Sepertinya, jika saja Presiden Jokowi memanggil anak juara dari sebuah kompetisi pencarian bakat, dengan latar belakang anak itu lahir dari keluarga kaya, kemudian pernah belajar vokal, tidaklah aneh dan takkan jadi sesuatu yang spektakuler. Lain halnya dengan Farel Prayoga yang berlatar keluarga sederhana, ini baru benar-benar luar biasa.
Terlepas dari lagu 'non kanak-kanak' yang dibawakannya, lalu dijogedi oleh orang-orang dewasa, penampilan Farel yang barus berusia 12 tahun itu cukup membuat decak kagum banyak kalangan.Â
Sebagai orang awam, tentu saya pertama-tama memandangnya ini sebagai sebuah kesempatan emas yang tak dimiliki banyak orang untuk bisa tampil di istana negara. Tanpa harus ribet mengurus dokumen birokrasi ini itu, Farel dengan ringannya melangkah di halaman istana dan tampil di hadapan Presiden dan para tamu kepresidenan pasca upacara HUT Kemerdekaan RI, 17 Agustus 2022 kemarin.
Betapa Allah telah memuliakan Farel untuk menjadi anak terpilih, berbekal vokal luar biasa yang tidak kalah bagus dari mereka yang bersekolah vokal. Bagi saya, kehadiran Farel yang fenomenal ini sekaligus menghapus image negatif tentang Citayam yang sempat membuat gundah selama tiga bulan kemarin.Â
Farel dengan tampilan sederhana, lugu namun tidak sedikitpun nampak grogi ini menjadi contoh yang baik bagi anak-anak lainnya di Indonesia. Artinya, kesempatan di depan cukup terbuka, dari pintu masuk mana pun. Allah SWT akan senantiasa memberikan jalan bagi mereka yang berniat baik.
Hal lain yang menarik dari Farel adalah, betapa kental jiwa dan pribadinya dengan budaya daerah. Ini bukan tersebab Farel lahir di Banyuwangi kemudian fasih menyanyikan lagu-lagu Jawa seperti lagu Tak Banding-bandingke kemarin, akan tetapi ketertarikannya terhadap lagu-lagu langgam daerah Jawa itu adalah luar biasa. Sepertinya hal seperti yang ada ada Farel ini masih sangat jarang. Pop daerah, dengan musik koplo atau apa pun namanya, sepertinya harus juga diperkenalkan kepada anak-anak seusia Farel.
Persoalannya kemudian, adakah para pencipta lagu kanak-kanak (non dewasa) yang berbahasa daerah dan dikemas dalam pop daerah pula yang diminati anak-anak? Barangkali ini sebuah masalah yang menarik juga untuk didiskusikan, mengingat lagu anak-anak cenderung monoton dan 'dianggap' terbelakang bagi mereka (anak-anak) yang memiliki kelebihan seperti Farel.Â
Sementara itu, pihak-pihak yang berkepentingan dalam sebuah event lomba atau pencarian bakat, lebih memilih anak-anak menyanyikan lagu dengan tingkat kesulitan yang tinggi ketimbang lagu anak-anak yang cenderung sederhana dan tidak menantang.
Bagaimanapun, Farel telah menjadi ikon fenomenal sekarang ini. Kehadirannya tidak saja sebagai penghibur, akan tetapi juga sebagai daya kejut bagi para kreator musik di tanah air. Akankah lahir jenis musik dan lagu (daerah ataupun nasional) yang pantas dikonsumsi anak-anak namun memiliki nilai tinggi dan diminati? Akankah pula lahir Farel-Farel lainnya yang muncul bukan karena kebetulan atau karbitan, namun benar-benar tampil sebagai sosok yang alami dan menampakkan ke-indonesiaan sejati?
Kita tunggu ...!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H