Mohon tunggu...
Asip Suryadi
Asip Suryadi Mohon Tunggu... Guru - Widyaiswara

Saya seorang widyiaswara, spesialisasi metodologi dan penilaian pembelajaran. Kajian penelitian di bidang online learning. Senang menulis, membaca dan bercocok tanam. Saya menikah dan memiliki 5 orang anak. Mengelola beberapa media sosial, diantaranya Edunesiania YouTobe, Edunesia Blogspot dan, @asipsuryadi. Dapat dihubungi di WA 081288192490 dan email asip_sayurradi@yahoo.co.id.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Ranah Hasil Belajar Dominan dalam CP

23 November 2023   12:49 Diperbarui: 23 November 2023   13:15 254
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam Kurikulum Merdeka hasil belajar dirumuskan dalam Capaian Pembelajaran (CP). Dalam Kurikulum 2006 dan Kurkulum 2013 hasil belajar dirumuskan dalam ranah terpisah yaitu Kompetensi Dasar (KD) kognitif, afektif dan psikomotor. Sedangkan dalam rumusan CP Kurikulum Merdeka tidak disebutkan dengan jelas tapi yang dituliskan hanya ranah dominanya. Namun demikian kita harus memaknai bahwa hasil belajar harus memenuhi tiga ranah kognitif-afektif-psikomotor secara terintegrasi.

Ranah hasil belajar kognitif-afektif-psikomotor merupakan kompetensi terpadu yang tidak terpisahkan dan memiliki arsiran antara ketiganya. Apabila digambarkan dalam skema akan terbentuk diagram-pen.

Ketiga domain tidak merupakan hirarki tapi memiliki hubungan horizontal yang saling melengkapi. Misalnya kemampuan menendang bola merupakan akumulasi dari kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor. Kemampuan kognitifnya adalah pengetahuan mengenai prosedur dan teknik penendang bola, kemampuan psikomotirknya adalah keterampilan fisik gerakan menendang bola, dan kemampuan afektifnya adalah ketelitian.

Meskipun begitu komposisi ketiga ranah dalam sebuah kompetensi relatif keberadaannya. Misalnya, dengan kemampuan menendang bola yang kualitasnya sama, dua orang pesepak bola bisa jadi memiliki kemampuan ranah kognitif yang berbeda. Bahkan dengan kemampuan mendang bola yang sama seorang pesepak bola bisa saja tidak memiliki ranah kognitif sama sekali. Dia tidak mengetahui/memahami cara menendang bola secata teoretis, namun bisa melakukannya secara reflek dengan baik. Seperti halnya belajar naik sepeda, seorang anak tidak harus mengetahui dan memahami terlebih dahulu caranya, langsung saja berlatih, dan langsung bisa. Dalam hal ini berarti ranah dominan dari kompetensi ini adalah keterampilan.

Terdapat kompetensi yang dominannya kognitif. Misalnya dalam matematika: pesreta didik dapat melakukan operasi hitung pembagian. Kompetensi tersebut dominan pada kemampuan berpikir logikal dalam otak. Dapat ditemukan seorang anak tidak melakukan operasi hitung dengan cara menulisnya dalam kertas tapi dia melakukannya operasi hitung dalam pikirannya dan dapat menemukan hasil sebuah pembagian.

Ditemukan juga komptensi yang memiliki ranah dominan afektif. Misalnya kemampuan berkomunikasi dengan bahasa asing (dalam topik tertentu). Ranah dominan dari kompetensi tersebut adalah keberanian berbicara. Meskipuns seorang orang anak hafal banyak kosa kata dan paham struktur kalimatnya, namun apabila tidak memiliki keberanian maka tidak akan terjadi proses berdialog menggunakan bahasa asing yang baik.

Dalam CP Kurikulum Merdeka tidak dicantumkan ranah hasil belajar. Namun demikian guru memiliki kemerdekaan dalam menetapkan ranah dominan yang harus diajarkan untuk mencapai CP. Misalnya pada contoh berkomunikasi dalam bahasa asing maka guru harus mengajarkan keberanian secara dominan. Mengajarkan struktur kebahasaan dan kosa kata tentu harus dilakukan tapi lakukan porsi penanaman keberanian lebih banyak.

Keputusan terebut berpengaruh terhadap teknik asesmen. Ketika kita melakukan asesmen hasil belajar "Dapat berkomunikasi dengan bahasa asing (dalam topik tertentu)" maka dalam rubrik penilaian tercantum aspek kosa kata, struktur kebahasaan dan keberanian. Pada rubrik tersebut aspek yang diberi bobot terbesar adalah keberanian.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun