Mohon tunggu...
Asip Suryadi
Asip Suryadi Mohon Tunggu... Guru - Widyaiswara

Saya seorang widyiaswara, spesialisasi metodologi dan penilaian pembelajaran. Kajian penelitian di bidang online learning. Senang menulis, membaca dan bercocok tanam. Saya menikah dan memiliki 5 orang anak. Mengelola beberapa media sosial, diantaranya Edunesiania YouTobe, Edunesia Blogspot dan, @asipsuryadi. Dapat dihubungi di WA 081288192490 dan email asip_sayurradi@yahoo.co.id.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Anak-anak Selalu Benar Kecuali Contohnya Salah

28 Januari 2024   18:22 Diperbarui: 28 Januari 2024   18:54 278
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Orang Indonesia yang biasanya membuang puntung rokok sembarangan tidak akan berani, karena akan terkena sanksi. Aparat Singapura pernah menjatuhkan denda sebesar S$19.800 (Rp. 232.541.651,63) kepada seorang perokok karena membuang puntung rokok dari jendela apartemennya. Kalau orang Indonesia yang biasa membuang puntung rokok sembarangan tinggal di Singapura selama 3-6 bulan maka wataknya akan terbentuk. Mungkin dia akan menjadi pelopor bagi teman-temannya Ketika pulang ke bumi pertiwi.

Mari kita lihat contoh sukses lainnya. Saya ingat sebuah reality show di Channel 4, sebuah siaran TV di Inggris pada tahun 2004 sampai 2008 yang bertajuk Supernanny. Reality show ini pernah ditayangkan di salah satu TV swasta nasional kita. Dalam serial ini Jo Frost, membantu keluarga yang berperilaku abnormal. Misalnya dalam keluarga tersebut anak-anak berperilaku kasar. 

Jo Frost membantu keluarga tersebut sampai berhasil merehabilitasi keluarga tersebut. Jo Frost telah berhasil menolong puluhan mungkin ratusan keluarga. Kita masih bisa melihat serial tersebut di YouTube dengan kata kunci supernanny. Reality show ini memberi contoh pada kita bahwa perilaku anak-anak dapat dibentuk dan direhabilitasi. Jadi tidak benar kalau ada anak yang berperilaku buruk maka kita mengatakan "Sudahlah, itu memang wataknya".

Contoh yang lebih ekstrim, ada sebuah serial televisi dengan tajuk Dog Whisperer with Cesar Millan. Cesar menerima konsultasi dan terapi rehabilitasi perilaku anjing yang tidak diinginkan. Dengan bimbingan Cesar memiliki anjing dapat merehabilitasi anjingnya dalam waktu beberapa bulan secara beragam. Kalau Anda ingin melihatnya, reality show tersebut masih bisa ditonton di YouTube dengan kata kunci Cesar Millan. Dengan contoh ini kita dapat mengatakan "Watak anjing saja bisa dibentuk, apalagi manusia".

Pembentukan watak dan perilaku tentu lebih mudah di usia anak-anak. Pembentukan atau rehabilitasi watak dan perilaku pada orang yang sudah dewasa membutuhkan upaya keras dan harus ada kehendak/niat yang kuat pada dari dirinya. Kalau tidak, maka tipis harapan untuk membentuk atau merehabilitasinya. Kehendak dan niat berubah pada orang dewasa kadang-kadang harus menunggu hidayah Allah Subhanahu Wa Ta'ala.

Seperti yang sudah kita bahas di artikel sebelumnya, pembentukan watak dan perilaku lebih penting dari pengetahuan dan keterampilan. Tidak ada alasan bagi keluarga dan satuan pendidikan di semua tingkatan untuk mengabaikan pekerjaan ini. Dengan demikian saya mengajak kepada setiap keluarga untuk dengan sengaja membangun lingkungan keluarga yang memiliki komitmen untuk membentuk watak dan perilaku akhlakul karimah. 

Demikian juga untuk satuan pendidikan, mari kita merumuskan visi pendidikan yang mengarusutamakan pembentukan watak dan perilaku akhlakul karimah. Selanjutnya keluarga dan satuan pendidikan bersinergi dengan tujuan yang sama.

Mari kita meningkatkan keyakinan bahwa kita bisa melakukannya dengan komitmen dan keteladanan (contoh). Semua perilaku anak-anak adalah cerminan dari perilaku keluarga dan lingkungan sekitarnya. Jangan harap anak-anak kita disiplin apabila lingkungan di sekitarnya tidak memperlihatkan perilakun disiplin. Jangan salahkan anak-anak keranjingan HP, karena dia hanya mencontoh anggota keluarga dan lingkungan di sekitarnya. Jadi watak dan perilaku mereka akan berkembang sesuai dengan contoh yang mereka lihat. Anak-anak kita akan selalu memiliki watak dan perilaku yang baik, kecuali contohnya yang salah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun