dan kumpulkan cap desa yang berjumlah 9. Ikuti rute stamp yang ada di peta. Anda akan menikmati berkeliling dari satu tempat ke tempat lain yang ada di Gamcheon Culture Village.
[caption id="attachment_417637" align="aligncenter" width="512" caption="foto: lukisan manusia banyak juga menghias dinding"]
Perhatikan juga tempelan-tempelan seperti ikan di tembok-tembok rumah, yang menujukkan arah ke mana kita harus berjalan. Karena Busan kota pelabuhan dan pusat penghasil ikan tidak heran apabila hiasan mural di dinding rumah penduduk kebanyakan berbentuk ikan.
Hampir setiap rumah yang dicat berwarna-warni, termasuk di tembok dan atapnya. Pengunjung dapat menikmati keindahan pemukiman ini melewati jalur yang sudah diatur. Termasuk di antaranya rumah-rumah yang difungsikan sebagai kafe, kedai dan toko souvenir penjual pernak-pernik sekaligus pusat pembuatan kerajinan tangan khas Korea Selatan.
Lokasinya cukup dekat dengan pusat Kota Busan. Pemandangan di setiap sudutnya layak untuk diabadikan kamera. Ada beberapa penjual makanan di desa ini terutama penjual makanan gurita goreng atau bakar. Persiapkan tenaga Anda untuk menaiki dan menuruni tangga yang curam dan melewari gang-gang sempit di antara rumah-rumah penduduk untuk mengetahui secara detail lukisan-lukisan yang ada di tembok dan benda seni yang dijual di antara rumah penduduk yang rata-rata kecil dan tanpa memiliki halaman.
[caption id="attachment_417638" align="aligncenter" width="512" caption="foto: titik point untuk mengambil foto di pintu masuk"]
Desa Gamcheon layak dikunjungi apabila Anda berjiwa seni dan petualang. Karena memiliki suasana yang berbeda. Tapi jangan berharap ada rumah penduduk asli model kuno dan wanita atau laki-laki memakai baju asli Korea model hanbok di sini. Sebutan kampung seni untuk kota kecil di perbukitan Busan ini lebih mengarah pada seni lukis dan instalasi modern, seni pop.
Ada tembok cinta dengan banyak gembok cinta yang dipasang di sini. Di sebelahnya ada pagar dan menjadi tempat berfoto yang digemari wisatawan, seperti sudut-sudut lain yang penuh mural dan seni instalasi. Ada patung perempuan dan anjing untuk spot foto khusus di sini. Dari seni bisa juga dilihat rumah penduduk yang berwarna biru merah kuning hijau.
[caption id="attachment_417639" align="aligncenter" width="512" caption="foto:Desa Gamcheon dengan atap warna warni"]
Suvenir oleh-oleh kerajinan kertas dalam bentuk miniatur pernak-pernik sepatu kertas, kipas, gantungan kunci dan penutup ponsel dengan warna-warni cerah meriah hasil lukisan tangan. Di peta yang kita beli ada beberapa tempat tersedia stempel yang bisa kita pakai untuk membawa kenang-kenangan stempel bergambar kampung seni tersebut.
[caption id="attachment_417641" align="aligncenter" width="512" caption="foto: titik point foto disediakan patung anak dan anjing sambil melihat pemandangan"]
Desa di lereng bukit itu didirikan oleh para pengungsi saat perang saudara melanda Semenanjung Korea pada 1950-1953. Sampai 2009 lalu Gamcheon masih merupakan kampung kumuh dan tertinggal. Pemerintah Busan mengundang seniman untuk mengubah desa itu, dan pada tahun 2011 desa yang kini dihuni sekitar 3.000 orang itu telah menjadi salah satu tujuan wisata favorit di Busan. Gamcheon kini dikenal dengan berbagai nama, seperti Santorini dari Korea, Machu Piccu dari Korea. (Asita DK Suryanto)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H