Mohon tunggu...
Asiq fajar nur azmi
Asiq fajar nur azmi Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Mengapa Banyak Lulusan Perguruan Tinggi Sulit Mendapat Kerja?

30 November 2024   14:30 Diperbarui: 30 November 2024   12:53 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Demak-Lulus dari perguruan tinggi menjadi pencapaian penting bagi setiap mahasiswa. Namun, muncul sebuah persoalan yang banyak dikhawatirkan yakni mendapatkan pekerjaan. Faktanya, banyak lulusan yang sulit dapat kerja, mengapa?

     Data Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan jumlah pengangguran terbuka di Indonesia mencapai 8,43 juta jiwa pada Agustus 2022. Sebanyak 7,99% atau sekitar 673,49 ribu penganggur berasal dari lulusan universitas.

Kesulitan yang dirasakan lulusan untuk mencari kerja tidak hanya dirasakan di Indonesia saja, melainkan secara global.

Melansir NBC, kesulitan mendapat pekerjaan paling dirasakan oleh angkatan 2020. Mereka berjuang melalui COVID-19 untuk memulai karier dan berlanjut pada angkatan 2021.

Sebuah survei baru terhadap 1.000 lulusan perguruan tinggi AS oleh situs ketenagakerjaan menunjukkan sekitar 45% lulusan tahun 2020 masih mencari pekerjaan.

Analisis data tenaga kerja federal oleh Pew Research Center juga menemukan sekitar 31% lulusan masih menganggur.

 Images/iStockphoto/fizkes/Ilustrasi sulitnya mencari kerja

Jakarta - Lulus dari perguruan tinggi menjadi pencapaian penting bagi setiap mahasiswa. Namun, muncul sebuah persoalan yang banyak dikhawatirkan yakni mendapatkan pekerjaan. Faktanya, banyak lulusan yang sulit dapat kerja, mengapa?

     Data Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan jumlah pengangguran terbuka di Indonesia mencapai 8,43 juta jiwa pada Agustus 2022. Sebanyak 7,99% atau sekitar 673,49 ribu penganggur berasal dari lulusan universitas.

Kesulitan yang dirasakan lulusan untuk mencari kerja tidak hanya dirasakan di Indonesia saja, melainkan secara global.

Melansir NBC, kesulitan mendapat pekerjaan paling dirasakan oleh angkatan 2020. Mereka berjuang melalui COVID-19 untuk memulai karier dan berlanjut pada angkatan 2021.

Sebuah survei baru terhadap 1.000 lulusan perguruan tinggi AS oleh situs ketenagakerjaan menunjukkan sekitar 45% lulusan tahun 2020 masih mencari pekerjaan.

Analisis data tenaga kerja federal oleh Pew Research Center juga menemukan sekitar 31% lulusan masih menganggur.

Alasan Banyak Lulusan Kesulitan Mendapat Pekerjaan

Para ahli mengatakan banyaknya lulusan perguruan tinggi yang sulit mencari pekerjaan, sebagian berkaitan dengan keterputusan lokasi, derajat, dan persaingan.

1. Pengalaman dan Keterampilan Kerja yang Dibutuhkan Tidak Cocok

     Menurut Jay Denton, kepala analis di ThinkWhy yang berbasis di Dallas, pencipta LaborIQ, beberapa juga berkaitan dengan ketidakcocokan pengalaman atau jurusan kuliah dengan keterampilan kerja.

"Saat ini ada sekitar 9,2 juta pekerjaan terbuka di negara ini dan sayangnya ada ketidakcocokan. Beberapa keterampilan adalah ketidakcocokan pengalaman," katanya.

Mereka (perusahaan) mulai dengan orang-orang dengan lebih banyak pengalaman yang telah melakukan hal semacam itu," imbuh Denton.

Dia mengatakan jalur karier tertentu berkembang pesat dalam mempekerjakan lulusan selama pandemi seperti perawatan kesehatan, teknologi, firma hukum, dan keuangan.

"Ini adalah beberapa tempat yang memiliki tingkat pengangguran di bawah 3%. Jadi bagi mereka untuk mendapatkan karyawan baru seringkali harus pergi dengan seseorang yang baru lulus sekolah, mungkin dengan tidak banyak pengalaman tetapi mereka telah mencapai beberapa keterampilan selama studi mereka yang akan membantu mereka mulai bekerja. Tetapi bagi mereka yang tidak memiliki gelar seperti itu, mencari pekerjaan setelah lulus sekolah bisa jadi sulit," jelas Denton.

2. Sistem Perekrutan

Proses melamar kerja pada era saat ini memang lebih mudah karena semua bisa dilakukan hanya dengan duduk dan tinggal menunggu undangan wawancara.

Namun untuk memahami lebih jauh, perekrut setiap hari menerima ratusan pelamar dengan resume yang sangat beragam. Mereka harus melihat dengan cepat dan bukan tak mungkin banyak lamaran yang dilewatkan.

Selain proses seleksi lamaran, banyak perusahaan juga berusaha untuk mempekerjakan individu yang berpengalaman di bidangnya. Pada saat yang sama, mereka menghindari pekerja yang lebih tua yang berarti mereka mencoba menarik diri dari kelompok populasi terkecil.

3. Penyesalan Terhadap Jurusan

Para peneliti telah mengungkap beberapa alasan lulusan perguruan tinggi kesulitan mencari pekerjaan.

Mereka menemukan bahwa beberapa siswa setelah lulus tidak tertarik atau menyesal dengan jurusan mereka. Lulusan seringkali hanya mempertimbangkan gaji yang besar dan peluang karier yang luas, padahal itu tidak cocok dengan keterampilannya.

4. Persaingan Kerja di Tingkat Pemula

Pekerjaan tingkat pemula saat ini bukan untuk orang yang baru saja memasuki dunia kerja. Melainkan untuk orang-orang yang sudah memiliki pengalaman terlebih dahulu sejak di bangku kuliah.

    Alan Seals, seorang profesor ekonomi di Universitas Auburn, AS mengatakan, anak tangga paling bawah di tangga pekerjaan, menentukan langkah untuk karier mereka.

"Waktu terpenting dalam karier Anda adalah tiga tahun pertama. Kualitas perusahaan pertama Anda sangat penting," katanya dikutip dari laman BBC.

Menurutnya, pekerja membutuhkan sesuatu yang lebih dari sekadar motivasi atau gelar sarjana untuk memasuki dunia kerja sekarang.

    Pekerja membutuhkan banyak magang, atau koneksi untuk menyiasati proses aplikasi lamaran yang rumit. Sayangnya, tidak semua orang memiliki akses ke keuntungan tersebut dan akibatnya para pekerja pemula banyak yang tertinggal.

    Pasar magang yang terus berkembang pesat juga berarti semakin banyak anak muda yang menyempurnakan resume mereka bahkan sebelum mereka meninggalkan universitas.

Seals mencatat ada banyak siswa sekarang mendapatkan magang pertama mereka setelah tahun pertama kuliah.

"Magang sekarang adalah level awal. Sebagian besar mahasiswa di perguruan tinggi melakukan atau mencoba melakukan magang, dan sekarang semakin umum untuk melakukan lebih dari satu," ungkapnya.

    Scott Dettman, CEO Avenica, mengatakan, selain magang, pekerja di tingkat awal lebih sulit karena alat dan teknologi yang diperkenalkan untuk melakukan pekerjaan yang sama.

"Banyak hal yang diklasifikasikan sebagai level pemula 30 tahun lalu telah hilang karena otomatisasi," ucapnya.

Pekerjaan yang tadinya bisa dilakukan ke sekelompok karyawan awal, sekarang dapat dilakukan oleh satu orang, dalam waktu singkat.

"Ini peningkatan pengoptimalan yang sangat besar. Kami dapat melakukan lebih banyak hal dengan lebih sedikit," kata Dettman.

Semua alasan ini menambah pasar kerja tingkat pemula terlihat sulit. Ketidakmampuan untuk mendapatkan peran yang kuat dalam bidang yang diinginkan pekerja setelah lulus kuliah dapat memengaruhi karier mereka secara besar-besaran, untuk waktu yang lama.

"Data dan statistik pasti membuktikannya; 43% lulusan perguruan tinggi tidak memiliki pekerjaan setingkat perguruan tinggi pada pekerjaan pertama mereka setelah lulus sekolah," kata Dettman.

"Studi yang sama menunjukkan bahwa sekitar dua pertiga dari orang-orang itu setengah menganggur selama lima tahun ke depan," tuturnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun