Kemarin mereka di sini bernyanyi bersama Bunda.
Tertawa dan menangis
Kini mereka pergi
meninggalkan goresan-goresan tangannya di dinding beku,
meninggalkan retakan jendela kaca ulah nakal masa kecilnya
Juga di gagang pintu yang dipatahkannya
Tak ada lagi rengekan-rengekan tertahan
Tak ada lagi rajukan-rajukan memaksa.
Tak ada lagi gema canda tawa di langit-langit
Juga ketika mereka berebutan posisi di samping Bunda
Merapat, memeluk dan mengecup Bunda.
Kini Bunda sendiri bersama senja.
Memandangi foto-foto kalian dalam diam.
Sungguh bukannya Bunda tidak ridho.
Bunda kadang hanya kurang bisa berdamai dengan hati
Maafkan Bunda Sayang,
Tugas Bunda ternyata hanya sesaat
Kini Bunda di akhir waktu
Bersiap menjemput malam
Bunda telah berada di senja hari
Tak lama lagi ajal menjemput
Maafkan Bunda sayang,
Bunda bukannya tak ingin di sisimu selamanya
Berlarilah sayang,
Jemputlah hari kalian.
Jemputlah terangnya mataharimu.
Rabb.... inilah buah hatiku
Mereka bukan lagi putra-putriku
Mereka kini milik zamannya,
Robb..,  Inilah buah hatiku
Kutitipkan dia kepadamu
Telah kubesarkan dia dengan cinta
Dengan pemahaman yang baik
Jagalah dia, Engkaulah sebaik-baiknya penjaga titipan.
Robb.., inilah putra-putriku
Kuserahkan syahidnya di jalanMu
Biarkan dia meniti jalan menujuMu
Bersama cinta Bunda di hatinya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H