Mohon tunggu...
Adelia SilmiRambe
Adelia SilmiRambe Mohon Tunggu... Mahasiswa - Ketika sebuah karya selesai ditulis, maka pengarang tak mati. Ia baru saja memperpanjang umurnya lagi. (Helvy Tiana Rosa)

Mahasiswa Sastra Jerman Universitas Padjadjaran.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

[Opini] Layaknya Charlemagne sebagai Bapak Eropa

18 Februari 2022   13:10 Diperbarui: 18 Februari 2022   13:13 803
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Memang layak apabila Charlemagne atau yang juga disebut Charles Agung, dianggap menjadi "The Father of Europe". Penguasa Eropa Barat sejak 768 masehi ini, menurut saya memang memiliki pengaruh yang sangat luar biasa bagi negara-negara di Eropa saat ini. 

Terlepas dari perang memperebutkan daerah kekuasaan, Charlemagne juga memberikan pengaruh besar terutama dalam penyebaran agama kristen dan bidang pendidikan.

Dalam bidang pendidikan dan kebudayaan, pengaruh Charlemagne dapat kita lihat dari keinginannya mendorong Renaisans Karoling (Kebangkitan budaya dan intelektual Eropa). 

Untuk merealisasikan keinginan tersebut, Charlemagne menyediakan beasiswa pendidikan dan budaya, melakukan reformasi ekonomi dan agama, dan dengan keinginan tersebut, dapat lahir huruf cetak eropa modern. 

Ketika mengetahui kepedulian Charlemagne dalam bidang pendidikan dan budaya, hal pertama yang saya sadari adalah bahwasanya negara tidak akan terlepas pengaruh dari sejarah orang dan pemimpin terdahulu di sana. 

Betapa berdampaknya hal tersebut untuk negara-negara suku Jermanik hingga saat ini. Seperti yang terlihat bahwa Belgia, Perancis, Luksemburg, Belanda, dan Jerman saat ini merupakan negara-negara maju dengan sumber daya manusia dan pendidikan yang berkualitias unggul di dunia. 

Sejak dari sejarah, semangat untuk berinovasi dan menuntut ilmu memang telah dibentuk sejak 800 masehi ketika Charlemagne telah menjadi kaisar Romawi kuno.

Selain itu, kegigihan Charlemagne bertempur memerangi Suku Saxon selama tiga dekade untuk menyebar agama Kristen benar-benar perjuangan yang tidak tanggung-tanggung. 

Pembantaian Verden adalah saksi hal tersebut. Keseriusannya memerintahkan 4.500 penyembah berhala untuk memeluk agama Kristen sebelum membantai mereka semua, membuktikan bahwa Charlemagne benar-benar setia memeluk keyakinannya. Mengapa hal ini merupakan hal menarik bagi saya?

Sebab, sejauh yang saya ketahui, selain menuju Yerussalem, banyak orang dari penjuru dunia memilih Eropa Barat, terutama Roma untuk menjadi Negara tujuan menimba ilmu agama Kristen. Hal ini tentunya tidak lepas dari sejarah tersebut. Setelah pembantaian Verden,

Paus Leo III mengangkat Charlemagne sebagai Kaisar Romawi pada 800M di Roma. Roma saat itu merupakan pusat dunia tempat para ahli agama Kristen berkumpul. Masa kita hidup saat ini memang tidak terlepas dari sejarah masa lalu. Charmalegne dan sejarah kepemimpinannya adalah bukti dari hal tersebut.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun