Mohon tunggu...
Asila Rahma
Asila Rahma Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa

Semangat belajarr ngejar sarjana

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Perkembangan Psikososial Erikson pada Anak di Dunia Pendidikan

19 November 2024   22:46 Diperbarui: 20 November 2024   01:55 9
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perkembangan Psikososial Erikson Pada Anak di Dunia Pendidikan

Erik Erikson seorang psikolog Jerman yang terkenal dengan teori tentang delapan tahap perkembangan pada manusia. Sebenarnya Erikson adalah seorang psikolog Freudian, namun teorinya lebih tertuju pada masyarakat dan kebudayaan jika dibandingkan dengan para psikolog Freudian lainnya.

Erikson menjadi terkenal karena upayanya dalam mengembangkan teori tentang tahap perkembangan manusia yang dirintis oleh Freud. Erikson menyatakan bahwa pertumbuhan manusia berjalan sesuai prinsip epigenetik yang menyatakan bahwa kepribadian manusia berjalan menurut delapan tahap. 

Berkembangnya manusia dari satu tahap ke tahap berikutnya ditentukan oleh keberhasilannya atau ketidakberhasilannya dalam menempuh tahap sebelumnya. Pembagian tahap-tahap ini berdasarkan periode tertentu dalam kehidupan manusia: bayi (0-1 tahun), balita (2-3 tahun), pra-sekolah (3-6 tahun), usia sekolah (7-12 tahun), remaja (12-18 tahun), pemuda (usia 20-an), separuh baya (akhir 20-an hingga 50-an), dan manula (usia 50-an dan seterusnya).

Masing-masing tahapan juga memiliki tugas perkembangan sendiri yang bersifat psikososial. Misalnya saja, pada usia bayi tujuan psikososialnya adalah menumbuhkan harapan dan kepercayaan. Kemudian bila tujuan ini tak tercapai, maka bayi itu akan lebih didominasi sifat penakut.

Teori tahapan perkembangan psikososial Erikson menarik minat dan penelitian tentang perkembangan manusia sepanjang rentang hidup. Sebagai seorang psikolog ego yang belajar dengan Anna Freud, Erikson memperluas teori psikoanalitik dengan mengeksplorasi perkembangan sepanjang hidup, termasuk peristiwa masa kanak-kanak, dewasa, dan usia tua.

Lalu, sejauh mana kemudian teori Psikososial Erikson ini memberikan pengaruh pada Anak di Dunia Pendidikan, Simak ulasannya di bawah ini !

Teori perkembangan psikososial yang dikemukakan oleh Erik Erikson merupakan salah satu pendekatan penting dalam memahami perkembangan anak. Erikson mengidentifikasi delapan tahap perkembangan yang harus dilalui individu sepanjang hidupnya, di mana setiap tahap melibatkan konflik psikososial yang harus diselesaikan. Dalam konteks pendidikan, pemahaman tentang teori ini sangat penting untuk mendukung perkembangan anak secara optimal.Tahapan Perkembangan Psikososial

Kepercayaan vs. Ketidakpercayaan (0-1 tahun): Pada tahap ini, anak belajar untuk mempercayai orang-orang di sekitarnya, terutama pengasuh. Keberhasilan dalam tahap ini akan membentuk dasar kepercayaan yang kuat, yang penting untuk interaksi sosial di masa depan.

Otonomi vs. Ragu-ragu (1-3 tahun): Anak mulai mengeksplorasi lingkungan dan mengembangkan rasa kemandirian. Dalam pendidikan, penting bagi guru dan orang tua untuk memberikan kesempatan bagi anak untuk mengambil keputusan dan belajar dari pengalaman mereka.

Inisiatif vs. Rasa Bersalah (3-6 tahun): Pada tahap ini, anak mulai menunjukkan inisiatif dalam kegiatan bermain dan belajar. Dukungan dari orang dewasa sangat penting untuk membantu anak merasa berani mengambil inisiatif tanpa merasa bersalah.

Industri vs. Inferioritas (6-12 tahun): Anak mulai bersekolah dan terlibat dalam aktivitas sosial yang lebih luas. Mereka belajar untuk bekerja sama dan berkompetisi. Di sini, penting bagi pendidik untuk memberikan umpan balik positif agar anak merasa kompeten dan berharga.

Implikasi Teori Erikson dalam PendidikanTeori Erikson memiliki banyak implikasi bagi dunia pendidikan, terutama dalam menciptakan lingkungan belajar yang mendukung perkembangan psikososial anak. Berikut adalah beberapa cara penerapan teori ini dalam konteks pendidikan:

Menciptakan Lingkungan yang Mendukung: Sekolah harus menciptakan lingkungan yang aman dan mendukung, di mana anak merasa dihargai dan diterima. Hal ini penting untuk membangun kepercayaan diri dan rasa percaya anak.

Memberikan Kesempatan untuk Berinisiatif: Guru dapat merancang kegiatan yang memungkinkan anak untuk mengambil inisiatif. Misalnya, proyek kelompok di mana anak-anak dapat memilih topik dan cara penyampaian mereka sendiri.

Mendorong Kerja Sama: Dalam tahap industri, penting untuk mengajarkan anak tentang kerja sama dan kolaborasi. Kegiatan kelompok dapat membantu anak belajar bagaimana bekerja dengan orang lain dan menghargai kontribusi masing-masing.

Memberikan Umpan Balik Positif: Umpan balik yang konstruktif sangat penting untuk membantu anak memahami kekuatan dan kelemahan mereka. Ini akan membantu mereka merasa lebih percaya diri dan termotivasi untuk belajar.

KesimpulanTeori perkembangan psikososial Erikson memberikan kerangka kerja yang berharga untuk memahami bagaimana anak berkembang dalam konteks sosial dan pendidikan. Dengan memahami tahapan perkembangan ini, pendidik dapat lebih efektif dalam mendukung anak-anak dalam perjalanan mereka menuju kemandirian dan kepercayaan diri. 

Dengan menciptakan lingkungan yang mendukung, memberikan kesempatan untuk berinisiatif, dan mendorong kerja sama, kita dapat membantu anak-anak mencapai potensi penuh mereka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun