Mohon tunggu...
Asip Suryadi
Asip Suryadi Mohon Tunggu... Guru - Widyaiswara

Saya seorang widyiaswara, spesialisasi metodologi dan penilaian pembelajaran. Kajian penelitian di bidang online learning. Senang menulis, membaca dan bercocok tanam. Saya menikah dan memiliki 5 orang anak. Mengelola beberapa media sosial, diantaranya Edunesiania YouTobe, Edunesia Blogspot dan, @asipsuryadi. Dapat dihubungi di WA 081288192490 dan email asip_sayurradi@yahoo.co.id.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kompetensi Abad 21

18 November 2023   18:55 Diperbarui: 18 November 2023   19:29 188
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Kita berada pada era Revolusi Industri 4.0. Belum selesai paham Revolusi Industri 4.0, datang lagi jargon baru yang lebih keren yaitu Society 5.0. Secara sederhana Revolusi Industri 4.0 ditandai dengan koneksi global, internet of things (IoT), big data, teknologi nirkabel dan Artificial Intelligence (AI). Istilah-istilah yang menggunakan kata asing tapi tidak usah diterjemahkan karena memang sudah sehingga kita harus membiasakannya. Sedangkan Society 5.0 ditandai dengan lahirnya komunitas dunia yang memiliki kesadaran untuk memiliki pertumbuhan ekonomi yang lebih baik namun dibarengi dengan mutu sosial dan lingkungan yang baik dengan memanfaatkan teknologi digital.

Revolusi Industri 4.0 berdampingan dengan Society 5.0. Jadi pengertiannya bukan urutan: revolusi Industri 4.0 dilanjutkan dengan Society 5.9, tapi berjalan bersamaan. Jargon 5.0 memang datang setelah revolusi industri 4.0, namun bukan urutan. Menurut pemahaman penulis, revolusi industri 4.0 bisa tak terkendali, untuk mengantisipasinya pemerintah jepang menggagas Society 5.0 agar revolusi industri 4.0 bermanfaat untuk keselamatan hidup semua spesies yang ada di bumi.

Revolusi Industri 4.0 dan Society 5.0 adalah tatanan hidup baru abad 21. Untuk dapat hidup layak pada tatanan hidup baru tersebut, warga negara dunia membutuhkan kompetensi. Lalu kompetensi apa yang harus dikuasai?

Seluruh dunia sepakat menyebutnya Kompetensi Abad 21 atau The 21st Century Competencies. Menengok dua dekade ke belakang, perubahan tren kompetensi dalam referensi ditemukan beberapa formulasi. Diantaranya rumusan kompetensi yang dirumuskan UNESCO tahun 1996 terdiri dari a) Learning to know, b) Learning to do, c) Learning to live together or learning to live with others, d) Learning to be.  Setelah itu pesatnya perkembangan fungsi ICT dalam kehidupan telah mengubah cara kerja manusia dari manual ke otomasi sehingga fungsi fisik maupun kognitif manusia yang telah tergantikan oleh ICT.

Tahun 2010 Assessment and Teaching of 21st Century Skills (ATCS) merumuskan kompetensi Abad 21 terdiri dari 4 komponen yaitu Ways of thinking (kemampuan berpikir), Ways of working (kemampuan bekerja), Tools for working (memanfaatkan alat-alat untuk bekerja), Living in the World (keterampilan hidup di ekosistem bumi).  Hewlett-Packard Foundation (2010) merumuskan 21st Century Competencies Framework yang terdiri dari Analytic skills, Interpersonal skills, Ability to execute, Information processing, Capacity for change. Dari wakil pemerintah, tahun 2010 Ministry of Education of Singapore memformulasikan Domains and Components of the Emerging 21st Century Competencies yang meliputi Civic literacy, global awareness and cross-cultural skills, Critical and inventive thinking, Information and communication skills (Salas-Pilco, 2013).

The Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) tahun 2019 menerbitkan OECD future of education and skills 2030: OECD learning compass 2030 a Series of Concept Notes. Dalam dokumen tersebut kompetensi dibagi menjadi tiga kelompok besar yaitu cognitive and metacognitive skills (keterampilan kognitif dan metakognitif); social and emotional skills (keterampilan sosial dan emosional); and physical and practical skills (keterampilan fisik dan praktis) (OECD, 2019). 

Selanjutnya tren globalisasi dan kemajuan dalam kecerdasan buatan mengubah tuntutan pasar tenaga kerja dan keterampilan yang dibutuhkan pekerja. Pegawai tidak lagi bergantung kepada kapasitas fisik kemanusiaan mereka namun lebih bergantung kepada kreativitas, tanggung jawab dan kemampuan dalam hal “belajar untuk belajar” sepanjang hidup mereka. Pada aspek kognitif dibutuhkan information skills, communication skills, collaborative skills, critical thinking skills, creativity skills, dan problem solving skills (van Laar et al., 2020). Keterampilan sosial dan emosional, seperti empati, kesadaran diri, rasa hormat terhadap orang lain dan kemampuan untuk berkomunikasi, menjadi penting seiring dengan semakin banyaknya ruang dan tempat kerja beragam secara etnis, budaya, dan bahasa. Selain itu menjadi semakin penting kompetensi ketekunan, kejujuran, tanggung jawab, rasa ingin tahu dan stabilitas emosi. Keterampilan fisik dan praktis tidak hanya terkait dengan tugas manual sehari-hari dalam mengerjakan tugas melainkan juga yang lebih penting adalah menggunakan teknologi digital yang semakin cenderung berbasis AI. Dalam hal ini para pegawai harus memiliki kemampuan untuk mengadopsi, mengadaptasi, menggunakan dan memperbaiki teknologi digital.

Coursera, sebuah Lembaga pelatihan online memformulasikan Employability Skills untuk mengantisipasi skills yang dituntut pada era Revolusi Industri 4.0 dan Society 5.0. Pada formulasi kompetensi yang dibutuhkan warga negara terdiri dari 9 kompetensi yaitu 1). communication, 2). critical thinking, 3). problem solving, 4). time management, 5). ability to work independently, 6). dedication, 7). collaboration, 8). flexibility, dan 9). leadership (Coursera, 2023).

Jacques Bughin dan kawan-kawan dari McKinsey & Company memprediksi bahwa Masyarakat dunia menjelang tahun 2030 harus menguasai keterampilan berliterasi teknologi, sosial, emosional, serta keterampilan kognitif yang lebih tinggi (Bughin et al., 2018). Pada era ini pekerjaan lebih banyak diambil alih oleh mesin, maka keterampilan manual yang bersifat fisik semakin tidak dibutuhkan digantikan dengan kompetensi kognitif, metakognitif dan karakter. Jadi secara umum Kompetensi Abad 21 terdiri dari kemampuan kognitif bersifat transversal (relevan atau dapat diterapkan di banyak bidang); multidimensi (mencakup pengetahuan, keterampilan dan sikap); dan terkait dengan keterampilan berpikir tingkat tinggi yang mewakili kemampuan untuk mentransfer pengetahuan (transferable), mengatasi masalah yang kompleks (problem solving ability) dan beradaptasi dengan situasi yang tidak dapat diprediksi (adaptive ability). Di era ini ukuran profesionalitas tidak diukur dari jumlah dan tingkat pengetahuan melainkan dari produktivitas dan kontribusi.

Perubahan tersebut berimplikasi terhadap dua hal. Pertama menuntut Masyarakat untuk meninjau kembali kompetensi yang sudah dikuasai dan yang belum, sesuai dengan tuntutan baru tersebut. Masyarakat tidak boleh mempertahankan paradigma lama mengenai kemampuan namun harus beradaptasi dengan era baru. Kuncinya adalah belajar seumur hidup. Kedua tentu saja organisasi harus meninjau ulang bagaimana pekerjaan diorganisasikan sesuai dengan perubahan tersebut. Cara bekerja lama tidak lagi memadai untuk menunjang kompetisi dalam hal produktifitas dan efektifitas. Adaptasi diarahkan terhadap peningkatan kinerja organisasi, dan peningkatan kesejahteraan sehingga terjadi peningkatan GDP nasional. Dengan begitu negeri ini tidak akan tertinggal oleh negara lain.

Untuk menopang agar masyarakat dapat beradaptasi dengan kebutuhan tersebut maka menuntut lembaga pendidikan untuk reformulasi kurikulum dan Pembelajaran. Kurikulum harus diproyeksikan untuk membantu masyarakat terhadap tuntutan Abad 21. Pembelajaran harus disajikan untuk memfasilitasi masyarakat berlatih untuk menguasai kompetensi-kompetensi tersebut. Adaptasi harus dilakukan dalam semua bentuk pendidikan, baik formal maupun non formal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun