Tulisan spontan ini terlahir semata-mata karena saya cinta Indonesia banget. Lahir batin. Ketika Timnas Indonesia U-20 ketinggalan 1-2 dari Timnas Vietnam, hati saya benar-benar hampir hancur. Untunglah di sepanjang pertandingan, sitri saya mendampingi dan terus memberikan peringatan agar saya tidak terlalu larut dalam baper.
Siapa kita? Indonesia! Siapa kita? Indonesia!
Berkali-kali reporter Indosiar menyerukan pertanyaan, Â "Siapa kita?" Dijawab semangat oleh komentator Bung Kusnaeni, "Indonesia!" Adalah seruan heroik yang (walau tidak didengar tentunya oleh para pemain) menggelorakan harapan bangkitnya anak-anak Timnas Indonesia untuk tetap semangat berjuang meraih kemenangan.
Bayangkan, setelah gol Marcelino Ferdinan, tiba-tiba kita dikejutkan oleh gol penyama kedudukan yang justru adalah gol bunuh diri pemain belakang Indonesia. Kedudukan menjadi 1 -- 1!Â
Beberapa menit kemudian berubah lagi menjadi 1-2 akibat kelengahan pemain belakang yang tampak kedodoran. Ini menyakitkan.
Bagi saya pribadi, dari peristiwa bobolnya gawang Indonesia kedua kalinya dari Vietnam bukan karena golnya, akan tetapi bagaimana pemain, pelatih dan official Vietnam menari-nari di lapangan.Â
Bukankah itu pelecehan? Berani-beraninya mereka menari-nari di negeri kesebalasan lawannya, di indonesia! Dengan meminjam gumam menggeram dari Sang Maestro Rhoma Irama, dari mulut saya langsung keluar, "Terlalu ...!"
Untunglah Shin Tae Yong mampu membaca kelemahan yang harus segera ditutupi. Beberapa pemain diganti, dan masuk pemain pengganti yang mampu mengubah keadaan. Kedudukan berubah dengan cepat: 2 -- 2, kemudian 3 -- 2! Indonesia menang.Â
Meski saya lupa siapa para pencetak gol balasan Indonesia, saya mengucapkan terima kasih tiada terhingga kepada mereka. Betapa dua orang yang membuat gol balasan dan gol kemenangan ini telah berjasa membuat Indonesia terhindar dari "dipermalukan di negeri sendiri".
Seperti halnya juga perasaan dan pikiran penonton dan pendukung lainnya, pertemuan Indoneia dengan Vietnam bukan saja soal serunya pertandingan atau diraihnya kemenangan, akan tetapi menyangkut persoalan gengsi kebangsaan.Â