‘’Selama di luar kota, aku selalu mengingatmu. Jadi begini...’’ ia meletakkan sisirnya dan mendekat ke arahku.
‘’Aku mau kamu bekerja, apapun,terserah kamu kalau mau buka toko atau bekerja di perusahaanku !’’ seru nya semangat.
Aku melihatnya sayu sambil kebingungan. Ini adalah jenis percakapan yang lumayan membosankan.
‘’Baiklah’’, kataku, ia terlihat berpikir keras sejenak, aku pun meletakkan smartphone yang sedari tadi aku mainkan.
‘’Bagaimana kalau kamu membuka toko sesuai hobi kamu ? coffe shop ? atau toko apa saja ! aku punya beberapa bawahan yang pemikirannya unik, nanti kamu konsultasi saja kamu  maunya nuansa yang gimana !’’ ia menatap mataku penuh harap, menunggu jawaban yang akan keluar dari bibirku.
‘’Kau ini ketinggian !’’ aku memalingkan wajahku dari dirinya. Lalu menyelimuti diriku sendiri. Aku sedikit mengantuk, di luar hujan.
‘’Tapi kamu harus bekerja !’’ ucapan istriku sedikit tegas.
Aku terbangun. Sadar istriku sedang berbicara serius. Biasanya ia hanya menggumam saja. Tapi kalau nada bicaranya naik sedikit saja, berarti ia sangat serius. Aku pun melihatnya dengan penuh perhatian.
‘’Baiklah, aku mau bikin warung kopi kopi pinggir jalan saja. Seperti yang aku tunjukan padamu minggu kemarin. Seperti tempat favorit ku itu !’’
‘’Ah masa warung kopi kopi yang itu, apa kau mau aku bangunkan cafe-resto saja ?’’ ia merajuk, aku menggeleng tegas.
Kemudian matanya tiba-tiba berbinar-binar.