Mohon tunggu...
Asikin Hidayat
Asikin Hidayat Mohon Tunggu... Guru - Seorang guru di Majalengka.

Saya hanya suka menulis.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Jangan Ada Prank di Antara Kita

27 Agustus 2022   13:46 Diperbarui: 27 Agustus 2022   14:27 339
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

PRANK sebenarnya bukan barang baru. Hal yang satu ini sudah ada bahkan sejak jaman nenek moyang dahulu. Saat perang di Kurusetra, Drona menyerah kepada Pandawa hanya karena ucapan Yudhistira: Gajah (bernama) Aswatama mati! Drona hanya mendengar Aswatama mati, sementara kata 'gajah'-nya sendiri tidak didengarnya. Mendengar anak kesayangannya mati, Drona langsung putus asa dan menyerah. Padahal itu hanya prank.

Sebelum prank-menge-prank viral di masyarakat, Uya Kuya sudah melakukan acara prank-prank-an di salah satu stasiun TV swasta. Tontonan ini sangat mengasyikkan, kontennya benar-benar mempermainkan orang. Kadang menimbulkan rasa haru, lucu, bahkan sering menimbulkan kemarahan bagi yang di-prank sebab merasa dipermalukan dan sebagainya.

Di Kanada, acara Just for Laugh merupakan acara prank yang benar-benar mahal, sebab dikemas dengan apik. Sesuai judulnya, acara itu memang menimbulkan tawa yang luar biasa.

Munculnya media sosial, acara prank makin marak. Para youtuber banyak yang membuat konten prank bermacam-macam. Ada yang bermaksud memberikan bantuan (uang atau barang) dengan cara korbannya di-prank habis-habisan. Beberapa ada yang dikemas secara apik semacam Just for Laugh, ada pula yang seronok, kasar, narsis, dan nyerempet-nyerempet SARA.

Di sebuah sekolah ada anak yang ulang tahun di-prank teman-temannya dengan cara dimarahi hingga menangis, sebelum akhirnya diberi hadiah. Di acara-acara Pramuka, kakak-kakak pembina nge-prank adik-adik asuhannya dengan permainan lucu. Di rumah, ada anak nge-prank bapaknya dengan berpura-pura luka, alasan tertabrak, hingga bapaknya yang lagi kerja pulang buru-buru. Padahal di rumah anaknya baik-baik saja.

Sepintas lalu, nge-prank menjadi hal yang biasa dan legal. Tapi kalau sudah berani mengelabui bapak yang lagi kerja, dan tertawa-tawa ketika melihat bapaknya berhasil dikerjain, saya kira itu sudah keterlaluan. Mestilah ada batas-batas norma dan adab yang harus ditaati. Tidak semua hal bisa menjadi bahan prank. Lebih-lebih jika itu menyangkut SARA.

Tetapi orang sedang benar-benar kehilangan akal. Bagaimanapun prank telah menjadi sajian lezat untuk jadi bahan tontonan dan bahkan pemberitaan. Bayangkan, sekaliber Ferdy Sambo saja berhasil nge-prank Kapolri yang notabene adalah atasannya sendiri. Orang Sunda bilang teu euleum-euleum dan tanpa merasa berdosa. Dia mah nge-prank dengan cara menghilangkan nyawa orang. Jahat banget!

Yang di-prank Ferdy Sambo bukan hanya Kapolri dan jajarannya, akan tetapi Presiden, dan bahkan seluruh masyarakat Indonesia dan dunia. Akal bulusnya itu berhasil untuk sementara waktu. Akan tetapi tidak berhasil nge-prank Allah SWT. Dengan kuasanya kedok prank yang dimiliki Sambo hancur berantakan.

Baru-baru ini, Komisi III DPR RI menerima laporan dari Kapolri Sigit Listyo terkait adanya skenario baru dari kasus Ferdi Sambo. Konon pelecehan seks yang dilakukan Brigadir J. sudah berlangsung sejak di Magelang, sebelum pembunuhan di Jakarta itu. Mendengar laporan ini, Komisi III DPR RI mengingatkan, jangan sampai Kapolri kena prank kedua kalinya. Sambo memang raja prank lebih dari Uya Kuya.

Pokoknya, jangan ada prank di antara kita, deh.(*)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun