Para ilmuan besar Yunani sepakat bahwa tujuan hidup manusia adalah untuk bahagia. Konsep bahagia ini dinamai Eudaimonia. Eudaimonia adalah sebuah kebahagiaan atas pencapaian keinginannya. Dalam perjalanan mencapai Eudaimonia ini, para filsuf memiliki teori mereka masing-masing. Berikut :
Menurut Plato kebahagiaan adalah tercapainya keinginan. Keinginan yang plato kejar adalah hal yang mampu memuaskan kebutuhan unsur jiwa yang terdiri dari lahiriah, batiniyah, dan rohaniah.Â
Kebahagiaan akan tercapai jika manusia mampu mengoptimalkan jiwa nya lewat kesederhanaan, kecukupan, dan kebijaksanaan dalam hidupnya. Seseorang tidak atau belum disebut bahagia jika baru memenuhi salah satu dari ketiga sifat ini.Â
Dapat dikatakan sifat ini berperan sebagai parameter atau indikator dalam melihat kebahagiaan manusia.
Menurut Socrates untuk bahagia, seseorang harus bisa mengenali dirinya sendiri. Sokrates beranggapan jika seorang manusia dapat mengenali dirinya dengan baik, termasuk pada pemenuhan kebutuhan jiwanya, maka manusia tersebuy dapat mengontrol apa yang ia inginkan dalam hidupnya.Â
Cara merefleksikan diri sendiri juga mempu menjadikan manusia kembali pada hakekatnya sebagai mahluk hidup. Refleksi diri akan membawa manusia menjadi manusia yang baik. Menurut Socrates setiap manusia memiliki sebuah keutamaan, yakni Arete.Â
Keutamaan inilah yang hanya dapat membawa manusia menuju atau mencapai tujuan hidupnya. Dengan refleksi diri, manusia akan mendapatkan kesempurnaan jiwanya.
Tujuan dekat adalah tujuan yang dicari demi kepuasan dirinya sendiri, sedangkan tujuan jauh adalah tujuan yang dicari dmei kepuasan diri sendiri dan orang lain dan berlanngsung cukup lama.Â
Menurut Aristoteles, kepuasan yang ada pada dirinya sendiri ialah hidup yang mencari nikmat, hidup praktis atau politis, dan hidup sebagai seorang filsuf, dan hidup kontemplatis.
Descartes memiliki konsep kebahagiaannya tersendiri. Menurut Descartes, manusia harus melakukan hal yang benar untuk berbahagia di hidupnya. Proses pencarian kebenaran ini kental dengan proses berpikir secara rasionalisme dengan metode khas dari Descartes, yakni Clear and Distinc. Dengan menjalani hidup yang benar, seorang manusia akan bahagia. Sayangnya kebenaran hal atas dasar nalar ini tidak akan sama atau tidak memiliki nilai universal, karena kebenaran tiap orang berbeda-beda.
*Tulisan ini diambil dari tugas Mata Kuliah Filsafat Manusia, akan sangat mungkin bila terdapat kesalahan penafsiran. silahkan perdalam kemampuan berfilsafat anda lewat buku-buku dan diskusi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H